I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan dan pangan keluarga. Salah satu akibat dari pertambahan jumlah penduduk adalah adanya pembukaan lahan-lahan baru, yang akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan jika dilakukan dengan cara yang sewenang-wenang. Hutan, merupakan salah satu sumberdaya alam yang selama ini mendapat tekanan yang berat dan dieksploitasi, baik secara legal maupun illegal guna memenuhi peningkatan perekonomian nasional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitar hutan. Meskipun hutan merupakan sumberdaya alam yang terbaharui (renewable resources), akan tetapi eksploitasi hutan yang melebihi kapasitas daya dukungnya akan berakibat pada kerusakan sumberdaya hutan dan lingkungannya. Kerusakan hutan tidak ŀbab hanya terjadi pada kawasan hutan produksi yang fungsinya ditujukan untuk produksi hasil hutan, tetapi juga terjadi pada kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung. Selain kawasan hutan produksi, kawasan hutan yang banyak mengalami tekanan oleh manusia saat ini adalah hutan lindung. Hutan lindung merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan dengan tujuan khusus sebagai kawasan yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah, baik dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun kawasan di sekitarnya. Kondisi ekologis kawasan hutan lindung akan sangat mempengaruhi keadaan lingkungan hidup daerah di sekitar hutan lindung tersebut. Oleh karena itu, dengan memperhatikan manfaat dan pentingnya keberadaan kawasan hutan lindung terhadap kawasan disekitarnya, maka kawasan hutan lindung tersebut harus dikelola sebaik mungkin agar fungsinya dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2 Fenomena tersebut di atas terjadi di Provinsi Lampung yang memiliki luas hutan 1.004.735 ha, diantaranya berfungsi sebagai hutan lindung seluas 317.615 ha (31,61 % dari total luas hutan). Provinsi ini merupakan salah satu provinsi yang mengalami kerusakan hutan lindung yang parah, sebagai akibat adanya perambahan /pembukaan areal hutan menjadi lahan budidaya kebun kopi oleh masyarakat. Salah satu kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan tersebut adalah kawasan hutan lindung Register 45B di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat yang berlokasi di wilayah Sub DAS Way Besay seluas 40.000 ha. Kawasan tesebut ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung pada Zaman Pemerintahan Belanda, yaitu melalui Besluit Residen Lampung Districk No. 117 tanggal 19 Maret 1935. Permasalahan perubahan penggunaan kawasan hutan lindung menjadi tanaman kopi di wilayah Kecamatan Sumberjaya memiliki sejarah panjang yaitu sejak tahun 1952. Disamping itu pengelolaan kebun kopi di kawasan hutan lindung tersebut sudah menjadi mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di Kecamatan Sumberjaya. Salah satu cara pembukaan kawasan hutan lindung adalah dengan melakukan penebangan tegakan pohon yang selanjutnya dialihfungsikan oleh masyarakat menjadi lahan perumahan, pertanian intensif dan semi intensif seperti kebun kopi rakyat dan persawahan. Kondisi seperti ini terjadi di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat terutama pada dekade 1970an dan 1980an, terutama adanya faktor pemicu yaitu membaiknya harga kopi dunia (Budidarsono et al. 2004). Pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan) Propinsi Lampung, telah melakukan beberapa upaya untuk mengembalikan fungsi dari kawasan hutan lindung tersebut, baik secara preventif maupun represif. Upaya tersebut dilakukan pada tahun 1980 melalui penghutanan kembali terhadap kebun kopi di kawasan hutan lindung dengan cara memindahkan masyarakat yang bermukim dan menggarap kebun kopi di dalam kawasan hutan lindung tersebut ke daerah lain dan mengganti tanaman kopi dengan tanaman kaliandra. Akan tetapi upaya penyelesaian masalah tersebut hasilnya kurang optimal dan hanya bersifat sementara. Pada tahun 1997 masyarakat penggarap kebun
3 kopi kembali masuk ke dalam kawasan hutan lindung, menebas serta membakar tanaman kaliandra dan menggantinya dengan tanaman kopi. Perubahan penggunaan lahan menyebabkan bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi serta banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Secara ekonomis jangka pendek, perubahan penggunaan lahan ini terlihat rasional karena banyak nilai dan manfaat secara langsung yang dapat diperoleh yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat. Tetapi di sisi lain, perubahan penggunaan lahan seringkali tidak memperhitungkan hilangnya berbagai manfaat perlindungan lingkungan dari kawasan lindung atau di lahan berhutan (Crook dan Clapp, 1988). Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya telah mengakibatkan terjadinya mosaik landsekap dengan berbagai tingkat penutupan lahan. Hutan yang semula luasnya mencapai 32.520 ha (60 %) telah berubah menjadi perkebunan kopi rakyat, persawahan di lembah bukit dan perkampungan, sehingga luas hutan hanya tersisa 6.504 ha (12 % dari total luas lahan) (Verbist et al., 2004). Untuk itu penelitian ini akan mendiskripsikan analisis ekonomi pada sub sistem daerah hulu (wilayah tangkapan air) yang secara simultan akan mempengaruhi aktifitas PLTA Way Besay, mengingat bahwa aktifitas PLTA Way Basay merupakan satu kesatuan dengan wilayah tangkapan hujan (catchment area). Disamping itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat dan pendapatan PLTA Way Besay pada berbagai skenario pola penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya. 1.2. Perumusan Masalah Tingkat ketergantungan masyarakat di sekitar hutan terhadap sumberdaya alam masih sangat tinggi, program-program pemanfaatan sumberdaya hutan sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, akibatnya masyarakat melakukan berbagai aktifitas yang berdampak pada kerusakan ekosistem hutan. Permasalahan lingkungan hidup timbul disebabkan adanya interaksi yang tidak harmonis antara aktifitas ekonomi dengan eksistensi dan terbatasnya kapasitas
4 sumberdaya alam dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia. Semakin besar jumlah dan eksploitasi sumberdaya alam tersebut, dampaknya terhadap degradasi kualitas lingkungan juga cenderung meningkat menurut dimensi ruang (lokal, regional dan global) dan waktu (jangka panjang) terhadap lingkungan (Tietenberg, 1992). Alih guna lahan hutan menjadi lahan penggunaan lainnya disadari banyak pihak menimbulkan beberapa masalah, perubahan penutupan hutan di hulu Sub-DAS Way Besay telah mengalami penyusutan luas yang relatif cepat selama tiga dasa warsa terakhir. Luas hutan pada tahun 1970 yang semula seluas 23.143 ha (42,7%) dari total luas lahan telah berubah menjadi perkebunan kopi rakyat, persawahan di lembah bukit, perkampungan dan pada tahun 2002 luas hutan yang tersisa tinggal seluas 5.420 ha (10%) dari total luas lahan. berikut: Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka timbul pertanyaan sebagai 1. Berapakah nilai manfaat ekonomi sumberdaya air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-hari dan untuk pertanian (tanaman kopi dan padi)? 2. Berapakah pendapatan total masyarakat dan PLTA Way Besai pada berbagai skenario penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya? 3. Komposisi penggunaan lahan yang bagaimanakah yang memberikan nilai manfaat maksimum bagi masyarakat dan PLTA Way Besai? 1.3. Kerangka Pemikiran Perubahan penggunaan kawasan hutan lindung menjadi kebun kopi oleh masyarakat merupakan fenomena yang terjadi di Provinsi Lampung, terutama kawasan hutan yang berbatasan dengan lahan atau perkampungan penduduk. Hal ini diperkirakan antara lain disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi masyarakat di sekitar hutan lindung. Kondisi ini terjadi di kawasan hutan lindung di Sub DAS Way Besai, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat.
5 Adanya perubahan penggunaan lahan akan merubah jenis tutupan lahan dan akan mempengaruhi jumlah air yang akan sampai di permukaan tanah dan pada akhirnya akan membentuk kelembaban tanah, air larian atau air tanah. Air yang jatuh sebagai hujan akan tertampung sebagian di daun-daun dan bagian tanaman lainnya yang akan diuapkan kembali (intersepsi) ke atmosfir. Tingkat fluktuasi total aliran sungai (debit sungai) yang diakibatkan pola perubahan penggunaan lahan di hulu Sub-DAS Way Besai akan menyebabkan terganggunya kegiatan yang menggunakan air sebagai input dalam produksinya. Kegiatan tersebut adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Way Besai, penyediaan air minum dan aktifitas pertanian. Dengan demikian pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya yang berwawasan lingkungan seharusnya terintegrasi dengan perencanaan di daerah hilir sehingga daerah hilir akan mendapatkan manfaat yang maksimum. Penelitian ini diarahkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari jasa lingkungan dari kawasan hutan untuk pemanfaatan sumberdaya air, pendapatan masyarakat dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai. Selain itu, dilakukan skenario penggunaan lahan di daerah hulu Sub-DAS Way Besai yang akan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai. Alur pikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
6 PENGGUNAAN LAHAN ALIH GUNA LAHAN SKENARIO TETAP Hutan Semak belukar Kopi Monokultur Agroforestri berbasis kopi Hortikultur Sawah Pemukiman SUNGAI / MATA AIR Debit Sungai Rumah tangga Pertanian Mikrohidro Produksi pertanian PENGGUNAAN PLTA PENGGUNAAN Masyarakat PENDAPATAN PLTA NILAI AIR (MASYARAKAT) PENDAPATAN MASYARAKAT MANFAAT maksimum Masyarakat - PLTA Gambar 1. Alur Pikir Penelitian 1.4. Tujuan dan kegunaan penelitian 1.4.1. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menghitung nilai ekonomi penggunaan air oleh masyarakat
7 2. Mengetahui pendapatan masyarakat dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai akibat skenario penggunaan lahan 3. Menentukan skenario penggunaan lahan yang dapat memberikan nilai manfaat maksimum terhadap pendapatan masyarakat dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai. 1.4.2. Kegunaan hasil penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait antara lain : 1. Peneliti lain dalam mengembangkan model pendugaan nilai jasa lingkungan (sumberdaya air) akibat perubahan penggunaan lahan. 2. Penentu kebijakan (policy maker) dan masyarakat sebagai masukan dalam menentukan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan dalam menyusun strategi pengelolaan sumberdaya air dimasa mendatang. 3. Praktisi dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan kegiatan 4. Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pemberian konpensasi (reward) terhadap masyarakat di bagian hulu yang akan atau telah melakukan aktifitas pelestarian sumberdaya air. 1.5. Kebaruan Kebaruan penelitian ini adalah diketahuinya pola penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya, Lampung yang dapat memberikan pendapatan total maksimum terhadap masyarakat tanpa mengurangi secara signifikan pendapatan total Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Way Besai.