BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disepakati disebut Low Birth Weigth Infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

makalah KEK dalam kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah (eritrosit) di dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin ibu hamil< 11

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR ASUPAN GIZI DAN PEMAKAIAN ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal yaitu dibawah 11 g/dl pada trimester I dan III dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II. 2 Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. 4 Anemia lebih sering dijumpai saat kehamilan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula beberapa perubahan dalam darah dan sum-sum tulang, akan tetapi bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pengenceran menyebabkan viskositas darah rendah sehingga meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam kehamilan karena hidremia meningkatkan cardiac output. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. 2 Kadar Hb, eritrosit, dan hematokrit turun selama kehamilan sampai 7 hari postpartum. Setelah itu ketiga nilai itu meningkat dan 40 hari postpartum mencapai angka yang kira-kira sama dengan angka di luar kehamilan. Seorang wanita hamil dengan Hb 10-12 g/dl dianggap 6

anemia fisiologik/pseudoanemia sedangkan bila kurang dari 10 g/dl dianggap anemia patologis kehamilan. 2,4,5,6 2. Penyebab Anemia Pada Kehamilan 4 Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya Asupan zat besi dan protein dari makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat. e. Gangguan pencernaan dan absorbsi. 3. Gejala Anemia Kekurangan kadar Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala-gejala yang dialami ibu hamil yaitu cepat lelah, tampak lemas, letih lesu, sering pusing, nafsu makan turun, sakit kepala, mata berkunangkunang, konsentrasi hilang, Gejala anemia bisa dilihat dari pemeriksaan fisik ibu yaitu conjuctiva pucat dan warna pucat pada mukosa bibir, telapak tangan dan dasar kuku. 1,2,5,7 4. Prognosis Prognosis anemia defisiensi zat besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan dan infeksi. 2,4 5. Pencegahan anemia Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan sulfas ferroosus sehari 1 tablet berturut turut minimal selama kehamilan 90 hari. Tablet zat besi tersebut diberikan atau dimulai pada waktu pertama kali memeriksakan kehamilannya. Kehamilan waktu trimester I biasanya ibu hamil mengalami mual-mual atau muntah sehingga untuk mengurangi keluhan tersebut tablet zat besi diberikan setelah keluhan hilang atau 7

berkurang, yaitu saat trimester II. Setiap mengkonsumsi zat besi disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak protein dan sayursayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin. Anemia pada masa kehamilan dapat di cegah dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung) ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat menghindari anemia pada masa kehamilan. 1,4,8,9 a. Pengobatan Anemia defisiensi besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 g/dl / bulan. Asam folat untuk terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. 2 Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 g/dl. 3 b. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B 12. Pengobatannya: 1) Asam folik 15 30 mg per hari 2) Vitamin B 12 3 X 1 tablet per hari 3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari 4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban Sehingga dapat diberikan transfusi darah. 8

Program Nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia. 1) Pemberian tablet Fe (320 mg sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 tablet/hari selama 90 hari. 2) Ibu hamil anemia diberikan tablet besi 2-3 kali /hari selama 2-3 bulan, dan dilakukan : a) Pemantauan Hb b) Pemeriksaan darah tepi terhadap parasit malaria (daerah endemik) 3) Kombinasi tablet besi dan asam folat dapat diberikan, namun dapat juga diberikan dalam bentuk terpisah antara tablet zat besi dan tablet asam folat tetapi dengan dosis yang sama. 4) Vitamin C membantu penyerapan zat besi menjadi lebih efisien menganjurkan ibu agar: a) Meminum tablet zat besi dan makan buah-buahan (tomat, jeruk, air jeruk nipis), yang kaya akan vitamin C b) Makan sayuran hijau setiap hari c) Menghindari minuman teh dan kopi, karena dapat mengurangi penyerapan vitamin C bila ibu tidak mendapatkan vitamin C yang cukup dalam makanannya berikan tablet vitamin c 250 mg /hari. 5) Memberikan profilaksis bagi ibu hamil yang tinggal di daerah endemis malaria. Pemberian obat anti malaria (cloroquin) dengan dosis 300 mg (2 tablet @150 mg) diberikan sekali dalam seminggu, pada hari yang sama. Pemberian dimulai pada umur kehamilan 3 bulan sampai masa nifas (42 hari setelah persalinan) berakhir. 6) Ibu dengan kehamilan lebih dari 28 minggu dan kadar Hb kurang dari 8 g/dl, dirujuk ke dokter untuk pemeriksaan dan pengobatan anemia secara lengkap. 7) Penyakit anemia yang ditemukan sebelum masa kehamilan, dapat diobati dan diberi nasehat untuk memperbaiki kebiasaan makan. 9

Wanita yang memulai kehamilannya dengan gizi yang baik mempunyai risiko yang jauh lebih kecil terhadap kematian akibat perdarahan atau infeksi. Kemungkinan untuk mendapatkan bayi yang sehat dan cukup bulan juga akan lebih besar. 1,2,5,7 Kriteria Anemia dalam kehamilan menurut WHO disajikan pada Tabel 2.1 Tabel. 2.1 Kriteria Anemia dalam kehamilan menurut WHO 5 Hemoglobin (g/dl) Kriteria Anemia 11 Tidak anemia 10 10,9 Anemia ringan 7 9,9 Anemia sedang < 7 Anemia berat 6. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Disamping itu perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri natal, dan lain-lain). 1,6,8 10

Ibu hamil yang menderita anemia gizi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi bagi dirinya dan janin dalam kandungannya, sehingga anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik untuk ibu, baik dalm kehamilan, persalinan maupan nifas dan masa selanjutnya. a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan prematur hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman decompensasi cordis (Hb kurang dari 4 g/dl), hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini b. Pengaruh anemia pada persalinan dapat terjadi gangguan his-kekuatan mengejan kala I berlangsung lama, kala II lama, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri c. Pengaruh anemia pada kala nifas terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan post partum, infeksi puerperium. Decompensasio cordis yang mendadak, pengeluaran ASI berkurang, mudah terjadi infeksi mammae. d. Pengaruh anemia terhadap janin yaitu abortus, kematian intra uterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. 2,3,6 B. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin Kadar Hemoglobin merupakan salah satu indikator dari terjadinya anemia dimana bila kadar Hb kurang dari batas normal menunjukan salah satu tanda anemia, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung terjadinya anemia besi adalah jumlah besi yang terkandung dalam makanan, absorbsi besi dalam tubuh, kenaikan kebutuhan besi, kehilangan darah dan infeksi. Jumlah kandungan besi dalam makanan yang tidak mencukupi terjadi karena rendahnya status sosial ekonomi, rendahnya suplai makanan dan praktek pemberian makanan yang kurang baik. Pada absorbsi besi dalam tubuh komposisi makanan yang tidak bervariasi dan adanya zat-zat 11

penghambat absorbsi besi dalam makanan tersebut, adanya kenaikan kebutuhan besi disebabkan oleh pertumbuhan, kehamilan dan kondisi ibu yang sedang menyusui bayinya. Kehilangan darah dapat disebabkan oleh perdarahan kronis dan parasit dalam tubuh, sedangkan infeksi disebabkan oleh buruknya sanitasi dan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan, menurunnya kualitas dan kuantitas faktor-faktor tersebut akan menyebabkan rendahnya kadar Hb yang menuju pada anemia defisiensi besi. 1,7,8 2. Fungsi Hemoglobin Hemoglobin berfungsi sebagai alat transportasi untuk mengangkut O 2 dari paru-paru ke jantung dan kembali lagi ke paru-paru melalui Pembuluh darah vena dengan membawa CO 2. Di dalam Jaringan oksigen digunakan untuk proses pembakaran zat-zat makanan menjadi Energi, jadi bila pembentukan Hb terhambat akan dapat menimbulkan konsekuensi yang dapat merugikan tubuh. 2,3,7,9 3. Metode pemeriksaan Hemoglobin (Hb) Metode cyan-methemoglobin Merupakan metode yang lebih canggih dan masih cukup mahal sehingga belum semua laboratorium memilikinya.hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk Cyan-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan Fotometer dan dibandingkan dengan standar, pembacaan hasil dilakukan alat elektronik sehingga hasilnya lebih obyektif. Prosedur pemeriksaan dengan metode cyan-methemoglobin a. Reagensia 1) larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN) 60,6 mmo 1/1 2) larutan kalium sianida (KCN) 1,0 mmo 1/1 b. Alat / Sarana 1) pipet darah 2) tabung cuvet 12

3) kalorimeter c. Prosedur Kerja 1) masukan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet 2) ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan masukan ke dalam cuvet diamkan 3 menit. C. Kehamilan 1. Fisiologi Kehamilan Pada kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang menyebabkan berbagai dinamika dalam asupan makanan, termasuk asupan besi, absorbsi dan utilisasi. Pada tiap trimester terjadi keadaan yang spesifik dalam kebutuhan zat gizi maupun penggunaannya dalam tubuh. Kebutuhan akan sebagian besar zat gizi meningkat selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran jaringan reproduksi, adanya janin dalam kandungan dan oleh cadangan lemak dalam tubuh. Selama kehamilan seorang ibu akan bertambah berat badannya sebanyak 12,5 kg, dimana 2,5 kg terjadi pada minggu pertama dan pada akhir kehamilan peningkatannya mencapai 0,5 kg per minggu. Penambahan berat badan tersebut merupakan bagian dari kehamilan normal karena pada kehamilan terjadi perubahan dan jaringan lemak pada tubuh wanita hamil terutama pada darah, sistim kardiovaskuler. Peningkatan kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal mencapai 80000 kkal untuk seluruh masa kehamilan, kebutuhan energi ini memperhitungkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta untuk memenuhi kebutuhan lain karena perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama masa kehamilan hal ini terjadi penambahan sekitar 300 kkal setiap hari selama masa kehamilan. Perubahan yang menonjol adalah: a. Perubahan plasma darah. b. Perubahan sel-sel darah Akibat dari kedua hal tersebut diatas akan menimbulkan anemia fisiologis. 13

Volume plasma darah dimulai pada bulan ke 3 kehamilan, yang berangsur-angsur meningkat sampai mencapai titik maksimum pada umur kehamilan 32-36 minggu. Setelah itu volume plasma darah kemudian menurun dan mencapai titik normal setelah 3 minggu persalinan. Kebutuhan volume plasma darah dalam kehamilan meningkat guna memenuhi kebutuhan cairan plasma rahim yang membesar di sertai juga dengan pembesaran pembuluh darah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim di sebut hidremia atau hipervolemia, bertambahnya sel-sel darah merah kurang di bandingkan dengan bertambahnya plasma darah hal ini dapat menyebabkan pengeceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : a. Plasma 30 persen b. Sel-sel darah 18 persen c. Hemoglobin 19 persen Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pengenceran meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat dari hidremia cardiac out put meningkat kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah, resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. 2,3,5,6 2. Kebutuhan gizi ibu hamil Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Pada masa kehamilan kebutuhan zat gizi lebih banyak peningkatan yang lebih jelas adalah kebutuhan energi/kalori sekitar 15% dari kalori normal untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak. Pada setiap kehamilan zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk setiap individu berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin 14

dan juga di pengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan nutrien terganggu. Pada awal kehamilan trimester pertama kebutuhan energi masih sedikit dan terjadi peningkatan pada trimester ke II dan trimester ke III. Kebutuhan gizi ibu hamil a. Kebutuhan energi 300 Kkal/hari b. Karbohidrat 1.500 kalori c. Protein dan asam amino 60-76 gram /hari d. Lemak tidak lebih dari 25 % Kebutuhan vitamin yang larut dalam lemak a. Vitamin A trimester III 200mg/hari b. Vitamin D 10 mg/hari c. Vitamin E 2 mg/hari Kebutuhan Vitamin yang larut dalam air a. Vitamin C 70 mg /hari b. Thiamin 0,4 mg/hari c. Niasin 2mg /hari d. Riboflavin 0,2 mg /hari e. Asam folat 0,2 mg/hari f. Kalsium 900 mg /hari g. Fosfor 700 mg/hari h. Seng 15 mg /hari i. Besi 30-60 mg /hari 1,2,5,7,9,10,11,12 3. Kebutuhan Besi Pada Wanita Hamil Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8 10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 15

2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil. 7,8 4. Klasifikasi anemia dalam kehamilan Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: a. Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah yang sering di jumpai pada kehamilan. b. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B 12 c. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Pemeriksaan untuk diagnostik diperlukan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. d. Hemolitik Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organorgan vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah, namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. Keempat kelompok anemia tersebut paling banyak adalah anemia defisiensi besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan 16

pengunaan atau karena terlampau banyak besi keluar dari badan, misalnya: pada perdarahan. 2,3,6 D. Faktor penyebab kejadian anemia dalam kehamilan Anemia umumnya disebabkan oleh kurang gizi, kurang tablet besi, malabsorbsi, perdarahan kronik, penyakit-penyakit kronik, Hipervolemia menyebabkan terjadinya pengenceran darah, Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. 4 1. Status Gizi Status Gizi adalah suatu keadaan kurangnya kebutuhan tubuh akibat ketidakseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat pada saat kehamilan, karena di perlukan untuk pertumbuhan janinnya. Kondisi seorang wanita kurang gizi dapat dilihat dari kondisi fisiknya. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LLA) untuk mengetahui apakah menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Indikator kurang energi kronik (KEK) menggunakan standar LILA kurang dari 23,5 cm. Kondisi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain kekurangan nutrisi dapat menyebabkan turunnya kadar hemoglobin (anemia), meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran prematur dan pada ibu terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian ibu dan anak. Kurang gizi yang dialami ibu hamil akan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia kerena zat besi dalam tubuh kurang yang disebabkan kurangnya asupan makanan sehingga cadangan zat besi dalam tubuh berkurang selama kehamilan yang berlangsung secara terus menerus yang menyebabkan status gizi yang kurang berdampak pada terjadinya anemia selama kehamilan trimester III. Kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12 tetapi yang sering terjadi adalah karena kekurangan zat besi yang disebabkan oleh kurangnya zat 17

besi dalam tubuh sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrommikrositer. Timbulnya anemia defisiensi besi antara lain karena kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi di usus, perdarahan akut maupun kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada ibu hamil. 5,7,9,10 2. Anemia kurang zat besi Merupakan anemia yang paling sering ditemukan, dapat disebabkan karena kurang asupan besi dalam makanan, gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena pengeluaran besi terlalu banyak dari tubuh misalnya pada perdarahan. Jika terjadi defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan basal produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah yang terbentuk mengandung sedikit Hb. Kebutuhan zat besi ibu hamil tiga kali lebih banyak dibandingkan wanita tidak hamil. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester terakhir, apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Di daerah khatulistiwa besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan kulit. Di Indonesia asupan besi per hari untuk wanita tidak hamil (12 mg), wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg). Peningkatan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber zat besi yang mudah diserap dan sumber makanan nabati yang tinggi zat besinya. Kurang asupan zat besi yang menyebabkan anemia ibu hamil di samping asupan makanan juga dari konsumsi tablet zat besi yang di minum selama kehamilan. Permasalahan dalam suplemen zat besi ini adalah akibat samping yang dihasilkan dan kesulitan mematuhi meminum pil karena kurangnya kesadaran akan pentingnya masalah anemia gizi besi. Keluhan yang timbul dari mengkonsumsi tablet zat besi adalah sakit lambung, mual, muntah, diare, dan konstipasi, yang menyebabkan ibu hamil enggan 18

minum tablet zat besi. Asupan makan yang mengandung zat besi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti minum kopi/air teh yang di lakukan secara bersamaan pada waktu makan akan menyababkan penyerapan zat besi semakin rendah. Asupan zat besi disamping dari makanan juga dari konsumsi tablet besi yang tidak sesuai dengan standar yaitu satu tablet per hari atau minimal 90 tablet selama kehamilan akan berpengaruh terhadap kejadian anemia kehamilan. 1,5,9,10,12 3. Malabsorbsi Malabsorbsi adalah terjadinya gangguan absorbsi zat gizi pada proses pencernaan baik karena faktor hormonal maupun pada sistim saluran pencernaannya. Makanan yang dikonsumsi ibu tidak dapat diserap dengan baik karena adanya kelainan tersebut sehingga tubuh kekurangan zat gizi. Penyebab anemia pada masa kehamilan juga bisa terjadi akibat pencernaan yang tidak lancar. Pencernaan yang tidak lancar membuat proses produksi/regenrasi sel-sel darah merah menjadi terhambat ataupun tidak maksimal. Setiap saat sistem perputaran sel-sel darah merah keseluruh tubuh selalu memerlukan sistem kerja organ-organ tubuh yang maksimal, baik dari segi kebersihan darah dan nutrisi untuk menjaga jumlah kandungan sel-sel darah tersebut. Jika proses pencernaan selalu dalam keadaan yang baik dan tubuh dalam kondisi sehat, secara langsung dapat menurunkan resiko anemia pada masa kehamilan. 4. Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, haid dan lainlain. Riwayat perdarahan yang banyak pada persalinan yang lalu maupun riwayat haid yang banyak menyebabkan kekurangan zat besi dalam darah sehingga menyebabkan anemia. Kehilangan banyak darah akibat dari pardarahan sewaktu bersalin yang lalu atau perdarahan yang rutin setiap bulan (menstruasi) yang sangat banyak yang menyebabkan terjadinya anemia pada kehamilan. 19

5. Penyakit-penyakit kronik seperti : TBC, cacing usus, malaria. Penyakit kronik seperti TBC, cacing usus, dan malaria merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi, dengan penanggulangan dan pemberantasan penyakit tersebut diharapkan dapat meningkatkan status besi dalam tubuh. Upaya ini harus diikuti dengan peningkatan konsumsi pangan yang seimbang dan beragam. Penyakit kronik TBC akan mempengaruhi suplai oksigenasi berkurang, sehingga kadar oksigen dalam darah yang berfungsi mengikat Hb menjadi berkurang. Pada penyakit malaria terjadi pemecahan sel eritrocit sehingga menjadi rusak dan menyebabkan anemia. Diantara penyebab anemia, maka kekurangan zat besi atau anemia defisiensi besi menduduki urutan pertama. 1,2,4,6,10 E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu melalui panca indra. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: 16 1) Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau mengingat kembali materi yang telah diberikan yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan. 2) Memahami Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat 20

menginterpretasikan secara benar dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya) 4) Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang ada. b. Kriteria Tingkat Pengetahuan 16 Dinilai dengan menghitung jumlah skor dari jawaban responden. Pengetahuan seseorang dapat di ketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: Baik : Jika jawaban benar 76%-100% Cukup : Jika jawaban cukup 56%-75% Kurang : Jika jawaban kurang < 56%. 21

2. Umur Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mental belum matang sehingga mudah mengalami gonjangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zatzat gizi selama hamil, sedangkan umur lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran dan daya tahan tubuh sehingga memerlukan energi yang besar karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup untuk mendukung kehamilan yang sedang berlangsung, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko terjadinya anemia. 5,11,12 3. Jumlah anak Jumlah anak atau paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya, apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan janin yang dikandung. Anemia lebih sering ditemukan pada paritas yang lebih tinggi, frekuensi anemia semakin meningkat dengan bertambahnya anak yang pernah di lahirkan. Ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali meningkatkan risiko terjadinya anemia. 5,10,11,12 4. Jarak kelahiran Jarak kelahiran adalah waktu sejak hamil sampai terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia besi. 10,11,12 22

B. Kerangka Teori Pengetahuan ibu hamil tentang anemia Asupan makanan - Mengkonsumsi Fe - Zat pengambat dan pemacu absorbsi Konsumsi tablet besi Penyakit kronik Asupan Fe Peningkatan kebutuhan/ Pengeluaran darah Pendarahan kronik Anemia Usia kehamilan Jarak kelahiran Jumlah anak Umur Status Gizi Sumber : 1,2,5,10,11,12 Gambar 2.2 Kerangka Teori C. Kerangka konsep Variabel Bebas 1. Pengetahuan tentang anemia 2. Status Gizi 3. Umur 4. Jumlah Anak 5. Jarak kehamilan Gambar 2.3 Kerangka Konsep Variabel Terikat Kejadian anemia pada ibu hamil Variabel Pengganggu 1. Perdarahan kronik 2. Penyakit kronik 23

D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian : 1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang anemia dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah puskesmas Puweri. 2. Ada hubungan Status Gizi dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah puskesmas Puweri. 3. Ada hubungan umur ibu hamil dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah puskesmas Puweri. 4. Ada hubungan jumlah anak dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah puskesmas Puweri. 5. Ada hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah puskesmas Puweri. 24