BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Karakteristik subjek penelitian diperoleh melalui analisis deskriptif subjek. Penelitian ini melibatkan 37 penderita stroke iskemik akut yang dirawat di bangsal rawat inap Penyakit Saraf RS Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan subjek penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Maret 2016. Subjek penelitian terdiri dari 37 pasien, 20 (54,1%) pria dan 17 (45,9%) wanita. Hasil yang hampir sama ditunjukkan oleh penelitian Saha et al. (2011) dimana proporsi laki-laki sedikit lebih banyak dibanding wanita, yaitu sebesar 64,5%. Usia rata-rata subjek 62,1±12,4 tahun, 64,8% berusia 50 tahun. Benbir et al. (2005) dalam penelitiannya melaporkan usia rata-rata pasien 66,1±12,7 dengan jarak 30-92 tahun. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko tradisional stroke didapatkan pada 28(72%) pasien, dengan tekanan darah sistolik 140 mmhg pada 25(67,5%) dan tekanan darah diastolik 90 mmhg pada 29(78,4%) pasien. Hasil penelitian Lee et al. (2007) juga menunjukkan hal serupa, 53

54 hipertensi didapatkan pada 51,2% pasien. Tidak ada perbedaan bermakna yang ditunjukkan oleh beberapa variabel diatas dengan nilai p>0,05. Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian HsCRP Variabel < 1 mg/l 1 mg/l P Jenis kelamin Pria 20 (54,1) Usia (Tahun) (Mean±SD 62,11±12,44) < 50 50 BMI (kg/m2) (Mean±SD 23,08±2,18) Overweight Preexisting hipertensi Ya Preexisting penyakit jantung Ya Riwayat DM Ya Merokok Ya Sistolik (mmhg) < 140 Diastolik (mmhg) < 90 GDS (mg/dl) < 140 GDP (mg/dl) < 126 Kolesterol total (mg/dl) < 200 LDL (mg/dl) < 130 HDL (mg/dl) Normal Trigliserida (mg/dl) < 150 6 (16,2) 14 (37,8) 5 (13,5) 13 (35,1) 2 (5,4) 2(5,4) 4 (10,8) 9 (24,3) 5 (13,5) 13 (35,1) 15 (35,1) 13 (35,1) 7 (18,9) 15 (40,5) 7 (18,9) 5 (13,5) 14 (37,8) 2 (5,4) 3(8,1) 6 (16,2) 3 (8,1) 3 (8,1) 6 (16,2) 14 (37,8) 9 (24,3) 9 (24,3) 12 (32,4) P<0,05 bermakna secara statistik, * menunjukkan Fischer Exact Test 0,59 0,47 0,76 0,28* 1,0* 0,64* 0,46* 0,94* 0,70* 0,37 0,28* 0,69 0,46 0,69 0,76 Kondisi dislipidemi berdasar European Society of Cardiology ditunjukkan dengan kadar kolesterol total 200 mg/dl, LDL 130 mg/dl, atau kadar trigliserida 150 mg/dl dengan kadar HDL <50 mg/dl pada

55 wanita atau <40 mg/dl pada laki-laki atau pasien dalam konsumsi statin (Kablak-Ziembicka et al. 2010). Subjek dengan kadar kolesterol total 200 mg/dl sebanyak 14(37,8%), kadar LDL 130 mg/dl didapatkan pada 15(40,5%). Kadar trigliserida 150 mg/dl didapatkan pada 10(26,5%) dengan kadar HDL abnormal pada 17(45,9%) pasien. Hasil dari penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Rost et al. (2001) maupun Benbir et al. (2005) yang menunjukkan kondisi dislipidemi pada 55,8% subjek penelitian mereka. Riwayat penyakit jantung hanya didapatkan pada 4(10,8%), sedangkan diabetes melitus 5(13,5%) pasien. Proporsi ini berbeda dengan hasil penelitian Benbir et al. (2005) yang menunjukkan 36,5% pasien diabetes mellitus dan 31,7% menderita Ischemic Heart Disease (IHD). Nilai perbedaan p>0,05 sehingga tidak ada perbedaan bermakna. Pasien yang masih aktif merokok sebesar 10(27%), berbeda dengan penelitian Benbir et al. (2005) didapatkan 22,1% pasien merokok. Body Mass Index (BMI) rata-rata pasien 23,08±2,18, dengan pasien overweight sebanyak 10(26,5%). Sedikit berbeda dengan penelitian Lee et al. (2007), BMI rata-rata pasien sebesar 24,6 ±2,79. Perbedaan ini secara statistik tidak signifikan. Semua faktor yang berpengaruh terhadap kadar hs-crp tidak berbeda bermakna dengan nilai p>0,05. Dengan kata lain karakteristik subjek penelitian ini adalah homogen. B. Pembahasan Tabel tiga menunjukkan hasil uji chi square hubungan kadar hs-crp serum dengan CIMT dengan hasil nilai p<0,05, yang berarti ada hubungan

56 yang signifikan antara hs-crp dengan CIMT pada pasien stroke iskemik akut di RS dr. Moewardi Surakarta. Nilai contingency coefficient sebesar 0,33 menunjukkan kekuatan hubungan yang lemah. Hs-CRP bisa dikatakan sebagai faktor prediktor independen terhadap stroke iskemik akibat aterosklerosis arteri karotis yang bisa dinilai melalui CIMT. Dalam studi Liu et al. (2014), kadar hs-crp serum yang tinggi dapat menjadi prediktor stroke iskemik non fatal, khususnya pada subjek pria dan hipertensi, konsentrasi hs-crp sendiri dapat digunakan sebagai skrining pada individu yang berisiko tinggi terkena stroke iskemik. Tabel 3. Hasil uji Chi Square Hs-CRP dan CIMT < 1 mg/l Mean 0,33±0,3 Hs-CRP 1 mg/l Mean 5,7±4,9 Total P CIMT <1mm (Mean 0,80±0,07) 1 mm (Mean 1,10±0.15) Total 13 7 20 5 12 17 18 19 37 0,031 Beberapa faktor risiko stroke iskemik yang terdapat pada karakteristik subjek penelitian seperti jenis kelamin, usia, hipertensi, dislipidemi, diabetes mellitus, merokok dan BMI semuanya menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap kadar serum hs-crp. Pasien dengan riwayat hipertensi dan tekanan darah sistolik 140 mmhg didapatkan pada 72,9% pasien, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hs-crp. Hasil ini sesuai dengan penelitian Choi et al.

57 (2004), bahwa tidak terdapat hubungan antara hs-crp dengan aterosklerosis karotis pada subjek hipertensi dan normotensi. Kadar CRP individu hipertensi dikaitkan dengan vascular stiffness, aterosklerosis dan kerusakan target organ dan kejadian kardiovaskuler. Data menunjukkan beberapa obat anti hipertensi bisa menurunkan kadar CRP, independen terhadap efek terhadap tekanan darah. Variasi genetik, meski masih kontroversial diketahui mempengaruhi sirkulasi kadar CRP, bersifat independen terhadap lingkungan dan faktor kebiasaan, dapat menyebabkan perubahan tekanan darah dan peningkatan tekanan darah (Hage, 2014). Penelitian Benbir et al. (2003) menunjukkan hubungan tidak signifikan antara HDL, kolesterol dan diabetes serta riwayat penyakit jantung dengan kadar serum hs-crp, dimana hasil yang sama juga terdapat pada penelitian ini. Sahoo et al. (2009) juga melaporkan tidak ada perbedaan signifikan antara kadar fraksi lipid dan CIMT. Merokok diketahui merupakan faktor risiko kuat terjadinya infark miokard dan kematian mendadak. Merokok meningkatkan risiko stroke trombotik. Para peneliti mengemukakan hipotesis merokok akan meningkatkan tekanan darah secara temporer (Misbach, 2011). Hasil yang tidak signifikan mungkin dikarenakan tidak dibedakan apakah perokok aktif atau bukan, lamanya waktu merokok, jumlah serta jenis rokok. Obesitas merupakan penyebab utama kejadian kardiovaskular dalam populasi umum. Manifestasi klinis obesitas dengan penyakit kardiovaskuler antara lain aterosklerotik koroner, kardiomiopati dan gagal jantung, penyakit

58 tromboemboli vena serta stroke. Sejumlah faktor genetik maupun lingkungan mempengaruhi obesitas. Tidak terdapat pasien obesitas pada penelitian ini, overweight didapatkan 10(27%) populasi penelitian dan tidak berhubungan secara bermakna dengan level hs-crp. Tidak adanya pasien obesitas, cara pengukuran IMT dan distribusi lemak kemungkinan juga mempengaruhi hasil penelitian. Distribusi lemak terkait jenis kelamin, akumulasi lemak subkutan lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, juga mempengaruhi kadar hs-crp. Leptin suatu hormon yang diproduksi jaringan adiposa lebih tinggi kadarnya pada wanita, mempengaruhi inflamasi terkait obesitas (Ishii et al., 2012). Inflamasi berperan dalam diabetes mellitus. Beberapa peneliti berpendapat inflamasi merupakan faktor utama pada diabetes dan aterosklerosis, sehingga bisa menjelaskan pasien diabetes mellitus cenderung untuk terkena serangan jantung dan stroke. Diabetes pada penelitian ini tidak berhubungan secara signifikan dengan hs-crp, kemungkinan adalah karena sedikit pasien yang memiliki riwayat diabetes dan dalam pengobatan anti diabetes 5(13,5%), parameter yang digunakan hanya satu kali pemeriksaan kadar GDS dan GDP, sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin glycosylated (HbA1c) tidak dilakukan pada semua pasien. Genetik merupakan salah satu faktor risiko untuk kejadian stroke yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena keterbatasan sumber daya, waktu dan biaya. Penelitian de Maat et al. (2003) cit. Kluft (2003) menemukan komponen genetik untuk CRP. Kadar baseline CRP

59 menunjukkan heritabilitas sebesar 40% dan 39% pada penelitian keluarga. Penelitian terhadap individu kembar usia pertengahan, de Maat et al. (2003) cit. Kluft (2003) mendapatkan angka heritabilitas 37% pada pria, dan 19% pada wanita dengan usia lebih tua. Beberapa peneliti juga menemukan kejadian infark miokard pada keluarga terkait dengan faktor genetik (Kluft et al., 2003). Variasi lingkungan dan kebiasaan perilaku pasien seperti merokok, infeksi, usia, jenis kelamin, kadar lipid dan tekanan darah dapat berkontribusi terhadap variasi kadar CRP baseline. Obesitas merupakan determinan utama kadar CRP pada manusia, dan peningkatan kadar CRP dapat meprediksi kejadian DM tipe II dan sindrom metabolik. Peningkatan kadar CRP terkait dengan resistensi insulin dan penurunan berat badan dapat mengurangi kadar CRP. Bukti terbaru menunjukkan penambahan komponen genetik utama, dimana terdapat fungsi biologi yang mengubah secara langsung kadar CRP serum, dan beberapa varian CRP terkait dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Hage, 2007). Aterosklerosis bisa menjadi penyebab multifaktor suatu penyakit akibat reaksi inflamasi. Proses inflamasi juga berpengaruh terhadap patogenesis kejadian aterotrombosis akut. Inflamasi memegang peranan penting dalam patogenesis cardiovascular disease (CVD), kejadian aterotrombosis akut dan aterosklerosis (Paffen et al., 2006).

60 Pembuluh darah yang telah mengalami aterosklerosis juga melepaskan subtansi pro-inflamasi, sehingga lebih meningkatkan proses inflamasi dan kerusakan vaskuler lain. Kadar serum CRP meningkat > 1000 kali lipat saat inflamasi, dengan waktu paruh 19 jam, CRP sangat stabil sebagai marker proses inflamasi. Beberapa penelitian menunjukkan CRP terlibat dalam induksi kerusakan jaringan otak manusia akibat iskemia, infark miokard dan peningkatan stroke volume pada mencit. Sebagian besar penelitian melaporkan CRP sebagai prediktor independen terhadap risiko aterosklerosis, kejadian kardiovaskuler, aterotrombosis, hipertensi dan infark miokard, bahkan setelah dibandingkan dengan beberapa faktor risiko stroke seperti usia, merokok, obesitas, diabetes, hiperkolesterolemi, dan hipertensi (Paffen et al., 2006). The American Heart Association melaporkan peningkatan kadar marker darah penanda inflamasi secara signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko stroke terhadap usia tua tanpa memperhatikan jumlah plak pada arteri yang mensuplai otak. Penelitian juga menunjukkan bahwa kadar CRP serum tinggi sebagai faktor risiko independen untuk stroke tanpa memperhatikan ketebalan dinding pembuluh darah arteri karotis. Beberapa penelitian juga menunjukkan tingginya kadar CRP berhubungan dengan plak yang lebih aktif dan tidak stabil, sehingga mudah ruptur dan menyebabkan stroke (Benbir et al., 2005). Kelemahan penelitian ini karena metode potong lintang hanya bisa mengamati pada satu waktu saja, tidak bisa menunjukkan sebab akibat, tidak bisa melihat fluktuasi kadar CRP dan progresifitas CIMT terkait kadar CRP.

61 Penelitian ini juga hanya dilakukan pada pasien stroke iskemik akut tanpa membandingkan dengan kontrol dengan karakteristik serupa. Jumlah sampel yang sedikit, waktu pengukuran CRP yang tidak seragam serta analisis data dengan metode chi square karena data hasil penelitian berupa variabel nominal, tidak bisa menganalisis data secara multivariat untuk mencari variabel lain yang bisa berpengaruh signifikan terhadap kadar CRP serum dan CIMT pada pasien stroke iskemik akut.