CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

RechtsVinding Online

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

RANCANGAN N RANCANGAN RANCANGAN

Pemantapan Solidaritas Kerukunan Umat Beragama dalam Mencegah Berkembangnya Faham Radikal Menjelang Pilkada Serentak 2015

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan menangkap pelaku-pelakunya, menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan yang

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

There are no translations available.

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

BAB V PENUTUP. 1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI, cetakan ke-1. yang memuat pendapat Muhammad bin Abd wahab.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). TAHUN ANGGARAN 2017

Ketahanan nasional. Geostrategi Indonesia Pelaksanaan Geopolitik dalam negara Suatu cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

Kata Kunci : Peran FKPT, pencegahan dan kebijakan pengaturannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

JARINGAN TERORIS SOLO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEAMANAN WILAYAH SERTA STRATEGI PENANGGULANGANNYA

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

TERORISME: POLA AKSI DAN ANTISIPASINYA

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

RENCANA KEGIATAN PEMBERDAYAAN PEMUDA DAN PEREMPUAN DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT) TAHUN ANGGARAN 2017

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

Pandangan Agama Islam Mengenai Terorisme, Kekerasan, dan Jihad Oleh : Aprillani Arsyad, S.H., M.H. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

CATATAN TANGGAPAN TERHADAP RUU KAMNAS

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

Analisis Isi Media Judul: MIP No 12 Usulan Revisi UU Terorisme Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 19/01/2016

RADIKALISME DAN ANTISIPASI ISIS. OLEH: Duski Samad. Ketua MUI Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

Cetakan 1, Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

MELACAK AKAR RADIKALISME ATAS NAMA AGAMA DAN IKHTIAR MEMUTUS RANTAINYA M. Huda A.Y, M.Pd. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

PERBEDAAN ADA UNTUK MENJADI BUMBU PEMERSATU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi lahan subur tumbuhnya kelompok radikal. 1 Fenomena

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LITERASI MEDIA SEBAGAI UPAYA CEGAH DAN TANGKAL RADIKALISME DAN TERORISME DI MASYARAKAT

Trump is USA President. Now What? (PENNA Januari 2017)

LITERASI MEDIA SEBAGAI UPAYA CEGAH TANGKAL RADIKALISME DAN TERORISME DI MASYARAKAT

BAB III PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah: a. Langkah Preemtif yang meliputi: tindak pidana terorisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk

SISTEM EKONOMI PANCASILA:

Transkripsi:

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1

Kerangka Konsepsi Radikal diartikan sebagai secara menyeluruh, habis-habisan, amat keras menuntut perubahan, dan maju dalam berpikir atau bertindak. Secara semantik, Radikalisme ialah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. th. 1995, Balai Pustaka) 2

Radikalisme adalah semua aliran politik, yang para pengikutnya menghendaki konsekuensi yang ekstrim, setidaktidaknya konsekuensi yang paling jauh dari pengejawantahan ideologi yang mereka anut. Dalam dua definisi ini radikalisme adalah upaya perubahan dengan cara kekerasan, drastis dan ekstrim. Ensiklopedi Indonesia (Ikhtiar Baru-Van Hoeve, cet. 1984) 3

Pendeta Djaka Sutapa : Radikalisme Agama merupakan suatu gerakan dalam agama yang berupaya untuk merombak secara total suatu tatanan sosial /tatanan politis yang ada dengan menggemakan kekerasan. 4

Terminologi radikalisme memang dapat saja beragam, tetapi secara essensial adanya pertentangan yang tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok agama tertentu di satu pihak dengan tatanan nilai yang berlaku saat itu. 5

Tindakan radikalisme bukanlah kesalahan ajaran agama tertentu, melainkan pemahaman yang keliru terhadap agama yang dianutnya. Agama seringkali digunakan sebagai alasan dalam setiap tindakan radikalisme. Radikalisme muncul dari problem keagamaan yang timbul di tengah-tengah masyarakat yang majemuk peradaban dan dan keberagamaan. Radikalisme agama terjadi pada semua agama yang ada. 6

Terbunuhnya Rajiv Gandhi melalui bom bunuh diri yang diduga dari kelompok Tamil Eelam menunjukkan terorisme terjadi juga di kalangan umat Hindu. Kemudian adanya empat aliran radikal kristen di Amerika yaitu 1. Christian Identity, 2. Nordic Christianity, 3. Fundamentalisme Freewheeling dan 4. Kreatorisme merupakan agama ektrimis di Amerika yang berdasarkan pada penyalahan terhadap ras lain, agama lain atau kelompok-kelompok kebangsaan yang lain. Selain itu gerakan Tamil di Srilangka, IRA (kelompok bersenjata Irlandia Utara), militan Yahudi sayap kanan, sekte kebatinan di Jepang yang tidak jarang menggunakan jalan kekerasan sebagai solusi penyelesaian masalah yang juga merupakan gerakan radikalisme agama. 7

Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA Penyebab munculnya radikalisme atas nama agama, antara lain, (1) pemahaman yang keliru atau sempit tentang ajaran agama yang dianutnya, (2) ketidak adilan sosial, (3) kemiskinan, (4) dendam politik dengan menjadikan ajaran agama sebagai satu motivasi untuk membenarkan tindakannya, dan (5) kesenjangan sosial atau iri hati atas keberhasilan orang lain. 8

Jalan Memupus Radikalisme Faktor-faktor pendorong berkembangnya radikal bernuansa agama di Indonesia Pertama : Lemahnya penegakan hukum mencapai 28,0%; Kedua : Rendahnya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mencapai 25,2 %; Ketiga : Lemahnya pemahaman ideologi Pancasila mencapai 4,6%; Keempat : Kurangnya dialog antarumat beragama mencapai 13,9%; 9

Kelima : Kurangnya pemahaman agama mencapai 4,9%; Keenam : Ketidakpuasan terhadap pemerintah mencapai 2,3%; Ketujuh : Kesenjangan ekonomi mencapai 1,6%; Kedelapan : Lainnya mencapai 3,1%; Kesembilan : Tidak tahu/tidak jawab mencapai 6,4%. 10

Program deradikalisasi pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa terorisme berawal dari radikalisme. Oleh karena itu, upaya memerangi terorisme lebih efektif melalui deradikalisasi. Esensi deradikalisasi adalah mengubah pemahaman atau pola pikir yang sempit, dangkal, terbatas dan kaku. 11

Caranya dengan memberikan pengalaman baru yang didapat bukan dari medan perang, tetapi dari kehidupan sosial lewat interaksi antarmanusia secara terbuka dan inklusif agar mendapat pemahaman yang benar soal jihad, terorisme, takfir dan tafjir. Dalam memerangi terorisme harus mempertimbangkan hukum, sosial, dan budaya bangsa karena bila tidak justru akan menciptakan kondisi yang kontra produktif. Oleh karena itu, strategi mengatasi terorisme akan berbeda antarnegara. 12

Pendekatan lunak adalah upaya deradikalisasi yang dilakukan BNPT secara lintas sektoral terhadap akar kejahatan terorisme. Caranya dengan masuk ke dalam kehidupan masyarakat lewat deteksi dini, upaya pencegahan, serta pembinaan terhadap para eks pelaku teror dan pendukungnya. 13

Prioritas dalam pendekatan ini adalah para keluarga serta komunitas para teroris yang telah ditindak. Tidak semua kekerasan dapat dipadamkan melalui tindak kekerasan. Penanggulangan terorisme membutuhkan kebijakan yang bersifat komprehensif baik dalam tataran kebijakan maupun pelaksanaan kontra terorisme yang umum dan menyeluruh. 14

Pada dasarnya penanggulangan terorisme tidak hanya terkait penindakan saja, tetapi juga upaya pencegahan teramat penting yang melibatkan instansi lain, seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informasi, BIN, Binter TNI, Bimas Polri, serta unsur lainnya. 15

Pemangku kepentingan lain, seperti lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, juga perlu dilibatkan. Menangkal teroris dengan pendekatan lunak akan lebih berdampak positif. Caranya dapat dimulai dengan mendekati eks para pejuang dari Afganistan, Filipina, dan dari negara lain yang ada di wilayah Indonesia. 16

Pemerintah juga harus mampu merangkul pondok pesantren ataupun organisasi kemasyarakatan Islam dalam mengontrol masuknya ideologi yang keliru dalam memaknai jihad dan penghalalan cara untuk membunuh orang lain. Perlu ditegaskan oleh Kementerian Agama bahwa para teroris bukanlah produk agama karena semua agama mengajarkan kebaikan. 17

Berbagai cara harus dilakukan untuk menyadarkan bahwa tindakan teroris itu tidak dibenarkan oleh agama apa pun sehingga tidak ada lagi kebencian terhadap agama lain, aparat, lingkungan, warga sipil, dan bangsa lain. Diperlukan keberanian masyarakat luas untuk segera melapor bila menemukan indikasi atau kejadian yang mengarah pada tindakan terorisme. 18

Dari semua uraian di atas tampaknya sudah sangat mendesak untuk secara terintegrasi pemerintah melaksanakan operasionalisasi serta implementasi dari semua kebijakan, konsep, dan rekomendasi yang telah ada agar bermanfaat langsung. 19

20