BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. menopause. Jumlah populasi wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause menyebabkan > 80% wanita mengalami keluhan fisik dan psikologis dengan berbagai tekanan dan gangguan penurunan kualitas hidup (Esposito et al., 2007). Wanita menopause dengan usia rata-rata 58,7 tahun diperoleh 82,7% mengalami gangguan kualitas hidup yang disebabkan antara lain fungsi fisik, peran fisik, vitalitas dan nyeri badan (Jones and Sutton, 2008). Penelitian di Turki menunjukkan bahwa 50% wanita yang memasuki masa menopause mengalami masalah kesehatan (Karaçam and Seker, 2007). Menurut Krajewska et al. (2007) kondisi menopause wanita berdampak pada kualitas hidup. Wanita yang memasuki masa menopause sebesar 58,3% mengalami gangguan fungsi fisik dan psikologis (Villaverde-Gutierrez et al., 2006). Beberapa gejala yang muncul pada masa menopause antara lain kegelisahan saat tidur, depresi, insomnia, kelemahan daya ingat, konsentrasi, cemas, dan gangguan fisik. Sedangkan rendahnya status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, umur, kebiasaan merokok dan kurangnya aktifitas fisik berkaitan dengan kualitas hidup (vasomotor, psikologi dan somatik sindrom) pada wanita menopause (Williams et al., 2009). Fallahzadeh (2010) melakukan penelitian di Iran mengemukakan bahwa pada masa menopause sekitar 55% wanita mengalami masalah fisik dan psikologis, serta psikomotor. Wanita menopause mengalami penurunan produksi hormon estrogen sehingga peluang wanita terpapar penyakit akibat menopause semakin besar (Mastorakos et al., 2010). Blake (2006) melaksanakan penelitian di Canada sebanyak 60% wanita menopause terjadi gangguan menstruasi. Beberapa penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan kardiovaskular, pikun, serta stroke diperkirakan timbul setelah masa post manopause dan lebih mudah menyerang (Fallahzadeh, 2010). Menurut Blake (2006) bahwa faktor risiko seperti kolesterol, merokok, hipertensi, diabetes, obesitas, gangguan psikososial, konsumsi alkohol dan aktifitas fisik dapat memprediksi 94% terjadinya penyakit kardiovaskuler pada

2 wanita menopause. Selain itu wanita menopause memiliki risiko penambahan berat badan lebih cepat. Hal ini disebabkan menurunnya aktiftas fisik dan pola makan tidak berubah sejak muda, sehingga jumlah makanan yang masuk melebihi kebutuhan tubuh dan berakibat terjadi penumpukan lemak (Villaverde-Gutierrez et al., 2006). Di Eropa sendiri sekitar 135 juta wanita mengalami obesitas dan lebih dari setengah dalam keadaan overweight (BMI > 25 kg/m 2 ) serta obesitas (BMI > 30 kg/m 2 ). Sebagian besar obesitas wanita terjadi setelah usia > 25 tahun (Mastorakos et al., 2010). Prevalensi obesitas pada orang dewasa sekitar 30-35% (Huang et al., 2006). Berdasarkan hasil survei nasional tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan sebanyak 13,5% penduduk wanita dewasa mengalami obesitas. Untuk kelompok umur 40-49 tahun overweight dan obesitas mencapai puncaknya masing-masing 24,4% dan 23% laki-laki dan wanita 30,4% dan 43% (Departemen Kesehatan RI, 2003). Hasil survei Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 2008 di Kota Kendari sebanyak 19% penduduk usia dewasa mengalami obesitas. Prevalensi kegemukan terjadi pada wanita sebesar 20,8% lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu 14,4%. Obesitas pada wanita meningkatkan folikel stimulating hormone dan menurunkan level E2 4 tahun lebih awal dibandingkan wanita dengan berat badan normal (Debra et al., 2006). Kondisi obesitas sendiri berkaitan dengan resistensi insulin, diabetes militus 2 (DM2), dislipidemia, hipertensi, gangguan pernafasan, dan penyakit-penyakit degeneratif. Disamping itu keadaan masalah kesehatan masa menopause terkait dengan substansi biokemikal dan hormonal. Sedangkan perubahan biokemikal dan hormonal berdampak pada terjadinya status kesehatan wanita menopause (Mastorakos et al., 2010). Pada awalnya keadaan obesitas ditandai dengan peningkatan berat badan. Semakin banyak penimbunan lemak terjadi maka akan mengakibatkan perubahan anatomis. Kondisi perubahan tersebut menyebabkan adanya gangguan aktivitas fisik (Daley et al., 2007). Selain itu pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi jarang bekerja diperkirakan menjadi penyebab

3 berkurangnya aktivitas fisik (Williams et al., 2009). Lu et al. (2007) mengemukakan bahwa aktivitas fisik yang kurang berdampak penurunan kebugaran fisik, terutama kualitas fungsi jantung dan paru (kardiorespirasi). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dimensi kualitas hidup wanita menopause meliputi fungsi fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri tubuh, persepsi sehat umum, vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran sosial, kesehatan mental adalah kondisi obesitas, status pernikahan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan jumlah anak. Keadaan obesitas sendiri akan menyebabkan dampak negatif terhadap kualitas hidup karena penurunan kesejahteraan, interaksi sosial, dan munculnya beberapa penyakit degenerasi (Mathias et al., 1997). Penelitian Liu and Eden (2007) tentang psikosomatik dan faktor sosial pada menopause bahwa terdapat hubungan signifikan antara BMI dengan dimensi kualitas hidup. Williams et al. (2009) melakukan evaluasi dampak menopause terhadap kualitas hidup wanita diperoleh bahwa BMI berkaitan dengan kualitas hidup wanita menopause. Hasil penelitian Kushner and Foster (2000) tentang obesitas terhadap kualitas hidup menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan dimensi kualitas hidup (fungsi fisik, keterbatasan peran, nyeri tubuh, persepsi kesehatan secara umum, fungsi seksual, fungsi sosial). Sedangkan Liu and Eden (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan vasomotor, aktifitas fisik, perilaku seksual, wanita menopause. Faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan signifikan mempengaruhi kualitas hidup wanita menopause (Krajewska et al., 2007). Hasil penelitian Fallahzadeh (2010) terdapat hubungan signifikan antara jumlah anak dengan kualitas hidup pada wanita menopause. Liu and Eden (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kualitas hidup. Sedangkan Krajewska et al. (2007) mengemukakan bahwa pada wanita yang bekerja cenderung kualitas hidupnya lebih baik dibanding dengan wanita yang tidak bekerja.

4 Pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun ke atas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. Empat puluh persen (40%) dari wanita pascamenopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia rata-rata menopause sekitar 51 tahun (WHO, 1996). Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa, dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata menopause 49 tahun. Wanita usia subur yang mendekati masa-masa menopause cenderung mengalami kekhawatiran. Kekhawatiran ini terutama datang pada saat wanita mencapai usia pertengahan 40 tahunan. Banyak perubahan yang akan terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan mental yang kemudian akan menuntut banyak penyesuaian (Rossouw et al., 2002). Proyeksi usia harapan hidup penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2008 adalah 70,9 tahun perempuan dan 66,9 tahun laki-laki (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2009). Jumlah penduduk Kota Kendari usia 45+ tahun adalah 265.949 jiwa sebesar 14% dari total populasi. Usia harapan hidup yang panjang, karakteristik dan gambaran hidup baru dengan berbagai corak gangguan kesehatan yang mengancam kualitas hidup. Masyarakat Kota Kendari secara umum memiliki variasi kependudukan sangat luas baik dari sosial ekonomi, budaya dan karakteristik penduduk lainnya. Adanya variasi demogratif tinggi, hal ini menyebabkan kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin muncul. Sedangkan tingginya jumlah usia lanjut belum didukung pelayanan kesehatan yang optimal. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kendari (2009) dari 10 puskesmas hanya 3 yang melaporkan pelayanan kesehatan bagi pra usia lanjut dan usia lanjut. Pelayanan tersebut baru mencakup 514 untuk pra usia lanjut dan 840 usia lanjut mencakup 3 puskesmas di Kota Kendari. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan dasar belum mempunyai pelayanan khusus yang menangani masalah-masalah kesehatan wanita menopause.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah Apakah ada hubungan obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui deskripsi obesitas wanita menopause di Kota Kendari. b. Untuk mengatahui deskripsi tingkat kualitas hidup wanita menopause. c. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berkaitan dengan kualitas hidup wanita menopause. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wacana dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang obesitas dengan kualitas hidup wanita menopause di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan masukkan bagi Dinas/Instansi/Lembaga terkait dalam perencanaan dan pengembangan program kesehatan bagi wanita menopause dan lanjut usia di Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. E. Keaslian Penelitian Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Llaneza et al. (2007) melakukan penelitian berjudul Differences in health related quality of life in a sample of Spanish menopausal women with and without obesity. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study,

6 dengan populasi 250 wanita menopause berusia 50-64 tahun dan instrumen penelitian health related quality of life (HR-QoL) Cervantes scale. Hasil penelitian ini terbukti bahwa obesitas berpengaruh terhadap kualitas hidup wanita menopause. Persamaan penelitian ini adalah populasi penelitian yaitu wanita menopause. 2. Penelitian Daley et al. (2007) melakukan penelitian tentang Exercise participation, body mass index, and helath-related quality of life in women of manopausel age. Penelitian ini menggunakan design survey study dengan populasi 2399 wanita menopause yang berusia 46-55 tahun. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa 1206 (50.3%) wanita menopause cenderung terkena obesitas. Persamaan ialah populasi wanita menopause. 3. Penelitian Karacam and Seker (2007) melaksanakan penelitian tentang Factors associated with manopausel symptoms and their relationship with the quality of life among Turkish women. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi wanita menopause terhadap kualitas hidup mereka. Penelitian ini menggunakan design cross sectional, dengan populasi 886 wanita menopause berusia 40-60 tahun dan menggunakan instrumen The MOS-36 item short form health survey. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi agar kualitas hidup menopause tidak rendah yaitu adanya menajemen stres yang baik dan promosi kesehatan di lingkungan wanita menopause berada. Persamaan yaitu populasi penelitian yaitu wanita menopause. 4. Penelitian Williams et al. (2009) dengan judul Menopause-spesifik questionnaire assessment in US population-based study shows negative impact on health-related quality of life. Penelitian ini dilakukan tahun 2008, dengan populasi 2703 wanita menopause berusia 40-65 tahun dan menggunakan instrumen penelitian Menopause-Spesifik Quality of Life Questionnaire (MENQOL). Hasil penelitiannya kualitas hidup wanita menopause berkaitan erat dengan dampak psikologis, seksualitas dan kesehatan fisik. Persamaan penelitian ini yaitu meneliti tentang wanita menopause dari segi pendidikan, pekerjaan dan BMI.

7 5. Penelitian Krajewska et al. (2007) melakukan penelitian berjudul Comparative analysis of quality of life women in menopause period in Poland, Greece and Belarussia using MRS scale. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan menggunakan instrumen penelitian Menopause Rating Scale (MRS). Hasil penelitiannya terdapat perbedaan signifikan antara keluhan yang disampaikan wanita menopause Greece dibandingkan Belarussia dan Poland. Keluhan sedang sebanyak 32,5% wanita Poland, 34% wanita Belorussia dan 28,55% Greece. Persamaannya adalah populasi wanita menopause, perbedaannya pada variabel penelitian.