DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Kepala Auditorat V.A

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN KATA PENGANTAR. Pokok-Pokok Pemeriksaan BPK Selama Semester II Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Disampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

I. UMUM. Saldo...

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 19 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 329 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/DPD RI/IV/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

Transkripsi:

KEPUTUSAN NOMOR 38/DPD RI/II/2013 2014 TENTANG PERTIMBANGAN TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEMESTER I TAHUN 2013 JAKARTA 2013

KEPUTUSAN NOMOR 38/DPD RI/II/2013 2014 TENTANG PERTIMBANGAN TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEMESTER I TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa Badan Pemeriksa Keuangan merupakan lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara; b. bahwa Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia telah menerima Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2013 dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; c. bahwa hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dijadikan bahan untuk membuat pertimbangan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia tentang Pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Semester I Tahun 2013; Mengingat : 1. Pasal 22C, Pasal 22D ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 23E ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 1645

5. Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Tata Tertib; 6. Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Nomor 25/DPD/2007 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Tahun 2007 2009; Dengan Persetujuan Sidang Paripurna ke-8 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Masa Sidang II Tahun Sidang 2013 2014 Tanggal 20 Desember 2013 MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN TENTANG PERTIMBANGAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEMESTER I TAHUN 2013. PERTAMA : Pertimbangan tertulis Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Semester I Tahun 2013 disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagai bahan pembahasan antara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Pemerintah. KEDUA : Isi dan perincian sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA menjadi lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini. KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. PIMPINAN Ketua, Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2013 H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. Wakil Ketua, Wakil Ketua, G.K.R. Hemas Dr. Laode Ida 1646

I. PENDAHULUAN Sebagai pelaksanaan dari ketentuan yang diatur dalam Pasal 23E Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dan Pasal 224 ayat (1) huruf g UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai salah satu lembaga perwakilan, telah menerima Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2013 dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam Sidang Paripurna DPD RI tanggal 1 Oktober 2013. Pasal 21 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai dengan kewenangannya. Sesuai dengan Pasal 240 UU Nomor 27 Tahun 2009, untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK tersebut, DPD RI telah melakukan penelaahan dan pembahasan dengan pihak-pihak yang dipandang perlu terhadap hasil pemeriksaan BPK. DPD RI sebagai salah satu lembaga negara perlu terus berupaya, melalui pelaksanaan fungsi pertimbangan dan pengawasan, untuk melakukan penyempurnaan di bidang tata kelola dan akuntabilitas keuangan negara dan daerah sesuai dengan harapan masyarakat. Hasil penelaahan dan/atau pembahasan tersebut dijadikan bahan untuk membuat pertimbangan bagi DPR RI dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. II. METODE Dalam rangka menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2013, telah dilakukan penelaahan dan pembahasan atas hasil pemeriksaan BPK tersebut dengan melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah sebagai berikut: Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, serta pertemuan dengan BPK Perwakilan di Provinsi Riau dan di Provinsi Sumatera Barat. Di samping itu, anggota DPD RI juga menyerap aspirasi masyarakat dan daerah dalam kegiatan di daerah pemilihan masingmasing. III. HASIL PEMERIKSAAN BPK SEMESTER I TAHUN 2013 Dalam semester I tahun 2013, BPK melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada 597 objek pemeriksaan, baik pada tingkat pusat maupun daerah. 1. Pemeriksaan Keuangan a. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Telaahan LKPP tahun 2012 telah dilakukan oleh DPD RI secara khusus dalam bentuk Pertimbangan DPD RI terhadap RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN tahun anggaran 2012 dan telah disampaikan kepada DPR RI pada tanggal 2 September 2013. b. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Pada semester I tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan keuangan atas 92 LKKL, termasuk LK BUN tahun 2012. Pemeriksaan terhadap 92 LKKL, termasuk LK BUN tahun 2012, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas 68 LKKL; opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas 22 LKKL, termasuk LK BUN; dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) pada 2 LKKL. 1647

c. Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Dalam lingkungan pemerintah daerah BPK telah memeriksa 415 LKPD tahun 2012 dari 529 pemerintah daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota, termasuk lima daerah otonomi baru (DOB), yaitu Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Pesisir Barat (Provinsi Lampung), Kabupaten Pangandaran (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Pegunungan Arfak (Provinsi Papua Barat). Pemerintah daerah yang wajib menyusun LK tahun 2012 sebanyak 524 pemerintah daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota. BPK memberikan opini WTP atas 113 entitas, opini WDP atas 267 entitas, opini tidak wajar (TW) atas 4 entitas, dan opini TMP atas 31 entitas. Permasalahan yang menyebabkan 302 LKPD tahun 2012 yang tidak memperoleh opini WTP, antara lain, adalah (i) aset tetap yang diinventarisasi dan dinilai; (ii) kas yang ditatausahakan yang tidak sesuai dengan ketentuan; (iii) piutang; (iv) investasi permanen dan nonpermanent; (v) penyertaan modal yang belum disajikan dengan menggunakan metode ekuitas; (vi) saldo dana bergulir yang belum disajikan dengan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan; (vii) penatausahaan persediaan yang tidak memadai; (viii) pertanggungjawaban belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja modal belanja hibah yang tidak sesuai dengan ketentuan; serta (ix) permasalahan dalam penyaluran dan pencatatan bantuan sosial. 2. Pemeriksaan Kinerja Dalam semester I tahun 2013, BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja atas 9 objek pemeriksaan yang terdiri atas 5 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah provinsi, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah kabupaten, 1 objek pemeriksaan di lingkungan badan layanan umum daerah (BLUD), dan 1 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN. Di lingkungan pemerintah daerah, tiga pemeriksaan kinerja tersebut adalah atas kegiatan penyediaan sarana dan prasarana jalan pada Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Banten TA 2011 dan 2012, efektivitas pengelolaan pelayanan farmasi TA 2011 dan 2012 (Semester I) pada RSUD Panglima Sebaya di Tana Paser, dan efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana TA 2011 dan 2012 (Semester I) pada RSUD A. Wahab Sjahranie di Samarinda. Hasil pemeriksaan kinerja atas kegiatan penyediaan sarana dan prasarana jalan pada dinas Bina Marga dan Tata Ruang (BMTR) Pemerintah Provinsi Banten TA 2011 dan 2012 menunjukkan bahwa kegiatan penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS) belum dapat menghasilkan nilai HPS yang dapat dijadikan patokan dalam menilai harga penawaran untuk memperoleh harga yang ekonomis. Hasil pemeriksaan kinerja atas efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana TA 2011 dan 2012 (semester I) pada RSUD A. Wahab Sjahranie di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa RSUD A. Wahab Sjahranie cukup efektif dalam merencanakan, melaksanakan, serta melakukan pemantauan dan evaluasi atas pengelolaan sarana dan prasarana rumah sakit. 3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu (PDTT) Dalam semester I tahun 2013, BPK telah melakukan PDTT atas 69 objek pemeriksaan yang terdiri atas 25 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat, 23 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, dan 21 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN. PDTT tersebut dikelompokkan dalam enam tema, yaitu (i) pengelolaan pendapatan dan pelaksanaan belanja; (ii) pengelolaan program perluasan akses dan peningkatan mutu sekolah menengah pertama (SMP); (iii) penyelenggaraan ujian nasional tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah tahun 2012 dan 2013; (iv) pengelolaan dana Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Tahun 2012; (v) pelaksanaan subsidi dan operasional BUMN; dan (vi) pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya. IV. HASIL PENGAWASAN DPD RI Hasil telaahan atas hasil pemeriksaan BPK semester I tahun 2013 dan dari hasil kunjungan kerja memperlihatkan hal-hal sebagai berikut. 1. LKPD yang mendapat opini TW maupun disclaimer sudah berkurang, yaitu 35 LKPD. 2. Masalah yang masih menyebabkan LKPD belum bisa mendapat opini WTP, beberapa di antaranya, adalah pengelolaan aset, kekurangan/kerugian kas, dana 1648

bergulir, penyertaan pemerintah daerah di BUMD, penyelesaian temuan-temuan tahun sebelumnya, serta perbedaan pencatatan dan penerapan standar akuntansi pemerintah antara PPKD, SKPD, dan BUMD. 3. Perlakuan akuntansi atas penyaluran bantuan sosial di daerah masih belum seragam. 4. Pencatatan DBH SDA, seperti lifting migas yang dilakukan daerah belum disertai dengan transparansi produksi SDA tersebut dari pemerintah pusat. 5. Masih kurangnya arahan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan mengenai pengelolaan aset daerah. 6. Masih terdapat banyak daerah yang memiliki masalah SDM pengelola keuangan daerah dalam hal perekrutan, pelatihan, pendidikan, dan jalur karier. 7. Terdapat perbedaan penerapan opini oleh BPK Perwakilan, suatu temuan dapat menyebabkan opini TW atau disclaimer pada suatu LKPD, tetapi pada LKPD lain tidak berpengaruh sehingga LKPD memperoleh opini WTP atau WDP. 8. Terdapat beberapa laporan keuangan yang telah mendapat opini WTP, tetapi data dalam laporan keuangan tersebut kurang akurat, seperti pada LKPD Provinsi NTB Tahun Anggaran 2012. 9. Masih kurangnya pemeriksaan kinerja yang dilakukan BPK atas sektor pendidikan dan kesehatan yang berperan penting dalam peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) di daerah. 10. Selama ini, hasil audit Akuntan Publik terhadap lembaga BPK tidak pernah dilaporkan kepada parlemen dan tidak pernah dipublikasikan sebagaimana amanat Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Hal ini sangat penting demi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara secara menyeluruh. V. PERTIMBANGAN DPD RI Atas hasil pemeriksaan BPK semester I tahun 2013, DPD RI memberikan pertimbangan sebagai berikut. 1. Peningkatan Kualitas Penyajian Laporan Keuangan 1.1 Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, BPKP, dan BPK secara bersama dan secara tersinkronisasi membina pemerintah daerah dalam memperbaiki pengelolaan keuangan daerah, termasuk perbaikan sistem pengendalian intern sehingga LKPD dapat diterbitkan tepat waktu dan memperoleh opini WTP. Pembinaan ini termasuk penyediaan petunjuk dan perangkat lunak akuntansi keuangan daerah serta pendidikan/pelatihan dan konseling. 1.2 Perlu ada titik temu mengenai penyelesaian temuan periode-periode sekarang dan sebelumnya, seperti temuan mengenai bansos agar tidak membebani LKPD periode berjalan dan periode berikutnya, khususnya yang sudah tidak bisa ditindaklanjuti dengan tanpa mengabaikan aspek penegakan hukum atas temuan tersebut. 1.3 BPK Pusat perlu menerapkan pengendalian mutu yang lebih ketat dalam pemberian opini atas LKPD oleh BPK Perwakilan sehingga kredibilitas opini BPK atas LKPD tetap terjaga. 2. Sumber Daya Manusia Pengelola Keuangan Daerah 1.1 Pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan terobosan strategis untuk mengatasi kekurangan tenaga akuntansi pada pemerintah daerah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memberdayakan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan dan perguruan tinggi negeri setempat untuk mendidik tenaga D3 akuntansi yang diperlukan. 1.2 Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa penempatan dan pembinaan karier tenaga pengelola keuangan daerah didasarkan pada kompetensi dan jalur karier yang jelas. Payung peraturan yang diperlukan perlu diciptakan untuk mendorong penempatan dan pembinaan karier ini. 3. Penertiban Pengelolaan Aset Hal utama yang menyebabkan banyak laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2012 belum mendapat opini wajar tanpa pengecualian adalah yang berkenaan dengan aset. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memberikan perhatian untuk: 3.1 mempertegas komitmen membenahi inventarisasi dan penilaian aset daerah dan terus melakukan inventarisasi aset-aset tetap, aset bergulir, dan dan aset-aset lainnya dengan akurat; 3.2 meningkatkan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah melalui Kementerian Dalam Negeri dan koordinasi antarpemerintah daerah 1649

pemekaran sehingga aset yang telah diadakan melalui fungsi tugas pembantuan dan dekonsentrasi serta akibat pemekaran wilayah dapat dicatat dan dikelola dengan baik; dan 3.3 mendesak Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri agar memberikan bantuan yang diperlukan kepada pemerintah daerah dalam hal penilaian aset, termasuk menyediakan perangkat lunak yang diperlukan untuk mengelola aset pada SKPD. 4. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah 4.1 Inspektorat daerah sebagai aparat pengawasan intern pemerintah daerah berperan penting dalam memperbaiki pengendalian intern di pemerintah daerah. Independensi dan kompetensi inspektur daerah tetap perlu dijaga dan ditingkatkan. RUU tentang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah yang sedang disiapkan oleh pemerintah perlu menjaga independensi dan kompetensi inspektorat daerah. 5. Pemeriksaan Sektor Kesehatan dan Pendidikan 5.1 BPK agar meningkatkan audit kinerja terhadap sektor pendidikan dan sektor kesehatan untuk meningkatkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) di daerah. 6. Laporan Keuangan BPK 6.1 Untuk mencapai transparansi pengelolaan keuangan negara, BPK agar mengirimkan laporan keuangan tahun 2012 yang telah diperiksa oleh akuntan publik bersama laporan keuangan kementerian/lembaga lainnya. 7. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK 7.1 Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu segera menindaklanjuti rekomendasi BPK yang berkaitan dengan hasil pemeriksaannya dan menerapkan sanksi bagi pejabat yang lalai dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK sehingga menyebabkan temuan yang berulang. 7.2 DPR/DPD/DPRD bersama BPK terus secara aktif memantau proses hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap temuan-temuan BPK yang berindikasikan adanya tindak pidana korupsi ataupun tuntutan ganti rugi, khususnya temuan yang sudah lama dilaporkan. VI. PENUTUP Demikian pertimbangan DPD RI ini dibuat dan disampaikan kepada DPR RI sesuai dengan amanat konstitusi agar menjadi bahan pertimbangan bagi DPR RI dalam melakukan penyusunan dan pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. PIMPINAN Jakarta, 20 Desember 2013 Ketua, H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. Wakil Ketua, Wakil Ketua, G.K.R. Hemas Dr. Laode Ida 1650