CAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PETUGAS PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA LOKUS PENGENDALIAN INTERNAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA GURU SMA NEGERI DI KOTA BOGOR

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA KARYAWAN KONTRAK RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA HAMIL DI LUAR NIKAH Frita Khobirotun Nikmah Dosen Pembimbing: Dr. M. Mahpur, M. Si 2014

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

KONSEP DIRI AKADEMIK DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMP N 24 PURWOREJO

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

EFIKASI DIRI DAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI PEMERINTAH KOTA CIREBON

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

STRES DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 7 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Fatihatun Nuroniyah Karimah, Siswati

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN HARGA DIRI DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA LAJANG DITINJAU DARI BIDANG PEKERJAAN. Susanti Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi (1 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Inayatul Khoeriyah, Dinie Ratri Desiningrum

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

RELIGIUSITAS DAN PEMAAFAN DALAM KONFLIK ORGANISASI PADA AKTIVIS ISLAM DI KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

Prosiding Psikologi ISSN:

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN TERINTEGRASI DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PAGUYUBAN LANJUT USIA SEHAT PMI SEMARANG

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

ABSTRACT. Keywords : work-life balance, organizational commitment, turnover intention, Y generation. ix Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

PENGARUH KONFLIK PERAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA (STUDI PEGAWAI DIVISI KONSTRUKSI IV

HUBUNGAN ANTARA PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DENGAN STRES KERJA PADA SALES PT.ASTRA INTERNATIONAL Tbk-DAIHATSU KOTA SEMARANG DAN YOGYAKARTA

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

SELF-COMPASSION DAN ALTRUISME PADA PERAWAT RAWAT INAP RSUD KOTA SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,

Prosiding Psikologi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN MELAYANI DENGAN WORK-FAMILY CONFLICT PADA DOSEN WANITA DI PERGURUAN TINGGI X

BAB V PENUTUP. SD Katolik Santa Clara kelas IV hingga VI akan diikuti oleh student wellbeing

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN MASTERY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA NEGERI I TAHUNAN DI KABUPATEN JEPARA

FOCUSED. Memperoleh SKRIPSI. Disusun oleh: Mutiara Nandini M2A SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN LOYALITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN QUALITY CONTROL PT. INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL SEMARANG

Lulu Lestin Lailan, Yeniar Indriana. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang

LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX) DAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DUA KELINCI PATI

Kata kunci : Work-Family Conflict, Subjective Well-Being, Perawat.

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA WANITA SEMARANG

KEPERCAYAAN DIRI DAN KEMATANGAN KARIR REMAJA PENERIMA MANFAAT DI BALAI REHABILITASI SOSIAL WIRA ADHI KARYA UNGARAN

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN SCHOOL WELL-BEING PADA SISWA SMP HANG TUAH 1 JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

3. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

CAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG Amalia A. Wardani 1, Dian R. Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 wardani.amalia@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara career calling dan psychological wellbeing pada petugas pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Semarang. Populasi penelitian adalah 101 petugas pemasyarakatan, didapatkan sampel penelitian sebanyak 63 orang yang diperoleh melalui convenience sampling, diberikan Skala Psychological Well-Being (34 aitem; α = 0,91) dan Skala Career Calling (32 aitem; α = 0,93). Analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lapas Klas 1 Semarang. Artinya, semakin tinggi career calling, semakin tinggi pula psychological well-being, dan semakin rendah career calling, semakin rendah psychological well-being petugas pemasyarakatan. Career calling petugas pemasyarakatan memberikan sumbangan efektif sebesar 73% terhadap psychological well-being. Penelitian ini memiliki implikasi bagi petugas pemasyarakatan, pengambil kebijakan di lapas, dan peneliti selanjutnya. Kata kunci: career calling, psychological well-being, petugas lembaga pemasyarakatan Abstract The purpose of this study is to know the correlation between career calling and psychological well-being among the correctional officer at the Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang. The population if this study is 101 correctional officer, where in the sample of this study is 63 correctional officer which are collected by convenience sampling, given the scale Psychological Well-Being (34 items; α =.91) and the scale of Career Calling (32 items; α =.93). Simple regresive analysis showed a positive and significant correlation between career calling and psychological well-being among the Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang which means that the higher the career calling, the higher the psychological well being, and viceversa. Career calling among those correctional officer contributed by 73%, toward psychological well-being. This study has on implication or the correctional officer, their policy making process and for use research and practice are discussed. Keywords: career calling, psychological well-being, correctional officer 28

PENDAHULUAN Petugas pemasyarakatan merupakan pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan (UU No. 12 th 1995 tentang Permasyarakatan pasal 8). Petugas pemasyarakatan yang bertugas dalam lembaga pemasyarakatan (Lapas) mulai dari pembinaan hingga pengamanan dari warga binaan itu sendiri selama di dalam lembaga pemasyarakatan. Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan warga binaan dan anak didik pemasyarakatan sesuai dengan Pancasila (UU No. 12 th 1995 tentang Permasyarakatan pasal 1). Lapas merupakan lembaga sosial yang diperuntukkan kepada masyarakat yang melanggar hukum pidana maupun perdata setelah ditetapkan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara oleh lembaga peradilan. Setelah warga binaan tersebut memasuki lapas mereka disebut warga binaan karena lembaga pemasyarakatan memiliki tujuan agar warga binaan pemasyarakatan menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Tugas petugas pemasyarakatan (Peraturan Menteri HUM dan HAM RI tentang kode etik pegawai pemasyarakatan tahun 2011) yaitu pelayanan, pembinaan, dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan serta dalam pergaulan hidup sehari-hari, salah satunya ditentukan oleh integritas moral dan keteladanan sikap, dan tingkah laku pegawai pemasyarakatan. Petugas pemasyarakatan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pejabat struktural, staf, dan petugas penjagaan. Pejabat struktural adalah petugas pemasyarakatan yang diangkat untuk menduduki jabatan eselon, staf adalah petugas pemasyarakatan yang membantu pejabat struktural, sedangkan petugas penjagaan adalah petugas pemasyarakatan yang melakukan penjagaan pada warga binaan. Jumlah petugas pemasyarakatan adakalanya tidak sebanding dengan jumlah tahanan yang berada di dalam Lapas. Kelebihan kapasitas di dalam Lapas pada akhirnya dapat membawa berbagai dampak yang bersifat negatif. Mulai dari perkelahian antara sesama warga binaan maupun antara warga binaan dengan petugas, berbagai bentuk kekerasan, tingginya angka pelarian, kualitas makanan, lingkungan dan kesehatan yang buruk, petugas yang korupsi, pemerasan terhadap warga binaan maupun keluarganya dan bebasnya para warga binaan menggunakan alat-alat elektronik serta beredarnya narkoba di lingkungan lapas. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan adanya beban kerja yang semakin berat dan membuat petugas mengalami burnout yang pada akhirnya mengganggu psychological well-being petugas itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Harter, Schmidt, & Keyes (2002), tempat kerja (organisasi) merupakan salah satu hal yang menunjang psychological well-being karyawan. Jadi tempat kerja juga dapat mempengaruhi psychological well-being dari petugas kurang optimal. Komponen dalam psychological well-being merupakan komponen kognitif karena dilakukan saat seseorang memberikan evaluasi secara sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan secara keseluruhan atau penilaian evaluatif mengenai aspek-aspek khusus dalam kehidupan, dapat membedakan dampak positif dan negatif sehingga mencapai keseimbangan dalam kehidupannya (Wells, 2010). 29

Psychological well-being dapat diartikan sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya (Ryff, 1989). Tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan psikologis individu dapat ditentukan oleh proses evaluasi terhadap pengalaman hidup selama bekerja, meliputi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi (Ryff dalam Wells, 2010). Faktor yang mempengaruhi psychology well-being adalah usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, budaya (Ryff & Singer, 1996), kemudian ada spiritualitas dan religiusitas (Wink & Dillon, 2008). Dalam bekerja, seseorang memaknai pekerjaan mereka masing-masing sesuai dengan apa yang diinginkan. Makna kerja menurut Wrzesniewski (2010) adalah pemaknaan individu terhadap pekerjaannya, yaitu sebagai job, career, atau calling. Job menekankan pada peluang untuk memperoleh imbalan sebatas keuangan, career menekankan pada peluang untuk kemajuan dan prestasi yang diinginkan, sedangkan calling atau career calling (panggilan) menekankan pada peluang untuk menciptakan pekerjaan sosial-berguna untuk semua lingkungan sosialnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa career calling berkorelasi dengan konsekuensi positif. Misalnya, penelitian Puspita (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial dan pemaknaan pekerjaan sebagai calling pada perawat berkorelasi positif dengan semangat kerja dan dedikasi, serta banyaknya waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan tanpa merasa terbebani. Kemudian penelitian Tanudjaja (2013) menunjukkan bahwa konflik keluarga-kerja (work-family conflict) berperan sebagai tuntutan kerja yang dapat memunculkan stressor pada guru. Namun adanya persepsi terhadap dukungan organisasional dan pemaknaan kerja sebagai panggilan (calling) dapat mengurangi persepsi terhadap stressor dan meningkatkan keterikatan kerja. Secara tradisional, career calling dipahami sebagai suatu pekerjaan yang memiliki hubungan dengan Tuhan, dalam artian bahwa pekerjaan itu bermuara pada konteks sosial dalam jalan Tuhan (Wrzesniewski, Dekas, & Rosso, 2009). Pengertian seperti di atas membuat segala sesuatu dikerjakan hanya untuk memenuhi panggilan dari Tuhan dan semata-mata dilakukan hanya untuk sosial. Secara modern, career calling tidak hanya di kaitkan dengan Tuhan. Makna sosial masih tetap bertahan sehingga pekerjaan yang dilakukan mempunyai tujuan sosial untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Hal tersebut telah disampaikan oleh Wrzesniewski (2010) yang menyebutkan bahwa makna kerja sebagai career calling merupakan peluang untuk menciptakan pekerjaan sosial yang berguna untuk semua lingkungan sosialnya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa career calling merupakan panggilan yang dirasakan individu dalam melakukan pekerjaan bermakna sosial, bernilai moral dalam masyarakat, tidak mementingkan imbalan, dan memiliki tujuan untuk merubah dunia menjadi lebih baik lagi, yang dilakukan tidak hanya semata-mata untuk mengejar karir, melainkan juga untuk membuat orang lain senang dengan apa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian penelitian ingin mengetahui hubungan antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Semarang. 30

METODE Psychological well-being merupakan kemampuan untuk menunjukkan sikap positif individu terhadap diri sendiri dan orang lain ketika dihadapkan pada situasi hidup sehari-hari, yang ditandai dengan kemampuan individu untuk melakukan penerimaan diri, menjalin hubungan positif dengan orang lain, memiliki otonomi akan diri sendiri, melakukan adaptasi yang baik terhadap lingkungan, menetapkan tujuan hidup yang membuat hidupnya lebih bermakna, dan mengalami pertumbuhan pribadi dalam mengembangkan minat dan bakatnya, sehingga ia dapat mengevaluasi dirinya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka psychological well-being semakin tinggi. Sebaliknya, jika skor yang didapatkan semakin rendah maka menunjukkan bahwa psychological well-being juga semakin rendah. Career calling adalah kemampuan individu dalam memenuhi panggilan yang dirasakan dalam melakukan pekerjaannya yang bermakna sosial, bernilai moral dalam masyarakat, tidak mementingkan imbalan, dan memiliki tujuan untuk merubah dunia menjadi lebih baik lagi, yang dilakukan tidak hanya semata-mata mengejar karir melainkan juga untuk membuat orang lain senang dengan apa yang telah diperbuatnya. Semakin tinggi skor yang didapatkan maka subjek memiliki career calling yang tinggi dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan menunjukkan career calling subjek semakin rendah. Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pemasyarakatan di lapas Klas 1 Semarang yang berjumlah 101 orang. Terdiri dari bagian penjagaan (51 orang) dan staf (50 orang). Teknik sampling penelitian menggunakan convenience sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi dari anggota populasi yang sewaktu-waktu tersedia untuk memberikan informasi yang dibutuhkan (Wibisono, 2003). Teknik ini merupakan salah satu bentuk non-random atau non-probability. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yaitu Skala Psychological well-being dan Skala Career calling. Terdapat empat alternatif respon jawaban yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Semarang. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan positif antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lapas Klas 1 Semarang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lapas Klas 1 Semarang. Artinya, semakin tinggi career calling maka semakin tinggi psychological well-being, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Duffy, Dik, & Steger (2011), yang memberikan gambaran serupa yaitu adanya hubungan yang positif antara career calling dan psychological well-being pada karyawan. Ketika seseorang memiliki career 31

calling dan menjalani pekerjaan dengan psychological well-being maka dapat terciptanya career commitment yang tinggi pula, sehingga career commitment dianggap sebagai penghubung penting antara career calling dan pekerjaan yang berhubungan dengan kesejahteraan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa career calling memiliki sumbangan efektif sebesar 73% terhadap psychological well-being, yang artinya bahwa career calling merupakan salah satu penentu psychological well-being, sedangkan 27% lainnya ditentukan oleh faktor lain. Faktor-faktor lain yang terkait dengan psychological wellbeing menurut Ryff & Singer (1996) adalah usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya. Sedangkan, Wells (2010) menyebutkan psychological well-being individu sangat berkaitan dengan usia, gender, status pernikahan, level sosial ekonomi, dan relasi sosial yang dimiliki. Selain hal di atas, tingkat religiusitas dan locus of control juga berhubungan dengan tinggi rendahnya psychological well-being, sesuai dengan penelitian Arifin & Rahayu (2011) yang menunjukkan korelasi positif antara psychological well-being dengan orientasi religius dan locus of control. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Wink & Dillon (2008) menjelaskan bahwa psychological well-being di pengaruhi oleh faktor spiritual dan religiusitas. Sejumlah 50.78% petugas pemasyarakatan Lapas Klas 1 Semarang memiliki career calling sangat tinggi. Artinya, petugas pemasyarakatan memiliki tujuan karir yang mengacu pada sosial, yaitu pekerjaan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan memiliki arti melayani orang lain dengan membimbing warga binaan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Petugas pemasyarakatan akan lebih puas ketika ia melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan career calling dalam dirinya, walaupun career calling tersebut ia dapatkan setelah ia memasuki dunia kerja tersebut. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Duffy & Dik (2013), mereka menyatakan bahwa seseorang yang telah memasuki dunia kerja lebih mampu menemukan career calling untuk kepuasan hidupnya dibandingkan individu yang masih duduk di perguruan tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lapas Klas 1 Semarang. Hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara career calling dan psychological well-being pada petugas pemasyarakatan di Lapas Klas 1 Semarang diterima. Semakin tinggi career calling, maka akan semakin tinggi pula psychological well-being yang dimiliki petugas pemasyarakatan, dan sebaliknya 32

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z., & Rahayu, I. T. (2011). Hubungan antara orientasi religius, locus of control dan psychological well-being mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Diunduh dari http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/lemlit/article/view/1945. Duffy, R. D., Dik, B. J., & Steger, M. F. (2011). Calling and work-related outcomes: Career commitment as a mediator. Journal of Vocational. Duffy, R. D., & Dik, B. J. (2013). Research on calling: What have we learned and where are we going?. Journal of Vocational Behavior, 83, 428-436. Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Keyes, C. L. M. (2002). Well-being in the workplace and its relationship to business outcomes: A review of the gallup studies. In C. L. Keyes & J. Haidt (Eds.), Flourishing: The Positive Person and the Good Life (pp. 205-224). Washington: American Psychological Association. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan tahun 2011. Puspita, M. D. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dan makna kerja sebagai panggilan (calling) dengan keterikatan kerja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1, 1-17. Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 1069-1081. Ryff, C. D., & Singer, B. H (1996). Psychological well-being: Meaning, measurement, and implications for psychotherapy research. Psychotherapy and Psychosomatics, 65, 14-23. Tanudjaja, R. M. (2013). Hubungan antara konflik keluarga-kerja, makna kerja sebagai panggilan, dan persepsi terhadap dukungan organisasional dengan keterikatan kerja pada guru. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang Permasyarakatan. Wells, I. E. (2010). Psychological well-being. New York, NY: Nova Science Publishers, Inc. Wibisono, D. (2003). Riset bisnis panduan bagi praktisi dan akademisi. Jakarta: Gramedia. 33

Wink, P., & Dillon, M. (2008). Religiousness, spirituality, and psychosocial function in late adulthood: Findings from a longitudinal study. Psychology and Aging, 18, 916-924. Wrzesniewski, A. (2010). Handbook of positive organizational scholarship: Calling. Oxford: Oxford University Press. Wrzesniewski, A., Dekas, K., & Rosso, B. (2009). Callings. In S. Lopez & A. Beauchamp (Eds.), Encyclopedia of Positive Psychology. Oxford: Blackwell. 34