1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup stabil di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun yang lalu.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti leasing, factoring kartu kredit dan sebagainya. Target pasar dari model

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini baik pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan manufaktur semakin

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. a. Pengertian Lembaga Pembiayaan. Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Pembiayaan adalah

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Jumlah kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan Infrastruktur. Dijelaskan juga bahwa sampai dengan akhir tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini

I. LATAR BELAKANG PARA PIHAK Badan Usaha Pengambilalih: 1. Itochu Corporation (ITC)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. dalam segala aspek, terlebih dari aspek ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA PERS. MPMX Bukukan Kenaikan Laba Bersih 41% dan Pendapatan 29% di Tahun 2013

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peluang bisnis yang cepat berkembang. Keadaan ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di pasar modal Indonesia dikenal jenis sektor perusahaan pembiayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Kendaraan Bermotor dalam Negeri (ribu unit)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... vi

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pasar modal dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah modal

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, persaingan persaingan antara perusahaan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh. atau kegiatan membutuhkan modal untuk membayar usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan pangsa pasar yang akan dimasuki. Perusahaan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

I. PENDAHULUAN. menggerakan roda perekonomian (Undang-Undang No.7 tahun 1992 pasal 1).

I. PENDAHULUAN. usaha lembaga pembiayaan nonbank ini amat beragam dan sesuai dengan kebutuhan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

I. PENDAHULUAN. akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Kebutuhan suatu kendaraan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

BERITA PERS Dapat Diterbitkan Segera

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dalam Industri Leasing (pembiayaan)

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemberian kredit dalam bentuk barang berupa kendaraan atau yang lainnya.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 219/PMK.011/2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sehari-hari setiap individu. Berbagai kendaraan digunakan untuk. roda empat, roda dua, kendaraan umum, dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis

I. PENDAHULUAN. Perusahaan Leasing memiliki peran yang cukup penting dalam pembiayaan

Laba PT TIMAH (Persero) Tbk Naik sebesar 141% pada Laporan Keuangan s/d Kuartal III Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

PT Lionmesh Prima Tbk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Perusahaan Multifinance Telah Go-Public

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. regulasi di Bidang keuangan dan perbankkan termasuk pasar modal.

Kinerja Keuangan Konsolidasian 9 Bulan Yang Berakhir 30 September. Pendapatan bersih (4) Laba bersih*

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Haruman, 2008) (Sari dan Riduan, 2011) Zarkasyi (2008:36)

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manfaat adanya usaha asuransi tidak hanya dirasakan oleh mereka yang

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pembiayaan merupakan salah satu alternatif pembiayaan bukan Bank yang saat ini semakin berkembang di Indonesia. Industri Pembiayaan yang diatur dalam POJK No. 29/2014 tentang Perusahaan Pembiayaan menawarkan fasilitas kredit dengan beberapa benefit yang dapat dirasakan oleh berbagai perusahaan diantaranya proses yang lebih cepat dan fleksibel, syarat yang lebih mudah dari Bank hingga tanpa memerlukan agunan, dan pembayaran angsuran bulanan yang dianggap sebagai pengeluaran sehingga dapat mengurangi pajak pendapatan. Saat ini cakupan industri pembiayaan meliputi pembiayaan konsumen (consumer finance), sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), modal ventura, dan kartu kredit. Dalam prakteknya, industri pembiayaan sewa guna usaha (SGU) dan pembiayaan konsumen memiliki persentase terbanyak berkisar 97-98%, sementara produk lainnya hanya menyumbang 2% dari total pembiayaan multifinance. Berdasarkan data yang dirilis oleh APPI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri pembiayaan konsumen masih memiliki angka persentase yang lebih besar setiap tahunnya mencapai 65% dari total pembiayaan dan sewa guna usaha berkisar 33% (APPI dan OJK 2014) Trend industri pembiayaan mengalami peningkatan yang signifikan pada rentang tahun 2010 hingga 2012. Pertumbuhan pembiayaan sebelum tahun 2010 hanya berkisar 4-5% dengan nilai total pembiayaan pada tahun 2009 mencapai Rp 142,5 Trilyun. Pada tahun 2010 terjadi lonjakan peningkatan total nilai pembiayaan di seluruh perusahaan dalam industri multifinance, industri pembiayaan mampu melakukan lonjakan pertumbuhan hingga mencapai 30,7% pada tahun 2010 dan 31,6% pada tahun 2011. Meningkatnya pertumbuhan aset multifinance tersebut didorong oleh kondisi ekonomi makro yang bagus dan daya beli konsumen yang tinggi. Pembiayaan sewa guna usaha (leasing) mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2011 dengan nilai pertumbuhan mencapai 31.2% pada tahun 2011 dan tingkat pertumbuhan 34.8% pada tahun 2012, dimana sebelumnya pada tahun 2010 hanya membukukan nilai pertumbuhan sebesar 28.5%. Meningkatnya pertumbuhan pembiayaan sewa guna usaha ini didorong oleh peningkatan pertumbuhan industri alat berat di Indonesia. Pertumbuhan penjualan alat berat meningkat tajam pada tahun 2010 dengan total nilai penjualan sebanyak 11.781 unit dari sebelumnya hanya sebesar 6.644 unit. Peningkatan penjualan terus terjadi hingga mencapai titik tertinggi pada tahun 2012 yakni 17.360 unit. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan alat berat selama tahun 2012 tersebut terkoreksi cukup besar, yaitu mengalami penurunan sebesar 17% dibanding penjualan pada tahun 2011. Penurunan penjualan ini dipengaruhi berbagai faktor, yaitu harga-harga komoditas, pertumbuhan ekonomi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan pertumbuhan industri yang

2 terkait dengan industri alat berat. Berdasarkan data yang diolah dan dirilis oleh PT. Trakindo Utama, penjualan alat berat tahun 2013 secara Nasional mengalami penurunan menjadi 13.961 unit, menurun 20% dari tahun 2011 yang mencapai 17.360 unit. Adanya penurunan penjualan alat berat tersebut juga berpengaruh terhadap penurunan nilai pembiayaan di sektor sewa guna usaha, karena pembiayaan alat berat menyumbang sekitar 80% dari total pembiayaan leasing. Pada Tabel 1 terlihat tren Perkembangan Industri Pembiayaan Tahun 2009-2013 yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari Rp 142,5 Trilyun tahun 2009 menjadi Rp 348 Trilyun pada tahun 2013. Namun pada tahun 2012 mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 23,1% dibandingkan tahun sebelumnya dimana pertumbuhannya mencapai 31,6%. Pada tahun 2013 juga terjadi perlambatan pertumbuhan menjadi hanya 15,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 1 Tren perkembangan industri pembiayaan tahun 2009-2013 (Dalam Rp Milyar) PEMBIAYAAN TAHUN Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Des-13 Piutang pembiayaan 142.539 186.354 245.299 302.052 348.026 Sewa guna usaha 46.528 53.167 76.592 105.082 117.363 Pembiayaan konsumen 93.053 130.016 164.791 191.820 222.968 Anjak piutang 2.027 2.295 3.915 5.148 7.691 Usaha kartu kredit 930 876 2.000 2.000 4.000 Laba bersih 10.420 11.563 19.760 24.869 34.687 Laba bersih setelah pajak 7.827 8.929 9.145 12.160 14.469 Sumber : Diolah dari data APPI dan OJK (2014) PT. Verena Multifinance Tbk. merupakan salah satu dari perusahaan pembiayaan di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2003. Pada tahun 2011 perusahaan melakukan diversifikasi usaha dengan mulai membiayai sewa guna usaha untuk alat berat dan mesin. Saat ini dalam operasional bisnis yang dijalankan dibagi dalam dua direktorat yang dipimpin oleh direktur marketing yang berbeda yakni direktorat pembiayaan konsumen yang membiayai mobil bekas dan mobil baru dan direktorat pembiayaan sewa guna usaha dengan pembiayaan alat berat dan mesin. Pada tahun 2011 saat Direktorat alat berat dan mesin dibentuk untuk masuk ke pasar alat berat yang cukup potensial, Verena membukukan nilai pembiayaan sebesar Rp 130 Milyar, kemudian pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp 447,8 Milyar dan pada tahun 2013 sebesar Rp 712,27 Milyar. Terbentuknya Direktorat SIJITU Verena pada saat itu memanfaatkan momentum meningkatnya pembiayaan alat berat khususnya di bidang pertambang batu bara dan tambang mineral lainnya. Namun, kondisi pasar industri alat berat yang mulai tidak stabil sejak tahun 2013 turut mempengaruhi aktivitas pembiayaan Direktorat alat berat dan mesin (SIJITU) dari perusahaan. Tingkat ketercapaian nilai pembiayaan Direktorat SIJITU hanya sebesar 86,1% dari target yang telah ditetapkan. Tren penurunan nilai pembiayaan Direktorat SIJITU semakin menunjukkan kinerja yang negatif pada tahun 2014. Target aktual pembiayaan sebesar Rp 1

Trilyun relatif tidak mampu untuk direalisasikan dimana rata-rata nilai pembiayaan per bulan hanya berkisar Rp 30-40 Milyar, menurun dibandingkan kinerja tahun lalu sebesar Rp 60-70 Milyar per bulan. Target pembiayaan beberapa kali telah mengalami revisi, revisi terakhir dilakukan pada bulan September 2014 dimana target pembiayaan pada akhir tahun ditetapkan pada angka Rp 502,74 Milyar. Namun pada akhir tahun 2014, total pembiayaan hanya mencapai Rp 422,19 Milyar, menurun 40% dibandingkan periode tahun lalu yang berkisar Rp 712,27 Milyar. Melambatnya laju pertumbuhan ini sejalan dengan lesunya sektor alat berat disebabkan beberapa determinan yang mempengaruhi. Penyebab utama terletak di sektor pertambangan khususnya batu bara dan bahan tambang mineral. Diberlakukannya regulasi pemerintah terkait larangan ekspor bahan tambang mineral mentah sejak Januari 2014 mulai mengganggu pertumbuhan industri pertambangan khususnya Nikel, Bauksit, dan Timah. Hampir seluruh perusahaan yang memiliki izin pertambangan tidak dapat melakukan ekspor hasil produksinya dalam bentuk bahan mentah tanpa melalui proses peningkatan nilai tambah hasil pengolahan smelter. Akibatnya banyak perusahaan yang memutuskan untuk berhenti beroperasi. Determinan lainnya adalah penurunan harga ekspor batubara yang mencapai titik terendah sepanjang lima tahun terakhir, regulasi pemerintah terkait kuota ekspor batubara demi menjaga ketahanan energi Nasional, hingga kebijakan terbaru mengenai kenaikan royalti batubara membuat lesunya industri alat berat dan pembiayaan alat berat. Aspek internal Verena juga menjadi sorotan terkait dengan penurunan volume pembiayaan dan menurunnya kualitas account receivable terkait dengan tingginya angka overdue (kredit bermasalah) di Direktorat SIJITU Verena. Nilai angka overdue meningkat dengan rata-rata di tahun 2014 berkisar 8-10%, relatif sangat besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana dijaga di angka 3-4%. Pada tahun 2014, terjadi banyak proses penarikan unit pembiayaan disebabkan banyak perusahaan yang tidak mampu bayar karena permasalahan proyek. Sebagai Direktorat yang masih relatif baru dimana terbentuk pada tahun 2011, pihak manajemen dituntut untuk secepat mungkin melakukan perhatian yang lebih dan respon yang tepat untuk menghadapi situasi dan kondisi ini. Direktorat SIJITU saat ini relatif belum memiliki frame yang jelas terhadap rencana bisnis yang dijalankan, dimana pendirian unit bisnis ini untuk meraih market share pada pasar alat berat yang pada saat itu sangat bagus. Rencana bisnis yang dijalankan oleh Direktorat SIJITU masih mengaju pada Direktorat otomotif dan belum memiliki pakem tersendiri. Bisnis pembiayaan fleet SIJITU relatif berbeda secara karakter dan volume dibandingkan dengan pembiayaan retail otomotif, sehingga diperlukan bentuk penanganan yang berbeda dalam hal sales dan pembiayaan, penanganan dan maintain account, hingga aspek manajerialnya. Perencanaan bisnis yang baik diperlukan untuk membantu Direktorat SIJITU Verena untuk dapat bertahan menjalankan bisnisnya dan meningkatkan strategi kompetitifnya di tengah persaingan saat ini. Perencanaan strategis Direktorat SIJITU diharapkan mampu menjadi solusi bagi perusahaan untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai pertumbuhan pembiayaan dan menurunkan nilai overdue yang saat ini relatif tinggi. Perencanaan strategis ini juga akan membantu perusahaan khususnya Direktorat SIJITU untuk memetakan posisinya saat ini, menganalisis segala isu strategis yang ada sehingga nantinya mampu 3

4 memilih berbagai strategi yang akan dijalankan serta menghasilkan berbagai program kebijakan strategis yang sesuai dengan Visi dan Misi perusahaan. Perumusan Masalah Verena telah menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu perusahaan pembiayaan selama lebih dari 11 tahun. Perusahaan juga telah menjadi perusahaan publik dengan Visi perusahaan yakni menjadi perusahaan pembiayaan 10 besar di Indonesia pada tahun 2016, dan Misi perusahaan yakni memberikan solusi pembiayaan yang prima. Pembiayaan alat berat dan mesin (SIJITU) saat ini diharapkan dapat menjadi alternatif diversifikasi pembiayaan yang selama ini dijalankan oleh perusahaan. Selama delapan tahun berjalan sejak tahun 2003 hingga 2011 perusahaan hanya fokus di pembiayaan otomotif yakni mobil bekas dan mobil baru. Semakin bertambahnya kompetitor dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi, berbagai kebijakan pemerintah yang mengatur industri otomotif dan industri pembiayaan otomotif seperti adanya penerapan uang muka minimum, hingga ancaman buble, membuat harapan terhadap Direktorat SIJITU lebih besar untuk meningkatkan nilai pembiayaan, aset, serta pendapatan dan keuntungan perusahaan. Selama periode 2011 hingga 2012, Direktorat SIJITU berhasil meningkatkan nilai pembiayaan dari Rp 150,49 Milyar menjadi Rp 447,8 Milyar, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp 712,27 Milyar. Meskipun nilai pembiayaan SIJITU pada tahun 2013 tidak sesuai dengan target yang telah ditentukan yakni sebesar Rp 827 Milyar, namun menurut manajemen kondisi ini cukup bagus dimana dengan adanya perlambatan pertumbuhan pembiayaan sewa guna usaha, SIJITU masih mampu bertumbuh dengan ketercapaian nilai pembiayaan sebesar 86,1% dari target 2013. Pada akhir tahun 2013, manajemen Verena melakukan perumusan dan penyusunan strategi pembiayaan baru untuk Direktorat SIJITU dengan mempertimbangkan semua aspek eksternal dan internal yang ada berpotensi menjadi peluang dan ancaman di tahun 2014. Fokus strategi pembiayaan SIJITU 2014 diarahkan pada peningkatan nilai pembiayaan mesin baik itu mesin industri, maupun mesin percetakan menjadi 45% dan forklift menjadi 5%, sementara itu pembiayaan di sektor alat berat akan diturunkan menjadi 55%. Pada awal tahun ditetapkan Nilai pembiayaan pada tahun 2013 tidak sesuai dengan target pada tahun 2013 sebesar Rp 827 Milyar, tingkat ketercapaian target hanya sebesar 86,1%. Pada tahun 2014, perusahaan merumuskan target penjualan sebesar Rp1 Trilyun, namun hingga Oktober 2014 nilai pembiayaan baru mencapai Rp 402,42 Milyar, dengan tingkat ketercapaian 40%. Pada bulan September 2014, perusahaan telah merevisi target pembiayaan untuk alat berat dan mesin menjadi Rp 502,74 Milyar pada akhir tahun 2014, namun pada akhir tahun 2014, total pembiayaan hanya mencapai Rp 422,19 Milyar, menurun 40% dibandingkan periode tahun lalu yang berkisar Rp 712,27 Milyar. Melihat kondisi saat ini perusahaan berencana menyusun perencanaan strategik baru khususnya di Direktorat SIJITU dimana akan mencoba melakukan diversifikasi obyek pembiayaan baru selain heavy equipment yang saat ini menjadi prioritas utama. Sebagai akibat dari trend penjualan alat berat yang

5 menurun dan tingkat kredit macet yang tinggi maka persentase pembiayaan alat berat akan dikurangi proporsinya guna dialihkan pada obyek pembiayaan lainnya. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan khususnya Direktorat SIJITU perlu merumuskan dengan jelas dan sebaik mungkin perencanaan strategik sebagai grand desain strategik yang dapat menjadi competitive advantage perusahaan. Perencanaan strategik yang baik mencakup analisis komprehensif mengenai peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal dan kesiapan lingkungan dan sistem internal untuk menghadapi perubahan yang dapat terjadi. Perencanaan strategik ini juga dapat membantu perusahaan bersaing pada era Masyarakat Ekonomi Asean 2015 nanti. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi pengelolaan manajemen yang dijalankan oleh Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk. saat ini terkait dengan perencanaan strategik perusahaan? 2. Apa saja faktor-faktor strategis eksternal dan internal yang dimiliki oleh Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk? 3. Strategi apa yang perlu dilakukan oleh Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk. untuk mengembangkan usahanya dimasa yang akan datang? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab segala permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya 1. Mengidentifikasi kondisi pengelolaan manajemen yang dijalankan oleh Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk. dan melakukan penyesuaian terkait perencanaan strategik 2. Menganalisa faktor-faktor strategis eksternal dan internal yang dimiliki Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk saat ini. 3. Merumuskan strategi yang perlu dilakukan oleh Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk. untuk mengembangkan usahanya dimasa yang akan datang. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang strategi dan kondisi Direktorat SIJITU PT. Verena Multifinance Tbk. saat ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan khususnya Direktorat SIJITU dalam menentukan dan mengambil kebijakan strategi yang untuk dapat terus bersaing kompetitif.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB