STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

dokumen-dokumen yang mirip
Kebutuhan cairan dan elektrolit

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 2.3 Pungsi Vena dengan Menggunakan Jarum Berlapis Kateter Plastik

165

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT )

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus. kerja tertentu (Perry dan Potter (2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB II TINJAUAN TEORI

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE BLADDER TRAINING

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPENTENSI ASPEK KETRAMPILAN LATIHAN GERAK SENDI (ROM) EKSTREMITAS BAWAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Standar Prosedur Operasional (SPO) yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NUTRISI PARENTERAL YSD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

BAB 3 METODE PENELITIAN. pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sekitar tempat kateter intravaskular dipasang (kulit bagian luar). Jika flebitis

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Umum Tentang Implementasi Keperawatan. 1. Pengertian Implementasi Keperawatan

Nama : Riadus Solihin.S.kep. Npm : VULVA HYGIENE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INDONESIA HEALTHCARE FORUM Bidakara Hotel, Jakarta WEDNESDAY, 3 February 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN


BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB III PEMBAHASAN. Laporan Prakerin SMK Hassina Program Keahlian : Keperawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BUKU PANDUAN PESERTA CSL 2 SERI 2 KANULASI INTRAVENA

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

TEKNIK PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN PENELITIAN Selamat pagi/siang/malam Ibu

PENJELASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

JURNAL STIKES. ISSN Volume 7, Nomor 1, Juli 2014, halaman DAFTAR ISI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

Transkripsi:

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha Chandra Devi 1301460016 Adharatna Dwi Mayasari 1301460038 Fatah Amrullah 1301460042 Ajeng Tri Wardah 1301460060 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN September 2014

POLTEKKES KEMENKES MALANG STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI MELALUI PARENTERAL No. Dokumen : SOP.KDM.026 No. Revisi : 00 Tanggal Terbit : Halaman : Unit: Laboratorium Keperawatan Petugas / pelaksana: Perawat, dosen, CI, MHs. Pengertian Indikasi Tujuan Suatu kegiatan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang diberikan langsung melalui pembuluh darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial) pada pasien yang tidak dapat memeneuhi keutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral 1. Pasien dengan Gangguan absorbsi makanan 2. Pasien kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreastitis berat, status preoperative dengan malnutrisi berat, angina intertinal, diare berulang 3. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan 4. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemesis gravidarum (Wiryana, 2007). 5. Pasien Syok 6. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih 7. Intoksikasi berat Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien Persiapan tempat dan alat Alat-alat : a. Alat steril 1. Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril 2. Infus set steril 3. Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai 4. Korentang dan tempatnya 5. Kom tutup berisi kapas alcohol b. Alat tidak steril 1. Standart infuse 2. Perlak dan alasnya 3. Pembendung (tourniquet) 4. Plester

5. Gunting verban 6. Bengkok 7. Jam tangan c. Obat-obatan 1. Alcohol 70% 2. Cairan sesuai anjuran dokter 4) Persiapan Pasien Persiapan Lingkungan Prosedur Pelaksanaan 1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan 2. Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi supine) Memasang sketsel A. Fase Orientasi: 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan tindakan kepada klien 4. Menjelaskan prosedur 5. Menanyakan kesiapan klien B. Fase Kerja: a. Mengisi selang infus: 1. Perawat mencuci tangan dan memakai handscoon 2. Desinfeksi karet penutup botol 3. Menusukkan infus set ke dalam botol infuse 4. Pengatur tetesan infus ditutup, jarak 24 cm dibawah tempat tetesan 5. Menggantungkan botol infuse di standart infus 6. Ruang tetesan diisi setengah (Jangan sampai terendam) 7. Selang infus diisi cairan infus dan dikeluarkan udaranya b. Melakukan kateterisasi vena (prosedur kateterisasi vena di lengan bawah) 1. Pasang perlak kecil dan alasnya dibawah bagian yang akan dipungsi 2. Pasang torniket di sebelah proksimal vena yang akan dipungsi 3. Tentukan vena yang akan dikateter bila perlu dipalpasi 4. Lakukan tindakan antisepsis dengan kapas alcohol 70% pada lokasi vena tempat masuk kateter dan sekitarnya 5. Regangkan kulit kearah distal. Tusukkan jarum dengan sudut 20 0 terhadap permukaan kulit. Lubang menghadap keatas. Masukkan jarum sesuai dengan arah garis vena. 6. Tahan kanula dan tarik jarum sedikit. Bila tampak darah keluar berarti kanula telah masuk ke vena. Tahan jarum dan dorong kanula kateter 7. Lepaskan torniket, tempelkan kapas ditempat pungsi 8. Pasang selang infus berisi cairan infus yang telah dipersiapkan

Penampilan selama tindakan sebelumnya 9. Fiksasi kateter dan selang infus dengan plester 10. Mengatur tetesan dalam satu menit sesuai intruksi 11. Tutup kulit dengan kassa steril 12. Merapikan pasien 13. Melepas handscoon dan mencuci tangan 14. Mencatat: tanggal dan jam pemberian cairan, macam cairan C. Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan: Tanyakan keadaaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan Obsevasi adanya komplikasi setelah pemasangan infus/ terapi intravena (flebitis, infiltrasi, iritasi vena, hematoma, tromboflebitis, thrombosis, spasme vena, dan kerusakan syaraf, tendon dan ligament). Pencegahan komplikasi pemasangan terapi intravena a) Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru b) Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi c) Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain d) Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan e) Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir f) Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus g) Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan memakai kapas alcohol h) Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik sterilisasi dalam pemasangan infuse i) Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil j) Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat k) Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan millimeter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit 2. Menyampaikan tindak lanjut jika ada keluhan bisa menghubungi perawat di ruangan 3. Berpamitan 1. Komunikasi terapeutik 2. Menjaga keamanan pasien

DAFTAR RUJUKAN Ford MJ, Robertson JE, Munro JF. Manua of Medica Procedures (terjemahan). Jakarta:EGC, 1995 Hidayat, Alimul Aziz. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC