TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial,

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten yang ada di. 206 desa. Kecamatan Tapung adalah kecamatan yang memiliki

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus

BAB I. PENDAHULUAN. Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar

BAB III AKAD KERJA SAMA DAN NISBAH BAGI HASIL ANTARA PEMILIK MODAL DENGAN PEMILIK PERAHU DI DESA PENGAMBENGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Provinsi Jambi memiliki sumberdaya perikanan yang beragam dengan jumlah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa antara lain ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KONFLIK KELOMPOK DENGAN MOTIVASI KERJA PADA MASYARAKAT PESISIR DI BATANG

POLA KERUANGAN DESA A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa-Kota Bintarto

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita adalah perempuan yang sudah dewasa, sedangkan perempuan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Nelayan Belawan merupakan perkampungan yang terletak di

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik mengenai isi pembelajaran yang disampaikan disekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

II. TINJAUAN PUSTAKA. beragam. Butsi, Soeaidy, dan Hadi (2013) mengungkapkan bahwa efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor eksternal (luar diri) siswa. Aspek internal meliputi kemampuan, minat, motivasi, nilai-nilai dan sikap, ekspektasi (harapan), dan persepsi siswa tentang sekolah. Pada aspek eksternal meliputi latar belakang ekonomi orangtua, persepsi orangtua tentang pendidikan, jarak sekolah dari rumah, hubungan guru-murid, usaha yang dilakukan pemerintah (meliputi pemberian bantuan dan pengadaan sarana dan prasarana). Banyaknya siswa-siswa yang tidak berhasil dalam belajar, termasuk banyaknya anak-anak putus sekolah bisa dilihat dari kedua aspek tersebut (Hasanuddin, 2000). Pemberian motivasi kepada masyarakat nelayan tentang pendidikan, meski sedikit demi sedikit sudah ada perkembangan, namun sangat susah merombak tradisi pemikiran masyarakat setempat. Melihat hal tersebut, tampaknya pemerintah perlu memikirkan bagaimana anak-anak nelayan bisa mengakses pendidikan dengan wajar. Infrastruktur pendidikan, berikut SDM-nya masih menjadi hal penting disamping sarana transportasi antar pulau (Sanomae. 2005). Menurut Kamus Besar Indonesia, aspirasi adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan yang akan datang atau ilham yang timbul dalam mencipta. Gagasan adalah nerupakan hasil pemikiran atau ide, sedangkan persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau serapan maupun pandangan atau pemahaman. 8

Alasan petani-nelayan berusahatani-melaut adalah : untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sesuai dengan sumber daya yang ada, meneruskan pekerjaan orang tua. Disamping itu, alasan lain adalah karena sulitnya mencari pekerjaan, adanya keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan tidak ada pekerjaan lain. Petani-nelayan yang berlatar pendidikan rendah menyadari bahwa Indonesia adalah negara agraris dan petaninelayan adalah tulang punggung perekonomian negara (Azahari, A. 2002). Menurut Dahuri dkk (2001), di dalam pembangunan masyarakat, desa pantai (tempat bermukim nelayan) sesuai sifat, situasi dan kondisi yang ada, ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut : 1. Desa pantai pada umumnya terisolasi. 2. Sarana pelayanan dasar termasuk prasarana fisik masih terbatas. 3. Kondisi lingkungan kurang terpelihara. 4. Air bersih dan sanitasi jauh dari cukup. 5. Keadaan perumahan umumnya masih jauh dari layak huni. 6. Keterampilan yang dimiliki penduduk umumnya terbatas pada masalah penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan. 7. Pendapatan penduduk rendah. 8. Peralatan melaut yang dimiliki terbatas. 9. Permasalahan modal. 10. Waktu dan tenaga yang tersita untuk kegiatan penangkapan ikan cukup besar sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk mencari usaha tambahan maupun memperhatikan keluarga. 11. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan kehidupan ikan maupun siklus hidup biota laut. 9

12. Pada umumnya keadaan lingkungan alam sekitar pantai kurang mendukung usaha pengembangan kegiatan pertanian. 13. Karena kurangnya waktu senggang, umumnya mereka kurang bergaul, kekeluargaan lemah dan kurang perhatian pada lembaga-lembaga masyarakat di desa maupun dalam pembangunan desanya. 14. Kegiatan ekonomi masyarakat umumnya masih tradisional, terbatas pada satu produk saja yaitu ikan. Dalam kehidupan nelayan, orang tua beranggapan bahwa anak lakilakinyalah yang nanti akan membantu melunaskan utang pada tengkulak. Di lain pihak, anak-anak muda nelayan juga cukup memahami kesulitan hidup orang tuanya sehingga keinginan untuk membantu orang tuanya pun cukup besar. Di samping itu, sebagian besar anak nelayan pun masih ingin bekerja di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga (Mulyadi. 2005). Dalam rumah tangga nelayan, lapangan kerja di luar penangkapan ikan seperti industri pengolahan dan perdagangan dapat meningkatkan perluasan kesempatan kerja secara total berupa masukan waktu rumah tangga untuk kegiatan produktif. Untuk kelompok istri dan anak-anak misalnya ketika partisipasi lapangan kerja mereka relatif rendah, dan pada saat bersamaan anakanak mereka juga perlu mendukung untuk pembentukan pendapatan di masa waktu luang. Perluasan lapangan kerja wanita yang tidak konflik dengan waktu pengasuhan anak dan waktu untuk kegiatan rumah tangga menjadi ini lebih rasional untuk dikembangkan daripada wanita dan anak-anak menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna tanpa menghasilkan nilai ekonomisnya (Mulyadi. 2005). 10

Pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir. Persoalan yang dihadapi adalah, sebagian masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting. Yang perlu dilakukan memotong pragmatisme nelayan dan membalik paradigma bahwa pendidikan itu penting (Anonimous. 2006). Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar yang akan mengakibatkan terjadinya globalisasi, akibat dari globalisasi adalah keterbukaan, demokratisasi dalam konteks kerjasama. Karena itu, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, arus globalisasi mengharuskan kita terlibat dalam proses saling berhubungan yang sifatnya mendunia, baik antar individu, bangsa, negara, organisasi kemasyarakatan, terutama dunia usaha dan perubahan di bidang transportasi dan komunikasi (Tampubolon, 2002). Alat transportasi dan komunikaso yang modern sebagai prasarana timbulnya globalisasi, telah juga memberikan peluang bagi kita untuk memanfaatkannya di bidang sosial budaya. Media komunikasi seperti televisi, komputer dan sebagainya dapat digunakan untuk menerima informasi. Kosmopolitan petani atau nelayan juga dipengaruhi oleh frekuensi petani tersebut mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Dimana kegiatan penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga terjadi peningkatan terhadap pengetahuan dan keterampilannya (Mulyono, M. 2001). 11

Landasan Teori Menurut Ensiklopedi Indonesia (dalam Mulyadi. 2005), yang dikatakan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penebar dan pemakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan), sebagai mata pencaharian. Tingkat pendidikan petani atau nelayan cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif. Makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan anak petani atau nelayan untuk sekolah (Azahari. 2002). Pendekatan pendidikan masyarakat nelayan perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial ekonomi rumah tangga nelayan untuk lebih memfokuskan sasaran target pelayanan pendidikan kepada mayoritas rumah tangga nelayan yang miskin. Selanjutnya intervensi pendidikan untuk nelayan harus memberikan prioritas kepada anak laki-laki usia 13 tahun ke atas (Pengemanan dkk,. 2002). Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar (Achmad. 2007). 12

Menurut Siagian (1995), motivasi mengandung 3 hal, yaitu : 1. Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran. 2. Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu atau kesediaan untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan. 3. Kebutuhan, yaitu keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. Semakin kuat dorongan atau motivasi seseorang untuk berproses maka semakin besar kemungkinan dia meraih sukses dalam pendidikan. Namun diakui, sukses tidaknya pelaksanaan pendidikan di tataran lingkungan masyarakat luas tergantung kepada banyak aspek seperti aspek internal seperti minat, persepsi, kemampuan belajar, harapan, sikap dan perilaku (Achmad.. 2007). Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Kuatnya motivasi seseorang berprestasi (usahanya) tergantung pada pandangannya tenteng betapa kuatnya keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai (Siagian. 1995). Kosmopolitan merupakan keterbukaan suatu kelompok masyarakat terhadap dunia luar atau terjadinya perubahan gaya hidup duatu kelompok masyarakat yang terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar kelompok 13

masyarakat tersebut dimana gaya hidup itu diadopsi oleh masyarakat tersebut menjadi gaya hidup mereka (Jhon,N dan P. Aburdene, 1990). Suatu sekolah dikatakan baik apabila penampilan sarana dan prasarana sekolah tersebut mencukupi, terutama sarana praktek. Dan infrastruktur yang baik adalah sarana dan prasarana yang berjalan sesuai fungsinya (Azahari. 2002). Menurut sulastiyono (1999), yang dimaksud fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para pemakai dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya, sehingga segala kebutuhan dapat terpenuhi. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti sekolah, sebaiknya merupakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajarmengajar agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang maksimal. Jenis-jenis fasilitas itu antara lain dapat berupa perpustakaan, laboratorium, pusat komputer dan internet, program pendidikan bahasa, dan sebagainya. Keadaan sosio ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak-anak. Dengan tercukupnya kebutuhan ekonomi keluarga secara materiil, anak-anak akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas antara lain pendidikan (Mudjijono, 1997). Dalam membangun SDM (Sumber Daya Manusia) masyarakat nelayan, maka aspek demografi hendaknya diperhatikan. Tingginya angka kelahiran (fertilitas) memerlukan program untuk mengendalikannya. Pengendalian kelahiran pada masyarakat nelayan memang sangat mendesak agar dalam jangka panjang besarnya anggota rumah tangga nelayan dapat dikendalikan secara berangsurangsur. Dalam aspek demografi rumah tangga nelayan memiliki beban ketergantungan yang relatif tinggi dengan indikasi dapat dijelaskan dari tingginya tingkat angka kelahiran dibandingkan dengan rumah tangga lainnya. 14

Kecenderungan ini sekaligus menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rumah tangga nelayan lebih tinggi daripada rumah tangga bukan nelayan (Pengemanan,A.P, dkk,. 2002). Pada bidang pendidikan selanjutnya perlu dipertahankan tingkat daftaran anak usia sekolah baik pria maupun wanita sebagai target kebijakan pendidikan untuk masyarakat nelayan. Dalam hal ini ditetapkan bahwa setidaknya anak nelayan diharuskan menyelesaikan pendidikan setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) maupun kejuruan. Pembangunan pendidikan pada masyarakat dalam jangka panjang harus dapat menjamin kemampuan generasi mendatang untuk dapat memilih tindakan-tindakan alternatif (Pengemanan,A.P, dkk,. 2002). Penduduk desa memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Standar pendidikan di pedesaan memang rendah karena kesempatan memperoleh pendidikan sangat kurang (Malasis. 1981). Menurut Siagian (1995), persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Karakter individu yang bersangkutan (The Perceiver), yang dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan. 2. Karakteristik dari objek setelah diteliti dapat mempengaruhi apa yang dirasakan (The Target). 3. Situasi yang mempengaruhi (The Situation). 15

Kerangka Pemikiran Kondisi sosial ekonomi nelayan berhubungan dengan pendapatan nelayan, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan dan tingkat kosmopolitan. Dimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi anak nelayan itu sendiri (motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi anak nelayan (motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan anak nelayan untuk belajar atau sekolah. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah berasal dari minat anak tersebut dan faktor eksternal berasal dari faktor infrastruktur yang ada. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi nelayan seperti pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, persepsi dan tingkat kosmopolitan nelayan. Motivasi anak nelayan untuk sekolah difokuskan kepada anak-anak nelayan yang berusia sekolah yaitu usia 6 18 tahun yang ada di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat digambarkan skema kerangka pemikiran dari penelitian sebagai berikut : 16

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Sosial Ekonomi : 1. Pendapatan Keluarga 2. Jumlah Tanggungan Keluarga 3. Persepsi Nelayan 4. Tingkat Kosmopolitan Nelayan 5. Infrastruktur (Respon Anak Nelayan Terhadap Infrastruktur) Motivasi Anak Nelayan Keadaan Internal : Untuk Sekolah 1. Minat 2. Persepsi 3. Kemampuan Belajar 4. Harapan 5. Sikap dan Perilaku Keterangan : = Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh 17

Hipotesis Penelitian 1. Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan dikatakan tinggi. 2. Ada pengaruh antara faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan. 18