1. Pendahuluan OPTIMASI METODE EKSTRAKSI FASE PADAT UNTUK ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF PARASETAMOL DAN DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Dan Kckt Untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol Dan Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

IDENTIFIKASI ANTALGIN DALAMJAMU PEGAL LINU YANG BEREDAR DIPALEMBANG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

Program Studi Farmasi, Institut Teknologi Sumatera 2. AKAFARMA, Universitas Malahayati

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS PEWARNA MAKANAN COKLAT HT

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PERCOBAAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Kualitatif Bahan Kimia Obat (BKO) Glibenklamid dalam Sediaan Jamu Diabetes yang Beredar Dipasaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

JoH Volume 4 Nomor 1 Januari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Aditya Maulana Perdana Putra. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN

BAB IV PROSEDUR KERJA

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DIJUAL DI KECAMATAN SATUI SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Ibeni Hawa 1, Aditya Maulana Perdana Putra 2, Siska Musiam 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Prosiding SNaPP 215 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 OPTIMASI METODE EKSTRAKSI FASE PADAT UNTUK ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF PARASETAMOL DAN DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU 1 Hilda Aprilia Wisnuwardhani, 2 Bertha Rusdi, 3 Kiki Mulkiya Yuliawati, 4 Dewi Sartika, 5 Desi Lily Anggraeni 1,2,3,4,5 Jurusan Farmasi, Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading No. 8 Bandung 4116 e-mail: 1 hilda.aprilia@gmail.com, 2 bertha.rusdi@unisba.ac.id Abstrak. Jamu merupakan obat tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan swamedikasi atau untuk menjaga kondisi kesehatan. Kasus penambahan bahan kimia obat ke dalam jamu menjadi rapot merah yang selalu berulang terjadi setiap tahunnya. Metode analisis bahan kimia obat dalam jamu selama ini hanya berupa analisis kualitatif dengan KLT, dan hasil analisis biasanya masih terganggu dengan kehadiran matriks pengujian. Pada penelitian ini dilakukan optimasi preparasi sampel dengan menggunakan dua catridge SPE yang berbeda. Optimasi preparasi sampel dengan metode SPE diperoleh hasil bahwa pemisahan BKO (parasetamol dan deksametason) dari matriks pengujian dicapai dengan menggunakan cartridge OASIS HLB, pelarut pengekstraksi larutan asam format 2,5% dalam air, larutan pencuci akuades dan pelarut pengelusi larutan ammonium hidroksida 2,5% dalam metanol; dengan terlebih dahulu melakukan pengkondisian dan pencucian cartridge dengan metanol. Kata kunci: Parasetamol, deksametason, ekstraksi fase padat 1. Pendahuluan Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang merupakan bahan atau ramuan yang secara turun temurun berdasarkan pengalaman telah digunakan untuk pengobatan (UU No. 23 tahun 1992). Di Indonesia, persentase masyarakat yang mengonsumsi jamu cukup tinggi yaitu 59,12%. Berdasarkan data Riskesdas tahun 213, sebanyak 3,4% rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional. Sebanyak 49% di antaranya berupa pelayanan kesehatan tradisional ramuan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 213). Banyak produsen jamu yang menambahkan bahan kimia obat (BKO) ke dalam produk jamu untuk meraih keuntungan. Tujuan penambahan BKO tersebut agar menghasilkan efek terapi lebih kuat dan segera menyembuhkan penyakit. Penambahan bahan kimia obat ke dalam obat tradisional dilarang sesuai dengan Permenkes No. 7 Tahun 212 tentang Registrasi Obat Tradisional. Penyelidikan terus dilaksanakan untuk mengetahui penjualan jamu berbahan kimia obat. Tim Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan bahwa sekitar 59 jamu yang mengandung BKO yang telah dikumpulkan sampai tahun 213. Produk jamu yang biasa ditambahkan BKO adalah jamu pelangsing, jamu pegal linu, encok, rematik, jamu peningkat stamina, jamu diabetes, dan jamu untuk sesak (asma) (BPOM, 212). Data dari Badan POM, jamu pegal linu sering dicemari oleh BKO seperti, parasetamol, deksametason, fenilbutason, natrium diklofenak, piroksikam, antalgin, prednison, yang apabila ditambahkan pada dosis yang berlebih dapat mengakibatkan kerusakan pada organ seperti ginjal, lambung, dan reaksi alergi hebat (Direktorat Bakti Husada, 214). 45

46 Hilda Aprilia Wisnuwardhani, dkk. Hingga saat ini, metode analisis BKO dalam jamu yang dilakukan oleh BPOM masih menggunakan metode kromatografi lapis tipis (MA PPOM 63/OT/95) yang mendeteksi ada atau tidaknya BKO dalam suatu jamu (analisis kualitatif) (Wisnuwardhani dkk., 213), sedangkan kenyataan bahwa kasus penambahan BKO yang selalu berulang dan masih beredarnya jamu mengandung BKO di masyarakat, membutuhkan tidak hanya metode analisis kualitatif tetapi juga analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif ini diperlukan untuk mengetahui paparan pengguna terhadap BKO yang terdapat dalam jamu sehingga ke depannya dapat diketahui efek jangka panjang penggunaan BKO secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode analisis kualitatif dan kuantitatif BKO dalam jamu dengan metode yang lebih sensitif dan spesifik. 2. Material dan Metode 2.1. Bahan Yang Digunakan Baku pembanding parasetamol dan deksametason adalah baku kerja dari industri farmasi, serbuk simplisia yang digunakan untuk pembuatan sampel simulasi jamu pegal linu, yaitu Curcumae xanthorrizhae rhizoma (rimpang temulawak), Curcumae domesticae rhizoma (rimpang kunyit) dan Zingiberis officinalis rhizoma (rimpang jahe) yang dibeli dari toko herbal di dekat Pasar Baru Kota Bandung, metanol p.a, cartridge EFP OASIS HLB 6 mg 3 ml (Waters), cartridge Lichrolut C-18 (Merck), akuabides steril, akuades, NH 4 OH, H 2 SO 4, asam format, pelat KLT GF 254 (Merck), kertas saring, kertas perkamen, aluminium foil, metanol pro KCKT. 2.2. Alat Yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat-alat gelas, timbangan analitik (Radwag XA 82/22/2X), seperangkat alat KCKT (Agillent) dengan detektor UV 254 nm, kolom Zorbax ODS 4,6 mm ID x 25 mm (5 µm) dan filter membran PTFE,45 μm, mikroskop, kaca objek, cover glass, vial, mortar, penampak bercak sinar UV 254 nm, shaker water bath tipe SWB-22, pipet mikro eppendorf 1 1 µl, oven, spatula, pipa kapiler. 2.3 Pembuatan Jamu Simulasi Pegal Linu 1,75 gram serbuk simplisia Curcumae xanthrorrhizae rhizoma, 1,75 gram serbuk simplisia Curcumae domesticae rhizoma, 1,5 gram serbuk simplisia Zingiberis officinalis rhizoma, dicampur dan digerus di dalam mortar sehingga diperoleh campuran jamu simulasi dalam bentuk serbuk yang homogen. 2.4 Optimasi Pemisahan Bahan Kimia Obat Dengan Ekstraksi Fase Padat (EFP) a. Optimasi preparasi EFP I Sebanyak 5 mg sampel jamu simulasi yang telah ditambahkan BKO parasetamol dan deksametason ditambahkan 1 ml metanol, kemudian campuran disaring, filtratnya diambil. Sebelumnya dilakukan pengkondisian kolom EFP C-18 dan Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Untuk Analisis Kualitatif Dan.. 47 OASIS HLB berturut-turut dengan 6 ml metanol dan 6 ml akuadestilata. Sebanyak 1 ml sampel jamu simulasi dimasukkan ke dalam kolom EFP dan dibiarkan menetes perlahan. Kemudian kolom dicuci dengan larutan pencuci metanol dan akuadest (6:4). Kemudian, analit dielusi dengan metanol. Optimasi kemudian dilakukan dengan menambahkan jumlah jamu simulasi yang diretensi menjadi sebanyak 3 ml. b. Optimasi preparasi EFP II Sebanyak 1 gram sampel jamu simulasi yang telah ditambahkan BKO parasetamol dan deksametason ditambahkan 8 ml H 2 SO 4 2,5% dalam air, lalu dikocok menggunakan shaker selama 15 menit. Kemudian, campuran disaring, filtratnya diambil. Sebelumnya, dilakukan pengkondisian kolom EFP C-18 dan OASIS HLB berturut-turut dengan 1,5 ml metanol dan 1,5 ml akuadestilata. Sebanyak 8 µl sampel jamu simulasi dimasukkan ke dalam kolom EFP dan dibiarkan menetes perlahan. Kemudian kolom dicuci berturut-turut dengan 3 ml akuades. Kemudian analit dielusi dengan 3 ml NH 4 OH 2,5% dalam metanol. Lalu dilakukan pemantauan menggunakan KLT. Diujikan juga menggunakan pelarut asam format 2,5% dalam air dengan prosedur yang sama. c. Optimasi preparasi EFP III Sebanyak 1 gram sampel jamu simulasi yang telah ditambahkan BKO parasetamol dan deksametason ditambahkan 8 ml asam format 5% dalam air. Lalu dikocok menggunakan shaker selama 15 menit. Kemudian campuran disaring, filtratnya diambil. Sebelumnya, dilakukan pengkondisian kolom EFP C-18 dan OASIS HLB berturut-turut dengan 1,5 ml metanol dan 1,5 ml akuadestilata. Sebanyak 8 µl sampel jamu simulasi dimasukkan ke dalam kolom EFP dan dibiarkan menetes perlahan. Kemudian, kolom dicuci dengan 3 ml akuades. Kemudian, analit dielusi dengan 3 ml NH 4 OH 2,5% dalam metanol, lalu dilakukan pemantauan menggunakan KLT. 2.5 Analisis Kualitatif Dengan KLT Larutan standar parasetamol, larutan standar deksametason, filtrat jamu simulasi, larutan sisa retensi, larutan hasil cucian, dan hasil elusi ditotolkan pada plat KLT GF 254 menggunakan pipa kapiler. Kemudian, plat dimasukkan ke dalam bejana yang telah dijenuhkan, lalu elusi menggunakan eluen kloroform-metanol (9:1) (v/v) hingga eluen mencapai tanda batas. Plat dikeringkan, lalu dilihat di bawah penampak bercak sinar UV 254 nm dan dibandingkan bercak ekstrak dengan standar. 2.6 Analisis Kualitatif Dengan KCKT Larutan standar parasetamol, larutan standar deksametason, filtrat jamu simulasi, larutan sisa retensi, larutan hasil cucian, dan hasil elusi diinjeksikan ke dalam alat KCKT dengan menggunakan fase diam kolom C-18, fase gerak metanol : air dengan tipe elusi gradien, laju alir 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 254 nm. Hasil kromatogram diamati puncak parasetamol, deksametason dan matriks pengujian. pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 215

48 Hilda Aprilia Wisnuwardhani, dkk. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil optimasi yang diharapkan dari tahapan ini adalah diperolehnya pelarut ekstraksi sampel jamu yang sesuai yang dapat melarutkan kedua sampel BKO dalam jamu, dan diperolehnya kondisi SPE yang sesuai untuk memisahkan komponen BKO dari komponen alami yang terdapat dalam simplisia penyusun jamu pegal linu. Untuk preparasi sampel dengan SPE yang harus ditentukan adalah larutan pencuci dan eluen yang tepat. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi BKO dari jamu pegal linu awalnya dipilih etanol, kelarutan parasetamol dan dekametason cukup baik dalam pelarut tersebut. Selanjutnya, pelarut ekstraksi diganti dengan metanol karena mempertimbangkan rencana fase gerak KLT dan KCKT yang akan digunakan yang mengandung metanol. Selain itu, dari pustaka tatacara penggunaan cartridge OASIS HLB dan Lichrolut C-18 diketahui bahwa kedua cartridge tersebut menggunakan pelarut metanol untuk pengkondisiannya, sehingga dinilai cocok apabila digunakan sebagai pelarut. Optimasi awal preparasi sampel dengan cartdridge SPE Lichrolut C-18, digunakan pelarut pengekstraksi metanol, kedua BKO yang dianalisis terekstraksi dengan baik oleh metanol. Bahkan komponen lain dalam serbuk simplisia penyusun jamu yaitu curcumin ikut terekstraksi bersama dan juga tidak diretensi oleh fase diam SPE. Curcumin ini menjadi salah satu pengganggu analisis BKO dalam jamu karena keberadaan bercaknya yang berdekatan dengan BKO jika dianalisis dengan KLT. Hasil optimasi awal dengan pelarut pengekstraksi metanol, larutan pencuci metanol-air = (4:6) dan eluen berupa metanol p.a, ternyata kedua BKO sudah dapat teretensi pada saat dimasukkan (load) ke dalam cartridge, namun tidak terensi pada saat dicuci dengan larutan pencuci metanol-air = (4 :6). Pada saat elusi sudah tidak ditemukan lagi kedua BKO dalam eluat. Pemantauan ada atau tidaknya BKO pada hasil preparasi sampel diamati dengan KLT. Kromatogram pemantauan hasil preparasi sampel dengan SPE dapat dilihat pada Gambar 1a. (a) Gambar 1 Kromatogram Lapis Tipis, (1) Standar Kerja Parasetamol, (2) Standar Kerja Deksametason, (3) Filtrat Jamu Simulasi, (4) Load, (5) Larutan Pencuci, (6) Hasil Elusi, Dilihat Di Bawah Sinar UV Λ 254 Nm. Apabila jumlah ekstrak yang di-load dinaikkan menjadi 3 ml sesuai dengan jumlah volume maksimum maka kedua BKO sama sekali tidak diretensi oleh fase diam cartridge sehingga untuk jumlah ekstrak yang dimasukkan ke dalam cartridge untuk dipisahkan, jumlah maksimum volume yang dimasukkan adalah 1 ml, jumlah optimum volume adalah 8 μl. Kromatogram pemantauan hasil preparasi sampel SPE dengan jumlah volume maksimum 3 ml dapat dilihat pada Gambar 1b. (b) Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Untuk Analisis Kualitatif Dan.. 49 Dari hasil sebelumnya diketahui bahwa apabila pelarut pengekstraksi jamu digunakan metanol, maka curcumin masih ikut terekstraksi bersama BKO. Curcumin memiliki kelarutan yang rendah dalam air baik dalam kondisi ph asam maupun netral (FAO, 24). Oleh karena itu, dicoba untuk diekstraksi dengan menggunakan larutan H 2 SO 4 2,5% dalam air dan larutan asam format 2,5% dalam air. Larutan pencuci adalah larutan ammonium hidroksida (ammonia) 2,5% dalam metanol. Larutan basa dipilih sebagai larutan pencuci agar kedua BKO berubah kembali menjadi bentuk base-nya, sedangkan eluen adalah asetonitril. Penggantian eluen dari metanol menjadi asetonitril karena asetonitril adalah pelarut yang lebih kuat dan polar dibanding dengan metanol sehingga diharapkan dapat mengelusi semua BKO yang teretensi pada fase diam. Kromatogram pemantauan hasil optimasi dengan pelarut pengekstraksi larutan H 2 SO 4 2,5% dalam air dan larutan asam format 2,5% dalam air dapat dilihat pada Gambar 2. (a) Gambar 2 Kromatogram lapis tipis, (a) diasamkan dengan asam sulfat 2,5% dalam air, (b) diasamkandengan asam format 2,5% dalam air, (1) standar kerja parasetamol (2) standar kerjadeksametason, (3) filtrat jamu simulasi, (4) load, (5) larutan pencuci, (6) hasil elusi, dilihatdi bawah sinar UV λ 254 nm. Dari gambar di atas terlihat bahwa dengan menggunakan larutan pengekstraksi H 2 SO 4 2,5% dalam air dan larutan asam format 2,5% dalam air, bercak yang diduga curcumin nampak berkumpul di bawah dan tidak mengganggu bercak BKO yang terekstraksi (parasetamol dan deksametason). Namun, pada gambar bercak deksametason tidak teramati dengan jelas. Permasalahannya adalah pada saat pencucian dengan ammonia 2,5% dalam metanol, BKO yang seharusnya belum terelusi malahan sudah terelusi, sedangkan pada eluat justru tidak teramati BKO. BKO diharapkan masih tetap teretensi dalam fase diam cartridge dan baru terelusi pada saat dielusi dengan eluen yang sesuai. Oleh karena itu, diputuskan untuk mengubah komposisi larutan pencuci menjadi akuades, sedangkan larutan eluen adalah larutan ammonia 2,5% dalam metanol, dengan tetap menggunakan larutan asam format 2,5% dalam air sebagai pelarut pengekstraksi. Larutan asam sulfat 2,5% dalam air tidak dipilih karena menghasilkan bercak BKO yang kurang baik dan bercak menjadi mengekor. Kondisi SPE yang baru kemudian diaplikasikan juga dengan menggunakan cartridge SPE yang lain, yaitu OASIS HLB. Cartridge ini memiliki sifat fase diam yang mirip dengan cartridge yang sebelumnya. Fase diam OASIS HLB terdiri atas dua monomer, yaitu N-vinilpirolidon yang hidrofil dan divinilbenzen yang hidrofob. OASIS HLB mampu menjadi sorben universal untuk senyawa yang bersifat asam, netral, dan basa. OASIS HLB juga tahan dengan rentang ph dan pelarut yang luas, dibandingkan dengan fase diam silica yang digunakan pada cartridge Lichrolut C-18. Hasil pemisahan dengan menggunakan cartridge OASIS HLB dapat dilihat pada Gambar 3, (b) pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 215

2.46 1.73 1.87 1.77 2.483 5 Hilda Aprilia Wisnuwardhani, dkk. dengan kondisi pengujian yang sama, yaitu larutan pengekstraksi larutan asam format 2,5% dalam air, larutan pencuci akuades, dan larutan pengelusi larutan ammonia 2,5% dalam metanol. 1 2 3 4 5 6 6 Gambar 3 Kromatogram lapis tipis hasil pemisahan dengan OASIS HLB, (1) standar kerja parasetamol (2) standar kerjadeksametason, (3) filtrat jamu simulasi, (4) load, (5) larutan pencuci, (6) hasil elusi, dilihat di bawah sinar UV λ 254 nm. Hasil preparasi sampel SPE yang sudah dipantau dengan KLT, kemudian masing-masing hasil load, pencucian, dan elusi diinjeksikan ke dalam KCKT untuk mengecek apakah masih ada sisa BKO yang tersisa di dalam cartridge karena KCKT lebih sensitif dibanding dengan KLT. Hasil injeksi masing-masing larutan preparasi sampel dengan SPE Lichrolut C-18 ke dalam KCKT dapat dilihat pada Gambar 4, dan 5. 5 5 25 Parasetamol 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 4 Kromatogram Hasil Load Lichrolut C-18 1 1 5 Parasetamol 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 5 Kromatogram Larutan Hasil Pencucian Lichrolut C-18 Ternyata dari hasil injeksi ke dalam alat KCKT diketahui bahwa masih ada sisa BKO parasetamol yang tidak teretensi pada saat proses load sampel dan pencucian. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

1.143 1.247 1.467 1.57 2.3 2.257 2.93 3.43 5.57 5.257 6.2 6.59 7.1 1.77 1.24 1.677 1.343 1.563 1.663 Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Untuk Analisis Kualitatif Dan.. 51 Hasil injeksi masing-masing larutan preparasi sampel dengan SPE OASIS HLB ke dalam KCKT dapat dilihat pada Gambar 6, 7, dan 8. 1 1 5 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 6. Kromatogram Hasil Load OASIS HLB 4 4 2 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 7. Kromatogram Larutan Hasil Pencucian OASIS HLB 1 1 5 Parasetamol 5 Deksametason 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 8. Kromatogram Larutan Hasil Elusi OASIS HLB Dari hasil analisis menggunakan KCKT, dapat disimpulkan bahwa proses pemisahan dengan menggunakan catrtridge OASIS HLB menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Pada kromatogram baik hasil load dan pencucian tidak diamati terdapat kedua BKO, hal ini menunjukkan bahwa kedua BKO sudah dapat diretensi dengan baik. Begitupun pada kromatogram hasil elusi terlihat puncak parasetamol dan deksametason sesuai dengan yang diharapkan. Sifat sorben OASIS HLB yang mampu memisahkan rentang sifat senyawa yang bervariasi mulai dari asam, netral, dan basa menjadikannya lebih cocok untuk memisahkan kedua BKO dalam jamu. Sifat sorben Lichrolut C-18 yang terbatas hanya dapat meretensi senyawa yang bersifat nonpolar tidak mampu meretensi kedua BKO pada saat load. pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 215

52 Hilda Aprilia Wisnuwardhani, dkk. 4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Pemisahan BKO (parasetamol dan deksametason) dari matriks pengujian dicapai dengan menggunakan cartridge OASIS HLB, pelarut pengekstraksi larutan asam format 2,5% dalam air, larutan pencuci akuades dan pelarut pengelusi larutan ammonium hidroksida 2,5% dalam metanol dengan terlebih dahulu melakukan pengkondisian dan pencucian cartridge dengan metanol. 4.2 Saran Perlu dilakukan validasi metode analisis sehingga metode bisa digunakan untuk analisis di laboratorium. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Islam Bandung atas terlaksananya acara Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian 215 ini dan kepada pihak Panitia Prosiding atas kerjasamanya untuk memuat makalah seminar terpilih. Daftar Pustaka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta; 213. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan Bakti Husada. Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) Pada Jamu; 214. Food and Agriculture Organization : Chemical and Technical Assessment, Curcumin, p.4; 24 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 212 tentang Registrasi Obat Tradisional. United States Pharmacopoeia Conv. Inc. USP XXXIV, Reference Tables, Description and Solubility; 212. Wisnuwardhani HA, Fidrianny I, Ibrahim S,: Methods Development For Simultaneous Analysis of Steroid and Non Steroid Antiinflamatory Substances in Jamu Pegal Linu Using TLC-Spectrophotodensitometry, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science. 213: 5 (4); 749-53. www.pom.go.id, Public Warning/Peringatan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat, Nomor: HM.3.3.1.43.8.1.813, tanggal 13 Agustus 21, [diakses 1 Juni 215] 22.15. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan