BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. tindakan, sedangkan motivasi secara utuh merupakan proses pengerahan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sehari-harinya. Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah proses interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Pemberian Penguatan. meningkatkan kualitasnya dalam setiap proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. arti penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

2015 PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, dan salah satu upaya peningkatannya yaitu melalui

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kiat masing-masing guru di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

PRAKTIKUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT PENETASAN TELUR DI SMK NEGERI 1 CIKALONGKULON, CIANJUR TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi. serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

Andi H. Tegelon 1, Muh. Amir Arham 2, Ivan R. Santoso 3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. antara lain guru, siswa, kurikulum, teknik pengajaran, dan materi bahan ajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Martin dan Pear (Edi Purwanta, 2005: 35) berpendapat bahwa kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

Kompetensi Dasar. Menerapkan kemampuan dasar mengajar dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan Dasar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku. Dengan belajar orang akan

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

HUBUNGAN SIKAP BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. hambatan sehingga belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hambatan utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan alat utama untuk memberikan cara berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

Desnaeni Dyah Winastiti, Eko Setyadi Kurniawan, Arif Maftukhin

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan itu diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut dapat dicapai jika tujuan pendidikan di Indonesia terus dikembangkan dan benar-benar dilaksanakan untuk menciptakan dunia pendidikan yang sesuai dengan perubahan zaman. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan tujuan pendidikan dapat berasal dari dalam individu seperti motivasi dan kesadaran untuk berkembang, bakat, minat, kebiasaan, usaha dan lain sebagainya, sedangkan faktor dari luar individu diantaranya lingkungan tempat individu belajar, cara mengajar guru, keluarga, teman sebaya, fasilitas belajar dan masih banyak lagi (Sudjana, N. 2008: 39). Keberhasilan tersebut dapat dicapai jika setiap faktor saling mendukung dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan tujuan pendidikan tersebut adalah faktor cara mengajar guru. Faktor cara mengajar guru merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, sehingga guru harus senantiasa berusaha memberikan pengajaran yang baik. Pengajaran yang baik tersebut harus dimulai dari penguasaan keterampilan dasar

2 mengajar yang baik pula. Kosasi R. (1985: v) mengemukakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai adalah sebagai berikut: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi reinforcement (penguatan), (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan-keterampilan mengajar yang telah disebutkan juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sanjaya W. (2006: 32) yang lebih memfokuskan pada 5 keterampilan dasar mengajar yaitu: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan variasi stimulus, (3) keterampilan memberikan reinforcement (penguatan), (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, dan (5) keterampilan mengelola kelas. Keterampilan dasar mengajar tersebut, merupakan keterampilan yang harus dapat dikuasai dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah keterampilan memberikan reinforcement atau penguatan. Keterampilan memberikan reinforcement atau penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi (Sanjaya, W. 2006: 35). Skinner (Djaali, 2007: 96) mengganggap reinforcement merupakan faktor terpenting dalam proses belajar

3 mengajar, karena reinforcement tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan. Prinsip reinforcement (penguat) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran pada seseorang (Hull dalam Djaali, 2007: 91). Berdasarkan hal tersebut, maka aspek-aspek dalam reinforcement diarahkan untuk dapat menjadikan siswa termotivasi dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Keterampilan memberikan reinforcement atau penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh guru, komponen tersebut dapat berupa penguatan verbal, yaitu berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan non verbal yang dapat berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan, penguatan dengan kegiatan menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tidak penuh (Sanjaya, W. 2006: 36). Reinforcement (penguatan) yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosanan sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu penguatan perlu dilakukan dengan teknik yang bervariasi (Sanjaya, W. 2006: 37). Menurut Kosasi R. (1985: 3) penggunaan reinforcement (penguatan) dalam kelas dapat mencapai paling tidak empat tujuan yaitu: (1) meningkatkan perhatian siswa, (2) membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, (3) memudahkan siswa belajar, (4) mengontrol dan

4 memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif. Salah satu tujuan dari penggunaan reinforcement adalah untuk membangkitkan dan memelihara motivasi siswa, karena sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Motivasi itu sendiri adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dirinya, sehingga perbuatan seseorang yang didasarkan pada motivasi tertentu yang mengandung tema sesuai motivasi yang mendasarinya (Uno, H.B. 2007:1). Motivasi belajar dapat timbul dari faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan motivasi belajar adalah dengan adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik harus diingat pula kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar lebih giat dan semangat (Uno, H.B. 2007:23). Adapun Indikator motivasi belajar menurut Uno H.B. (2006: 23), dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita

5 masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Indikator dalam motivasi belajar tersebut dapat menjadi acuan untuk mengungkapkan motivasi belajar seseorang. Indikator tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam diri, yaitu faktor pribadi, dan faktor lingkungan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan individu sangat berkaitan dengan reinforcement, karena menurut Uno H.B.(2006: 33) Ganjaran atas suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatarbelakangi perbuatan itu, sedangkan hukuman memperlemahnya. Penguatan motif yang berasal dari luar disebut proses reinforcement (penguatan). Motif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari motivasi belajar, karena pada hakikatnya motif merupakan suatu tenaga potensial untuk terjadinya prilaku atau tindakan, sedangkan motivasi merupakan proses pengerahan dan penguatan motif untuk diaktualisasikan dalam perbuatan nyata. Pencarian data awal penelitian yang dilakukan penulis terhadap 27 siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Bandung menunjukkan bahwa reinforcement yang paling sering dilakukan guru pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) adalah: (1) kata-kata atau kalimat dorongan kepada siswa ketika mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan, (2) kata-kata atau kalimat pengakuan pada siswa terhadap pendapat ataupun jawaban siswa, (3) penguatan tidak penuh yaitu berupa saran untuk menyempurnakan jawaban, (4) pemberian simbol atau benda. Keempat keterampilan reinforcement yang telah digunakan guru tersebut menunjukkan rata-rata 76,8 %, sedangkan keterampilan

6 reinforcement lainnya dibawah 60 %, sehingga penulis mengasumsikan bahwa keterampilan reinforcement yang lainnya jarang sekali digunakan, baik itu reinforcement verbal ataupun non verbal. Berdasarkan pencarian data tersebut, penulis juga mendapatkan prosentase 77,7 % siswa responden membutuhkan aspek reinforcement dalam proses pembelajaran, seperti pujian, nilai, sentuhan, senyuman, acungan jempol, dll., 66,6 % siswa responden menyatakan bahwa aspek reinforcement di atas akan menambah motivasi belajar mereka. Hasil wawancara penulis dengan siswa, menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran DKKTM. Hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang sebagian besar kurang memperhatikan pelajaran dan lebih memilih bermain dengan telepon selularnya ataupun mengobrol dengan teman sekelasnya. Reinforcement seperti dijelaskan Sanjaya W. (2006: 37) haruslah digunakan secara bervariasi untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, tetapi dari hasil pencarian data awal menggambarkan bahwa terdapat empat reinforcement yang paling sering digunakan guru, sehingga tidak mencerminkan variasi dalam penggunaannya. Keempat reinforcement yang dilakukan guru belumlah memuaskan, sehingga belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

7 Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai KONTRIBUSI REINFORCEMENT GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK MESIN (DKKTM) DI SMK NEGERI 2 BANDUNG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Guru tidak menggunakan reinforcement secara bervariasi pada saat proses pembelajaran DKKTM. 2. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran DKKTM belum memuaskan. 3. Belum memuaskannya reinforcement guru dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi motivasi belajar siswa. C. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian adalah titik tolak yang penting, agar yang hendak dikajinya memperoleh sasaran yang tepat dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah Seberapa besar kontribusi reinforcement guru dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran DKKTM?.

8 D. Pembatasan Masalah Dalam penelitian perlu diadakan suatu pembatasan agar permasalahan tersebut dapat dibahas secara mendalam. Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penulis membatasi penelitian ini, sebagai berikut : 1. Reinforcement yang akan diteliti adalah reinforcement verbal dan non verbal. 2. Motivasi yang akan diteliti adalah motivasi belajar siswa kelas XI yang mengikuti mata pelajaran DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung tahun ajaran 2007/2008 semester genap. E. Definisi Istilah Agar tidak terjadi salah pengertian dan pemahaman serta untuk menyamakan persepsi mengenai arti dari judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Kontribusi adalah sumbangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:592). Maksudnya adalah sumbangan variabel X terhadap variabel Y. Dalam penelitian ini yaitu sumbangan reinforcement guru dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. 2. Reinforcement adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi (Sanjaya, W. 2006: 35). Dalam penelitian ini reinforcement yang akan diteliti adalah

9 penguatan verbal, yaitu berupa kata-kata atau kalimat pujian, kata-kata atau kalimat dukungan, kata-kata atau kalimat pengakuan, kata-kata atau kalimat dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa secara verbal. Penguatan non verbal yang dapat berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan, penguatan dengan kegiatan menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda, dan penguatan tak penuh yang digunakan apabila siswa menjawab pertanyaan tidak terlalu tepat. 3. Motivasi belajar adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk belajar (Uno, H.B. 2007:8). Motivasi belajar yang akan diteliti adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar, dengan indikator sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran nyata mengenai seberapa besar kontribusi reinforcement dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran DKKTM. Sebagaimana rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah:

10 1. Mengetahui reinforcement yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, pada mata pelajaran DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung. 2. Mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung. 3. Mengetahui seberapa besar kontribusi reinforcement guru dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa kelas XI yang mengikuti mata pelajaran DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung. G. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru DKKTM khususnya dan guru pada umumnya, sebagai bahan masukan agar dapat menggunakan reinforcement secara tepat dan bervarisi dalam proses pembelajaran. 2. Bagi siswa, sebagai bahan masukkan tentang pentingnya menjaga motivasi belajar. H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar dalam penulisan skripsi ini dapat lebih terarah, maka perlu dilakukan pembagian kedalam beberapa bab:

11 Bab I Pendahuluan berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, definisi istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teori berisi mengenai landasan teori dan hipotesis penelitian yang meliputi teori yang mendukung, anggapan dasar dan hipotesis. Bab III Metodologi Penelitian berisi mengenai metode penelitian, variabel penelitian, data dan sumber data penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian berisi mengenai penjelasan deskripsi data, analisis data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran berisi hasil penelitian yang disimpulkan dan sekaligus saran-saran setelah penelitian.