II. TINJAUAN PUSTAKA Industri Manufaktur

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN OPTIMISASI BIAYA PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. FEDERAL KARYATAMA. Oleh LONY DUTA PRATAMA H

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

III KERANGKA PEMIKIRAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan jenis operasi perusahaan, persediaan dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan yang ditetapkan bersama. Suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri baik industri manufaktur maupun jasa

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Transkripsi:

68 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Manufaktur Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dari tangan (manual) atau dengan mesin, sehingga menghasilkan suatu barang (Prawirosento, 2007). Secara umum manufaktur menurut adalah suatu kegiatan memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan memproses pengolahaan input menjadi output. Contoh industri manufaktur adalah industri oli mesin, indusri obat, industri makanan kaleng, industri automotif dan lain-lain. Proses manufaktur dapat digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 3, dimana masukan (input) dikonversi, dengan bantuan peralatan, keahlian, uang, dan sumberdaya yang lainnya, menjadi luaran (output) yang disebut sebagai produk akhir. Gambar 3. Manufaktur sebagai proses input-output (Biegel dalam Kusuma, 2004) 2.2. Optimisasi Produksi Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasanbatasan. Biasanya pembatasan-pembatas tersebut berupa tenaga kerja (men), uang (money). Pemrograman linier (linear programming atau LP) adalah suatu metode yang digunakan dalam penentuan optimisasi produksi suatu perusahaan. LP merupakan metode matematik dalam mengalokasikan

69 sumberdaya untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya (Mulyono, 1991). Optimisasi adalah penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin, Soekartawi (1992). Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja. Optimisasi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : 1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang ditentukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. 2. Minimisasi yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat berupa minimisasi penggunaan sumberdaya, biaya distribusi biaya persediaan biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan dan fasilitas perusahaan. 2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming. Pemrograman linier adalah suatu metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, (Mulyono, 1991). Persoalan dalam linear programming adalah berusaha untuk mencari pemecahan optimal di dalam batasan sumber daya perusahaan. Agar pemrograman linier dapat diterapkan maka asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah : a) Linearity, kata linear secara tidak langsung dapat diartikan sebagai hubungan proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau tingkat hubungan antar veriabel adalah konstan oleh karena itu perubahan nilai peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama. b) Additivity. Hal ini dapat diartikan sebagai tak ada penyesuaian pada perhitungan peubah keriteria karena terjadinya interaksi. Additivitas mengharuskan bahwa fungsi tujuan adalah jumlah

70 langsung dari kontribusi individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian. c) Divisibility. Suatu asumsi yang menyatakan bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan dapat terjadi pada pada nilai pecahan manapun. Dalam hal ini peubah keputusan merupakan peubah kontinu, sebagai kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat. d) Deterministic. Dalam linear programming semua parameter model diketahui konstan, maka secara tak langsung mengasumsikan bahwa suatu masalah keputusan dalam satu kerangka statis, dimana semua parameter diketahui dengan kepastian. Pemrograman linier memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu sebagai alat kuantitatif untuk melakukan program linear mudah untuk diterapkan, terutama jika menggunakan alat bantu komputer dan dapat menggunakan banyak peubah, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum yang dapat dicapai. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan dari program linear adalah jika komputer tidak tersedia maka pengolahan dengan menggunakan banyak peubah akan menyulitkan dalam penarikan analisisnya. Taylor III (2001), menjelaskan teknik di dalam linear programming menggambarkan bahwa fungsi linear dalam model matematik adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah matematik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tiga tahapan dalam penggunaan dalam penggunaan pemrograman linier yaitu : a) Masalah harus dapat diidentifikasikan sebaai sesuatu yang dapat diselesaikan dengan pemrograman linier. b) Masalah yang tidak terstruktur harus dapat dirumuskan dalam model matematik, sehingga menjadi terstruktur.

71 c) Model harus diselesaikan dengan teknik matematik yang telah dibuat. Model adalah sebuah tiruan terhadap realita. langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model yang merupakan salah satu teknik dasar didalam penentuan teknik optimisasi produksi. Siswanto (2007), model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama yaitu: a) Peubah keputusan. Adalah peubah persoaalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses pemodelan, penemuan peubah keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendalakendalanya. b) Fungsi Tujuan. Dalam model pemrograman linier, tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematik linier dan selanjutnya dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada. c) Fungsi Kendala. Kendala dapat diidentifikasikan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier. 2.3. Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen, material, atau produk jadi yang tersedia di tangan menunggu untuk digunakan atau dijual (Baroto, 2002). Menurut Taylor III (2001) persediaan adalah berbagai stok barang-barang yang disimpan oleh organisasi untuk memenuhi permintaan pelanggan internal atau eksternal. Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan permintaan. Istilah persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbendaharaan seperti yang dikemukakan oleh Yamit (2003):

72 1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand). 2. Daftar persediaan secara fisik. 3. Jumlah item di tangan. 4. Nilai persediaan barang. Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2006). Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah (bahan baku) yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barangbarang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali. Menurut Riggs dalam Baroto (2002) persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process) barang jadi, barang pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan merupakan kumpulan beberapa jenis barang atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi. 2.3.2 Peranan dan Fungsi Persediaan Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 2. Menghilangkan resiko barang yang rusak. 3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.

73 4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya. Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah: 1. Fungsi Decoupling; Adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. (Rangkuti, 2004). Atau memisahkan beragam bagian produksi (Heizer dan Render, 2006). Sebagai contoh jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan untuk mendecouple (memisahkan) proses produksi dari para pemasok. Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga persedian barang-barang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran. 2. Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan per-unit jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya). Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang. 3. Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu perusahaan, yaitu permintaan musiman (Rangkuti, 2004). Perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories). Persediaan antisipasi atau berjaga-jaga (anticipation stock) adalah persediaan yang dilakukan untuk

74 menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock. Fungsi persediaan juga dapat dikategorikan sebagai persediaan pengaman (Sefety Stock) yaitu persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan. 4. Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman atau transit yang sering pula disebut work in proses. Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman: A: External Transit Stock Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, kreta api ataupun alat transportasi yang lain. B: Internal Transit Stock Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum di pindahkan. Alasan mengadakan persediaan (Schroeder,1997),diantaranya adalah : 1. Mengurangi ketidakpastian 2. Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis 3. Mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran. 4. Menyediakan untuk transit 5. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 6. Menghilangkan resiko barang yang rusak. 7. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. 8. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 9. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya. Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu: 1. Persediaan bahan baku. 2. Persediaan bagian produk atau komponen yang dibeli. 3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau penolong.

75 4. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses 5. Persediaan barang jadi. 2.4. Teori Peramalan Menurut Mulyono (1991) menerangkan bahwa peramalan adalah salah satu proses memperkirakan proses secara sistematik tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan-nya dapat diperkecil. Menurut Handoko (1994) peramalan adalah suatu penafsiran terhadap permintaan akan produk dan jasa di masa mendatang. dan bagian-bagiannya sangat penting di dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah penting untuk effisiensi industri manufacturing dan jasa, hasil-hasil peramalan digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyakut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas serta berbagai keputusan yang bersifat terus menerus dan berkenaan dengan perencanaan penjadwalan dan persediaan. Menurut Heizer dan Render ( 2006 ), peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan karena adanya perbedaan waktu antara dibutuhkannya kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut dan untuk mendapatkan peluang serta kesempatan yang ada dan ancaman yang mungkin terjadi di masa mendatang. Terkait dengan penelitian ini aktivitas peramalan dimaksudkan agar perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat menyiasati pola kemungkinan permintaan oli mesin di masa mendatang, maka perlu dilakukan maksimalisasi produktivitas perusahaan dan untuk meningkatkan keuntungan. Beberapa faktor penting dalam peramalan yang harus dipertimbangkan mencakup: 1. Jarak waktu ke tujuan di masa depan yang harus diramalkan. 2. Tenggang waktu yang tersedia untuk mengambil keputusan.

76 3. Tingkat akurasi yang diperlukan. 4. Mutu data tersedia untuk dianalisis. 5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan. 6. Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan. 2.5. Jenis-Jenis Peramalan Menurut Assauri (2004) pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sisi penyusunannya maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Peramalan subyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau buruknya hasil ramalan tersebut. 2. Peramalan obyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada data relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut. Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan berdasarkan horizon waktu dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu: 1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya tidak lebih dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan hingga batas 3 (tiga) tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi. 3. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang mencakup perencanaan dalam jangka waktu diatas 3 (tiga) tahun atau lebih. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.

77 Baik tidaknya metode yang digunakan dalam peramalan tergambarkan pada penyimpangan oleh hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut: a. Adanya informasi tentang keadaan yang lain. b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data. c. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa mendatang. 2.6. Tahapan Peramalan Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa medatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu mendatang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksiproyeksi adalah fungsi mekanikal. Menurut Handoko (1994), proses peramalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Penentuan Tujuan; langkah pertama terdiri atas penentuan estimasi yang diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer. Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui: a. Peubah-peubah apa yang akan di estimasi. b. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan. c. Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan. d. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan. e. Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan. f. Kapan estimasi dibutuhkan. g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis. 2. Pengembangan Model; Setelah tujuan diterapkan langkah berikutnya adalah mengembangkan suatu model, yang merupakan penyajian secara lebih sederhana dari sistim yang dipelajari. Model adalah suatu kerangka analitik yang bila diberi data masukan menghasilkan estimasi

78 penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai. 3. Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan. Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan. Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediksi secara logika suatu model. 4. Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan suatu ramalan. 5. Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan, karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang. 2.7. Metode Peramalan Terdapat dua pendekatan umum peramalan, sebagai mana ada dua cara mengatasi semua model keputusan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Peramalan kuantitatif menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan peubah sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Peramalan subyektif atau kualitatif, yaitu peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi dan sistim nilai pengambilan keputusan untuk meramal (Handoko, 1994).

79 2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku Unsur-unsur kebijakan dalam pengawasan persediaan bahan baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time, dan reorder point. 2.8.1 Model Probabilistik Model probabilistik (model persediaan stokastik) merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ (Economic Order Quantity) atau simulasi. Model probabilistik akan menghasilkan kemungkinankemungkinan walaupun variabel yang membentuknya diketahui dengan pasti. Model simulasi probabilistik (stokastik) merupakan komponen yang bersifat random (acak) dan akibat random tersebut maka hasil dari model simulasi stokastik hanya merupakan estimasi dari karakteristik sesungguhnya. Model simulasi stokastik mengandung unsur acak atau distribusi peluang sehingga tidak hanya membuat penaksiran keluaran yang definitif tapi juga disertai dengan deviasi (variance). 2.8.2 Peramalan Penjualan Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu. Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan pemodelan deret waktu (Montgomery et al.,1990), yakni: 1. Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2. Pendugaan parameter 3. Diagnostik model untuk memeriksa kelayakan model.

80 Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berlaku juga di masa yang akan datang. 2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan. 3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang waktu yang panjang. 2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri (2004). Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali dapat diperoleh dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal. 2.8.4 Safety Stock Safety stock atau persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang harus diadakan untuk proteksi atau pengamanan dalam menghindari kehabisan persediaan karena berbagai sebab Indrajit dan Pranoto (2003). Persediaan pengaman mempunyai dua aspek dalam pembiayaan perusahaan, yaitu :

81 1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan. 2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyediaan barang. Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar stock yang dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan (Rangkuti, 2004). persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau barang. Safety Stock diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan. Safety stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan Assauri (2004). Penentuan besarnya persediaan pengaman ini mempergunakan analisa statistik. Standar penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesunguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpanganpenyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir. 2.8.5 Lead Time Pengertian lead time adalah waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman Render dan Heizer (2006). Modelmodel persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu tingkat persediaan mencapai nol sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan segera diterima. Akan tetepi waktu antara dilakukannya pemesannan bisa

82 cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling optimal untuk melakukan pemesan kembali, menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu: 1. Biaya penyimpanan tambahan (BPT), atau sering disebut dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan. 2. Biaya kekurangan bahan (BKB), atau sering disebut dengan stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisihnya merupakan contoh biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak mendapatkan pengganti, maka proses produksi akan terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan. 2.8.6 Reorder Point Reorder Point terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Perusahaan harus dapat menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Reorder point merupakan titik batas pemesanan kembali, termasuk permintaan yang dinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau extra (Rangkuti, 2004). Menurut Heizer dan Render (2006), setelah perusahaan menentukan jumlah bahan baku yang dipesan, maka perusahaan akan melakukan pemesanan yang kedua. Pemesanan kedua atau pemesanan ulang bertujuan agar persediaan tidak sama dengan nol.

83 2.9. Penelitian Terdahulu Mukti (1997) melakukan penelitian mengenai strategi perencanaan produksi agregat industri kayu lapis. Metode perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan terhadap permintaan kayu dengan menggunakan metode peramalan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average Model) dan hasil penelitian mengenai optimisasi dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear Interactive of Discrete Optimize (LINDO). Total biaya minimum yang dihasilkan dari optimisasi Rp 335.405.790.000,- Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler, jam tenaga kerja lembur, kapasitas gudang, permintaan produk, dan persediaan produk jadi. Andinova (2009) melakukan penelitian mengenai kajian optimisasi pada PT. Pismatex, Pekalongan. Peubah keputusan didalam proses penelitian tersebut adalah tingkat produksi sarung selama satu periode produksi (12 bulan), yang dikelompokkan menjadi lima (5) kelompok jenis produk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa PT. Pismatex mengalami kendala dalam upayanya, kendala yang dialami adalah keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu meliputi ketersedian bahan baku, jam kerja tenaga kerja langsung, jam mesin dan jumlah permintaan.