Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA) PADA MAHASISWA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

Universitas Kristen Maranatha

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DAN GANGUAN POLA TIDUR DENGAN IMT PADA SISWA KELAS XI SMA YPKP KADER PEMBANGUNAN BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

SKRIPSI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN EDUKASI TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN PENGETAHUAN ANC TERHADAP PRAKTEK ANC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. filter), rokok arab (rokok shisha), sampai gaya modern (rokok elektrik). Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa pada zaman sekarang dituntut oleh banyak hal, yaitu harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN INTERNASIONAL PEKANBARU TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

DAMPAK MEROKOK TERHADAP POLA TIDUR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA-SISWI SD. NEGERI NO SUKA MAKMUR KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK DI KELURAHAN SAWAH BESAR RW VII. Manuscript

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. tidak perokok pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan semester 6

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

Transkripsi:

Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang Runingsih*), Auly Tarmali**), Puji Pranowowati***) *) alumnus Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ***) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ABSTRACT Health problemsdue to life style are increasing, one of them is insomnia which have seriously impact in particular for adolescent that cause activity disturbance and sleepy in the afternoon. One of the factor of insomnia is smoking in which one of substance in cigarettes is nicotine can cause disturbances in the central nervous system. The purpose of this study is to determine the correlationbetween smokinghabitwith the occurence of insomnia on students of Ngudi Waluyo School Of Health At Semarang Regency. The study design used analytic with cross sectional approach. The population in this study were of male students of Ngudi Waluyo School Of Health with sample of 79 respondent drawn by using accidental sampling. Data collection by conducting interviews and direct measurements used a questionnaire intrument, analyzed with Chi-square test (α=0,05). The results show that smoking habits of 65 people (82.3%) and the incidence of insomnia as many as 67 people (84.8%), and there is correlation between smoking and the incidence of insomnia in students (p =0,005 dan RP=1,588) Students are expected to reduce cigarette consumption and health student is able to improve health promotion and to provide education on the dangers of tobacco consumption. Key Words : Smoking habit, insomnia Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES

ABSTRAK Masalah kesehatan akibat gaya hidup makin banyak muncul, salah satunya adalah insomnia dimana insomnia mempunyai dampak serius khususnya bagi remaja yaitu menyebabkan terganggunya aktifitas dan mengantuk di siang hari. Salah satu faktor penyebab insomnia adalah merokok dimana salah satu zat nikotin, kandungan dari rokok menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa di STIKES Ngudi Waluyo. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo dengan sampel sebanyak 79 responden yang di ambil dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan menggunakan isntrumen berupa kuesioner, dianalisa dengan uji Chisquare (α=0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan merokok sebanyak 65 orang (82,3%) dan kejadian insomnia sebanyak 67 orang (84,8%), dan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa (p=0,005 dan RP=1,588) Diharapkan bagi mahasiswa mengurangi konsumsi rokok dan mahasiswa kesehatan mampu meningkatkan promosi kesehatan dan memberikan penyuluhan terhadap bahayanya konsumsi rokok. Kata kunci : kebiasaan merokok, insomnia PENDAHULUAN Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Manusia mempunyai kebutuhan istirahat tidur bervariasi dan istirahat tidur sering mengalami perubahan karena kondisi tertentu. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurunkan dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003). Sekitar seperempat dari populasi orang dewasa telah mengalami masalah tidur dan 6% sampai 10% diperkirakan memiliki gangguan insomnia (National Sleep Foundation,2012). Insiden keseluruhan prevalensi insomnia di Indonesia berkisar 10%, dengan kata lain kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk indonesia menderita insomnia. Berdasarkan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo (2012), didapatkan data bahwa remaja laki-lai yang merupakan perokok aktif di wilayah tersebut sebanyak 63% dari total jumlah remaja sebesar 629 orang. Data tersebut merupakan hasil Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa STIKES

observasi dari beberapa Rumah Tangga (RT). Tidak hanya merokok, hal lain yang cukup memprihatinkan adalah kebiasaan merokok remaja laki-laki tersebut ternyata diikuti dengan adanya begadang di malam hari. Hal ini jelas dapat mengganggu kesehatan dan terganggunya pola tidur, yang akan mengakibatkan adanya penurunan mental. Kebiasaan begadang ini merupakan efek dari konsumsi rokok remaja, sehingga mereka akan merasa capek di pagi hari, merasa masih mengantuk dan tampak tidak segar karena kurang tidur. Faktor-faktor penyebab insomnia secara garis besar yaitu stres atau kecemasan, despresi, kelainan-kelainan kronis, efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, kurang olahraga dan penggunaan zat-zat yang menekan syaraf pusat seperti nikotin yang terdapat pada rokok dan kafein pada kopi. Untuk penyebab lainya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik seperti usia lanjut, wanita hamil, riwayat despresi atau penurunan. Berdasarkan uraian diatas yamg dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kejadian insomnia, maka penulis tertarik untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa laki-laki STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang yang berjumlah 370 Mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu sebanyak 79 sampel, dengan kriteria mahasiswa yang masih tinggal dikos, mahasiswa laki-laki, rumahnya sekitar ungaran. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara ( tentang kebiasaan merokok dan kejadian insomnia). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. Perhitungan menggunakan program SPSS 16 dengan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan pvalue dengan α, p value α maka hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebiasaan Merokok Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo. Kebiasaan Merokok Frekuensi Persentase (%) Ya 65 82,3 Tidak 14 17,7 Total 79 100,0 Pada tabel 1 dapat diketahui sebagian besar responden mempunyai kebiasaan merokok dengan persentase 82,3 % (65 orang), sedangkan responden tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu 17,7% (14 orang). Kejadian Insomnia Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Insomnia pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo Kejadian Frekuensi Persentase (%) Insomnia Insomnia 67 84,8

Tidak 12 15,2 insomnia Total 79 100,0 Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden mengalami insomnia dengan persentase 84,8% (67 orang), adapun yang tidak mengalami insomnia dengan persentase 15,2% (12 orang). Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Tabel 3 Hasil analisis bivariat berdasarkan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Responden di STIKES Ngudi Waluyo Kebiasaan Merokok Kejadian Insomnia Tidak Insomnia Insomnia Total F % f % F % Ya 59 90,8 6 9,2 65 100,0 0,005 Tidak 8 57,1 6 42,9 14 100,0 Total 67 84,8 12 15,2 79 100,0 Pada tabel 3dapat diketahui bahwa responden yang mengalami insomnia lebih banyak pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 90,8% (59 orang) daripada responden yang tidak merokok yaitu 57,1% (8 orang). Sedangkan responden yang tidak mengalami insomnia dan merokok yaitu 9,2% (6 orang), lebih rendah yang tidak insomnia dan tidak merokok mempunyai yaitu 42,9% (6 orang). Kebiasaan merokok Berdasarkan analisis deskripstif pada variabel kebiasaan merokok dapat diketahui sebagian besar mahasiswa mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 65 mahasiswa (82,3 %), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 14 mahasiswa (17,7%). Tingginya kebiasaan merokok pada responden dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lingkungan, kelelahan, gaya hidup (merokok, alkohol, P pengobatan), stres, dan diet. Berkaitan dengan kebiasaan merokok, dilihat dari jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, bahwa responden yang merokok 10 batang perharinya sebanyak 34 orang (43,0%), sedangkan responden yang merokok 11-20 batang perharinya sebanyak 28 orang ( 35,4%), dan untuk responden yang merokok 21-30 batang perharinya sebanyak 3 orang (3,8%). Dari masing- masing kategori perokok mempunyai resiko kanker, semakin banyak seseorang itu menghabiskan batang rokok per hari maka semakin lebih besar akan mempunyai resiko kanker dibanding yang tidak merokok (Alamsyah RM, 2007). Beberapa hal yang dapat diduga sebagai penyebab kebiasaan merokok pada responden yaitu pengaruh teman sebaya contohnya teman dekat atau teman satu kosnya, kesibukan dalam beroganisasi mahasiswa memiliki terlalu banyak aktivitas di luar akademik, misalnya organisasi, kesibukan akan semakin meningkat dan mereka juga semakin tertekan, kebiasaan merokok biasanya dilakukan karena tugas kuliah terlalu banyak dan tak akan ada habisnya yang bisa menyebabkan mahasiswa stres. Seseorang yang stres akan membutuhkan merelaksasi diri contohnya merokok, dimana merokok itu membuat seseorang merasa nyaman, dikarenakan ada nikotin dalam rokok yang menyebabkan kecanduan, semakin lama seseorang merokok maka semakin meningkat kandungan nikotin dalam tubuhnya. Kejadian Insomnia Hasil analisis deskriptif pada variabel insomnia menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami insomnia sebanyak 67 mahasiswa (84%). Dari 67 responden yang mengalami

kesulitan untuk memulai tidur sebanyak 50 responden (74,6%), 47 responden (70,1%) terbangun tengah malam, tidak dapat tidur kembali sebanyak 42 responden (62,9%), dan bangun lebih awal sebanyak 48 responden (71,6%), dari masing-masing responden diatas dapat disimpulkan bahawa setiap responden memiliki gejala insomnia lebih dari satu.hal ini di sebabkan responden terlalu banyak tugas yang tak akan ada habisnya, kondisi lingkungan kos yang ramai dan kurang nyaman, begadang nonton televisi. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Dari hasil penelitian didapatkan responden yang mengalami insomnia lebih banyak pada responden yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu 59 responden (90,8%) daripada responden yang tidak merokok yaitu 8 orang (57,1%), serta responden yang tidak insomnia dan tidak merokok mempunyai proporsi 6 responden (42,6). `Berdasarkan statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia dengan nilai p= 0,005. Paparan kronis kebiasaan merokok adalah faktor resiko untuk insomnia. Hal ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung untuk mengalami insomnia. Salah satu penyebab gangguan tidur insomnia adalah merokok,salah satunya karena kandungan nikotin dalam rokok yang merupakan sebagai zat stimulan otak (Widya, 2010). Nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seakan menginginkan nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Nikotin digolongkan dalam bentuk zat stimulan yang dapat menstimulus otak, karena stimulan merupakan zat yang memberi efek menyegarkan, sehingga perokok dapat merasa tenang dan santai saat menghirup asap rokok tersebut. Rokok meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan aktifitas otak. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, seseorang juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merokok, seseorang akan sulit untuk tidur kembali karena efek stimulan dari nikotin (Prasadja, 2006). Khomsan (2009) juga menyebutkan bahwa menghisap rokok menjelang tidur, dapat memicu insomnia. SIMPULAN DAN SARAN 1. Responden yang merokok sebanyak 65 orang (82,3%), dan responden yang tidak merokok sebanyak 14 oramg (17,7%). 2. Responden yang mengalami insomnia sebanyak 67 orang (84,8%), dan responden yang tidak insomnia sebanyak 12 orang (15,2%) 3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian insomnia pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo (p=0,005) 4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia secara multivariat. DAFTAR PUSTAKA Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dab Praktik.

Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.20 05 Potter, P.A., & Perry, A.G., (2001). Basic Nursing : Teori and practice.(2nd ed). St.Louis, Missouri : Mosbi Year Book,inc. Prasadja, A. 2009. Ayo Bangung Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta: Penerbit Hikmah. Rafknowledge.(2005). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.