Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

dokumen-dokumen yang mirip
Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang Disimpan Pada Suhu 5 C

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

Kualitas Semen Ayam Kampung Pada Suhu 3-5 o c Pada Pengenceran Fosfat Kuning Telur Dengan Penambahan Laktosa

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Burung Puyuh (Coturunix coturnix japonica) dalam Pengencer Fosfat Kuning Telur pada Suhu 4ºC

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

Indonesia Medicus Veterinus Juni (3) : pissn : ; eissn :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP MOTILITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

PENDAHULUAN Latar Belakang

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Kuning Telur terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Anjing

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

Lama Penyimpanan Semen Burung Puyuh pada Suhu 29ºC dengan Pengencer Fosfat Kuning Telur Terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa

VIABILITAS SPERMATOZOA RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI DALAM PENGENCER TRIS DENGAN SUMBER KARBOHIDRAT BERBEDA YANG DISIMPAN PADA SUHU RUANGAN

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Madu Meningkatkan Kualitas Semen Kalkun Selama Penyimpanan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.1:

Transkripsi:

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C IDEAL GLUCOSE DOSAGE ON EGG YOLK PHOSPHATE BUFFER FOR MAINTAINING SEMEN TURKEYS QUALITY IN TEMPERATURE 5 C Jian Rindawidya Pambudi 1, Made Kota Budiasa 2, Wayan Bebas 2 1. Mahasiswa Program Pendidikan Kedokteran Hewan, 2. Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. P.B.Sudirman Denpasar Bali Tlp, 0361-223791 Email : jianangelo@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat dalam mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun yang disimpan pada suhu 5 0 C. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dengan 6 ulangan : kelompok T o (kontrol), kelompok T 1 (glukosa konsentrasi 0,3 w / v %), kelompok T 2 (glukosa konsentrasi 0,6 w / v %), kelompok T 3 (glukosa konsentrasi 0,9 w / v %). Pemeriksaan motilitas dilakukan di bawah mikroskop terhadap spermatozoa yang memiliki pergerakan progresif dan daya hidup dilakukan dengan pewarnaan eosin negrosin. Pemeriksaan dimulai saat penyimpanan sampai motilitas dibawah 40% dan daya hidup dibawah 45%, yaitu 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, dan 84 jam. Metoda penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik General Linear Model (Multivariate). Apabila perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat memberikan pengaruh nyata untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa. Penambahan glukosa dengan konsentrasi 0,6 w / v % merupakan dosis ideal untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun (Meleagris gallopavo) pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 o C. Kata kunci : semen kalkun, glukosa, penyimpanan 5 o C ABSTRACT This study aimed to determine the effect of glucose on the egg yolk phosphate buffer to maintain sperm motility and viability turkey stored at a temperature of 5 0 C. The study is based on a completely randomized design with 4 treatments with 6 replications: To group (control), group T1 ( glucose concentration of 0.3 w / v%), group T2 (glucose concentration of 0.6 w / v%), T3 group (glucose concentration of 0.9 w / v%). Motility examination conducted under the microscope of the spermatozoa that have progressive movement and vitality done with eosin staining negrosin. Inspection starts when the storage to below 40% motility and viability below 45%, which is 0 hours, 12 hours, 24 hours, 36 hours, 48 hours, 60 hours, 72 hours, and 84 hours. The research method used in this research is to use statistical tests General Linear Model (Multivariate). If significant treatment effect (p <0.05) carried out further tests using the Duncan test. The results showed that the addition of glucose to the egg yolk phosphate buffer give real effect to maintain motility and viability of spermatozoa. The addition of glucose at a concentration of 0.6 w / v% is the ideal dosage to maintain the vitality of spermatozoa motility and turkey (meleagris gallopavo) in egg yolk phosphate buffer stored at 5 C. 104

Key words : turkey s semen, glucose, storage at 5 C PENDAHULUAN Kalkun merupakan salah satu jenis aneka ternak unggas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai sumber daging karena sarat akan gizi yang tinggi dan sebagai hewan hias karena memiliki bulu yang indah. Kalkun dalam perkembanganya memang tidak sepesat ternak unggas lainnya seperti ayam negeri dan ayam kampung. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas reproduksi kalkun adalah pada saat proses perkawinan alami terdapat perbedaan berat yang mencolok antara kalkun jantan dan kalkun betina. Salah satu teknik untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan memanfaatkan tehnologi inseminasi buatan (IB). Dengan tehnik IB dapat dilakukan proses seleksi genetik, sehingga dapat menghasilkan produk yang unggul. Dalam penerapan inseminasi buatan kualitas semen harus tetap dipertahankan sampai semen tersebut diinseminasikan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas semen adalah sifat-sifat fisik dan kimia bahan pengencer (ph, tekanan osmose, elektrolit yang terkandung), kadar pengencer, cahaya, suhu, dan lama penyimpanan (Toelihere, 1985). Partodiharjo (1992) menyatakan bahwa penggunaan bahan pengencer untuk keperluan IB selama penyimpanan harus bisa berfungsi sebagai sumber energi bagi spermatozoa, sebagai agen pelindung terjadinya kejut dingin (cold shock), sebagai penyangga (buffer) bila terjadinya perubahan ph, untuk mempertahankan tekanan osmotik, memperbanyak volume, keseimbangan elektrolit, dan mencegah pertumbuhan kuman. Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di atas titik beku (Rusdin dan Jumat, 2000). Glukosa dapat berfungsi sebagai krioprotektan ekstraseluler yang berperan dalam melindungi spermatozoa selama proses penyimpanan pada suhu dingin (Rizal et al., 2006). Glukosa sebagai monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber energi bagi sel selama proses penyimpanan pada suhu dingin (Yulnawati et al., 2010). Fungsi gula dalam larutan pengencer adalah bertindak sebagai krioprotektan, mempertahankan tekanan osmosis larutan pengencer dan sebagai sumber energi bagi spermatozoa selama inkubasi pada proses pembuatan semen. 105

Glukosa sebagai gula diharapkan dapat mempertahankan kualitas spermatozoa yang diencerkan dalam pengencer kuning telur fosfat. Penambahan laktosa yang merupakan disakarida (glukosa dan galaktosa) di dalam pengencer telah dilaporkan terbukti dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa kambing peranakan etawah (Souhoka et al., 2009), juga telah dilaporkan berhasil pada domba Garut (Rizal et al., 2006). Melihat besarnya peranan pengencer dan penambahan bahan tertentu terhadap kualitas semen selama penyimpanan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 0 C terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan satu ekor kalkun jantan berumur 1,5 tahun. Selama penelitian kalkun dipelihara secara intensif dengan cara dikandangkan, diberikan pakan kosentrat komersial (Charoen Pokphand 594, diberi makan 200 mg/hari) dan diberi minum ad libitum secara teratur. Kalkun diadaptasikan selama satu minggu sebelum dilakukan penampungan semen. Penampungan semen dilakukan dengan metode pemijatan. Semen yang didapat kemudian dihomogenkan dan dilakukan pemeriksan secara makroskopis (volume, ph, bau, kosistensi) dan mikroskopis (gerakan massa, gerakan indiviidu, dan konsentrasi)(hafez, 2000). Pengenceran semen dilakukan dengan memasukkan semen kedalam bahan pengencer dengan konsentrasi sperma 10 8 /ml. Pembuatan glukosa 0,3 w/ v %, 0,6 w/ v %, 0,9 w/ v % dilakukan dengan menambahkan masing-masing 0,3 mg, 0,6 mg, dan 0,9 mg glukosa kedalam 100 ml pengencer kuning telur fosfat lalu dihomogenkan. Semen yang telah diencerkan disimpan pada suhu 5 C dan dilakukan pengamatan terhadap motilitas progresif dan daya hidup pada masing-masing pengencer dalam waktu 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84 jam atau hingga motilitas dibawah 40% dan daya hidup dibawah 45%. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik menggunakan General Linear Model (Multivariate) Apabila perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian motilitas spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat dengan penambahan glukosa yang disimpan pada suhu 5 0 C dapat di lihat pada tabel 1. 106

Tabel 1 Rata-rata ( x ± SD) motilitas spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat dengan penambahan glukosa yang disimpan pada suhu 5 C Waktu Motilitas (%) Pengamatan T0 T1 T2 T3 0 jam 85.00 ± 0.00 85.00 ± 0.00 85.00 ± 0.00 85.00 ± 0.00 12 jam 80.67 ± 1.53 81.67 ± 1.16 82.33 ± 2.08 81.67 ± 1.00 24 jam 74.00 ± 1.00 75.00 ± 1.00 78.67 ± 0.58 76.33 ± 1.00 36 jam 68.67 ± 0.58 69.67 ± 0.58 76.33 ± 0.58 74.33 ± 0.58 48 jam 64.67 ± 1.53 65.33 ± 1.16 70.33 ± 0.58 68.67 ± 0.58 60 jam 40.67 ± 1.16 54.67 ± 0.58 59.67 ± 0.58 54.67 ± 0.58 72 jam 30.67 ± 1.53 43.33 ± 0.58 50.67 ± 0.58 43.67 ± 0.58 84 jam 18.33 ± 2.08 34.33 ± 0.58 39.33 ± 1.16 37.67 ± 2.00 Keterangan : T0 : Kontrol (tanpa glukosa) T1 : Glukosa 0,3 w / v % T2 : Glukosa 0,6 w / v % T3 : Glukosa 0,9 w / v % Hasil penelitian daya hidup spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat dengan penambahan glukosa yang disimpan pada suhu 5 0 C dapat di lihat pada tabel 2. Tabel 2 Rata-rata ( x ± SD) daya hidup spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat dengan penambahan glukosa yang disimpan pada suhu 5 C. Waktu Daya Hidup (%) Pengamatan T0 T1 T2 T3 0 jam 95.00 ± 0.00 95.00 ± 0.00 95.00 ± 0.00 95.00 ± 0.00 12 jam 87.67 ± 0.58 87.67 ± 0.58 87.67 ± 0.58 87.67 ± 0.58 24 jam 86.67 ± 0.58 86.67 ± 0.58 86.67 ± 0.58 86.67 ± 0.58 36 jam 73.33 ± 1.16 83.67 ± 0.58 83.67 ± 0.58 73.67 ± 0.58 48 jam 67.33 ± 1.16 78.67 ± 0.58 78.67 ± 0.58 68.67 ± 0.58 60 jam 50.33 ± 0.58 62.67 ± 0.58 63.67 ± 0.58 52.67 ± 0.58 72 jam 40.33 ± 0.58 50.33 ± 0.58 57.67 ± 0.58 47.67 ± 0.58 107

84 jam 31.33 ± 0.58 38.67 ± 0.58 44.33 ± 1.16 41.67 ± 0.58 Keterangan : T0 : Kontrol (tanpa glukosa) T1 : Glukosa 0,3 w / v % T2 : Glukosa 0,6 w / v % T3 : Glukosa 0,9 w / v % Penambahan glukosa memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 0 C. Hasil menunjukkan bahwa secara umum penambahan glukosa pada bahan pengencer kuning telur fosfat mampu mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun yang disimpan pada suhu 5 0 C sampai 84 jam pengamatan pada batas ukuran kelayakan motilitas 40% dan daya hidup spermatozoa dibawah 45% (Tabel 1 dan 2). Dari hasil penelitian yang didapat membuktikan bahwa penambahan glukosa secara nyata (p<0,05) dapat mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 0 C bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini juga membuktikan bahwa glukosa dapat berperan sebagai senyawa krioprotektan ekstraseluler dalam terjadinya kejutan dingin. Selanjutnya melalui uji lanjutan yaitu dengan uji Duncan memperlihatkan bahwa konsentrasi 0,6 w / v % penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 0 C memberikan hasil yang terbaik terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun. Hal tersebut mengindikasikan penambahan glukosa dengan konsentrasi 0,6 w / v % pada pengencer kuning telur fosfat merupakan dosis optimum dan terbaik dalam mempertahankan kualitas semen cair kalkun yang disimpan pada suhu 5 0 C. Pada konsentrasi glukosa 0,3 w / v % terjadi penurunan terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa, hal ini kemungkinan disebabkan karena senyawa krioprotektan ekstraseluler (glukosa) pada konsentrasi tersebut belum mencukupi untuk mencegah terjadinya kejutan dingin. Sedangkan pada konsentrasi glukosa 0,9 w / v % juga terjadi penurunan motilitas dan daya hidup spermatozoa, hal ini diduga karena penambahan senyawa krioprotektan ekstraseluler dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan osmotik larutan pengencer. Peningkatan tekanan osmotik larutan pengencer mengakibatkan kepekatan pada larutan pengencer, sehingga dapat mengurangi ruang gerak bagi spermatozoa yang akhirnya berakibat pada motilitas spermatozoa. Jika kurang dapat diadaptasi dengan baik oleh spermatozoa dapat 108

berakibat buruk terhadap berlangsungnya proses metabolisme spermatozoa. Hal ini akan mengganggu berlangsungnya proses-proses biokimia secara normal di dalam sel, yang pada akhirnya akan menurunkan daya hidup spermatozoa itu sendiri selama penyimpanan. Fenomena ini didukung hasil penelitian Rizal et al., (2006) yang melaporkan bahwa penambahan 120 mm laktosa di dalam pengencer Tris menghasilkan semen beku dengan kualitas yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan penambahan 60 mm. Selain sebagai kriprotektan ekstraseluler, glukosa juga dapat berfungsi sebagai sumber energi cadangan bagi spermatozoa. Dimana dalam proses penyimpanan pada suhu dingin (5 o C), proses metabolisme spermatozoa akan tetap berlangsung meskipun terjadi penurunan metabolisme. Sehingga spermatozoa akan selalu membutuhkan energi untuk dapat bermetabolisme selama proses penyimpanan. Hal tersebut menyebabkan lama waktu penyimpanan berpengaruh terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa waktu pengamatan memberikan perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun. Semakin lama waktu penyimpanan akan menyebabkan terjadinya penurunan motilitas dan daya hidup spermatozoa (Tabel 1 dan 2). Hal ini disebabkan karena motilitas dan daya hidup spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa adenosin tri phosphat (ATP) hasil metabolisme. Dalam hal ini glukosa dapat berfungsi sebagai substrat sumber energi cadangan bagi spermatozoa menggantikan suplai energi dari pengencer kuning telur fosfat yang akan terus berkurang selama proses penyimpanan. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat memberikan pengaruh nyata untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa. Penambahan glukosa dengan konsentrasi 0,6 w / v % merupakan dosis ideal untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun (Meleagris gallopavo) pada pengencer kuning telur fosfat yang disimpan pada suhu 5 o C. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap fertilitas dan daya tetas telur kalkun, yang dihasilkan dari proses IB dengan menggunakan semen yang disimpan pada suhu 5 0 C dengan 109

penambahan glukosa pada pengencer kuning telur fosfat, serta Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penambahan glukosa pada semen kalkun yang disimpan dalam straw beku (- 196 0 C). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Gilbert, A. B. 1980. Poultry. Di dalam : E.S.E. Hafez (Ed). Reproduction in farm animals. Edisi Ke-4. Lea and Febiger, Philadelphia. 423-446. Hafez, E.S.E. 2000. Preservation and Cryopreservation of Gametes and Embryos. Di dalam: Hafez E.S.E, Hafez B (ed). Reproduction in Farm Animals. Edisi Ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins : 431-442. Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan I. Mutiara, Jakarta. Rizal, M., M. R. Toelihere, T. L. Yusuf, B. Purwantara dan P. Situmorang. 2006. Kriopreservasi Semen Domba Garut dalam Pengencer Tris dengan Konsentrasi Laktosa yang berbeda. J Vet. 19 (2) : 79-83. Rusdin dan K. Jum at., 2000. Motilitas dan Recovery Sperma Domba dalam Berbagai Pengencer Selama Penyimpanan Pada Suhu 5 C. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. J Vet. 11(1):110-112 Souhoka, D. F., M. J. Matatula, W. M. Mesang-Nalley, M. Rizal. 2009. Laktosa Mempertahankan Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Dipreservasi dengan Plasma Semen Domba Priangan. J Vet. 10 (3) : 135-142 Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. CV Angkasa, Bandung. Yulnawati, Maheshwari, H., Rizal, M., Herdis. 2010. Maltosa Mempertahankan Viabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair. J Vet. 11(1):126-130. 110