BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOAN DEPOSIT RATIO BANK SWASTA NASIONAL DI BANK INDONESIA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditulis oleh Amalina Alyani Yusrina (2013) yang berjudul "Pengaruh LDR, IPR,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Bank Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga atau pun dengan jalan memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Simorangkir, 2004). Bank merupakan lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Dalam aktivitasnya bank merupakan lembaga intermidiary antara pemilik sumber dana dan pihak yang memerlukan dana. Dewasa ini bank sudah merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang dalam melakukan berbagai aktivitas khususnya dalam melakukan transaksi. Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1998 dan UU Tahun 1999 yang menyatakan pengertian bank itu adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai bank dari beberapa ahli, antara lain:

1. Howard D. Crosse & J. Hemple (Rivai, et al., 2007:540) Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan para pemilik. 2. F.E. Perry (Rivai, et al., 2007:542) Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, memberikan kredit, dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali. 3. Suyatno (2007:1) Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari pihak ketiga. Kedua, bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank. 2.1.2 Fungsi Intermediasi Bank Bank berfungsi sebagai intermediasi dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-undang No.10 tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penting bagi bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Masyarakat berharap dana

yang mereka simpan di bank akan aman. Untuk itu bank harus menjaga tingkat kesehatannya karena bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank harus memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus berhati-hati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Alasan LDR digunakan sebagai ukuran intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan dalam penyaluran kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Jadi, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. 2.1.3 Likuiditas Bank Menurut Simorangkir (2004) likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo dan memberikan pinjaman (Loan) kepada masyarakat yang memerlukan.

Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan (Susilo, 2000) : 1. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan Bank Sentral. 2. Penarikan dana oleh para deposan. 3. Penarikan dana oleh debitur. 4. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo. Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Secara umum dapat dikatakan bahwa penyimpanan dana untuk menjaga masalah likuiditas dapat diklasifikasikan ke dalam empat hal (Utari, 2011): a. Primary Reserve (cadangan utama). Primary Reserve dapat dikatakan sebagai kas suatu kegiatan perbankan atau rekening cadangan yang lebih besar dari legal reserve yang dibutuhkan. b. Secondary Reserve (cadangan kedua). Secondary Reserve terdiri dari federal funds old dan surat-surat berharga pemerintah jangka pendek (misalnya untuk Indonesia adalah SBI=Sertifikat Bank Indonesia). Dapat ditambahkan disini bahwa surat-surat berharga yang masuk kedalam klasifikasi ini adalah surat berharga yang harus mempunyai kualitas bagus (sangat kecil risiko default/gagal), jatuh tempo untuk jangka pendek (kurang dari satu tahun), dan mudah diperjualbelikan. c. Tertiary reserve (cadangan ketiga). Tertiary reserve adalah dirancang untuk memenuhi perlindungan likuditas perubahan-perubahan jangka panjang seperti peningkatan permintaan peminjaman atau menurunnya deposit yang masuk. Surat-surat berharga pemerintah dengan masa jatuh tempo sekitar 1 hingga 2 tahun adalah yang termasuk ke dalam klasifikasi ini. d. Investment reserve (cadangan investasi). Investment reserve adalah cadangan untuk antisipasi likuiditas yang biasanya ditujukan kepada kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Biasanya yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah surat-surat berharga dengan masa jatuh tempo lebih besar dari dua tahun. Klasifikasi-klasifikasi cadangan ini menyebabkan bank harus melakukan suatu investasi portofolio dengan masa jatuh tempo yang berbeda.

Kuncoro dan Suhardjono (2002) menyatakan bahwa: Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana, sehingga dalam memenuhi kewajibannya bank tidak perlu harus mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan kerugian yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terjadi dan terus berlanjut tidak tertutup kemungkinan akan terjadi erosi kepercayaan masyarakat bank. 2.2. Definisi 2.2.1 Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank yang menggambakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Rivai, et al., 2007:394). Menurut Dendawijaya (2003), Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Kasmir (2004), juga mendefinisikan LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan kegiatan operasinya. Seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk

memberikan kredit (Dendawijaya, 2009:116). Dengan kata lain, LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah maksimum adalah 110%. Jumlah kredit yang diberikan biasanya relatif naik namun tak berarti jumlah kredit tidak akan turun. Untuk menghitung nilai dari LDR, dapat menggunakan suatu persamaan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, yaitu: LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan Jumlah Dana Pihak Ketiga 100% Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara penyaluran kredit dengan dana yang masuk ke bank, dimana LDR harus diperhatikan agar bank tidak melewati nilai standar yang telah ditetapkan. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil). Sebaliknya, jika angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan bahwa tingkat tingginya kemampuan likuiditas bank yang besangkutan karena bank tidak perlu mengeluarkan dana yang diperlukan untuk membiayai kredit yang semakin kecil. Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 265/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk semua pihak yang terkait, maka Bank Indonesia menetapkan: Untuk Loan to Deposit

Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit nol (0) artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat. Sedangkan Unuk Loan to Deposit Ratio dibawah 110% diberi nilai 100, artinya likuiditas bank tersebut sehat. 2.2.2 Capital Adequecy Ratio (CAR) Permodalan (Capital Adequacy) menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat besarnya modal bank. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya 2009:121). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut Taswan (2006), Fungsi modal bagi bank adalah : 1. Melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha perbankan sebagai akibat salah satu resiko usaha. 2. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. 3. Membiayai kebutuhan aktiva tetap. 4. Mengusahakan kekurangan modal tersebut dari luar. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,

misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: CAR = Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR ) 100% Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% dari asset tertimbang menurut resiko (ATMR). Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS). 2.2.3 Non Performing Loan (NPL) Kredit macet (Non Performing Loan) adalah bagian dari kredit bermasalah namun tidak semua kredit bermasalah adalah kredit macet karena kredit bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan berpotensi untuk rugi. Menurut Dendawijaya (2004), kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu : 1. Dari Pihak Perbankan Pihak perbankan yang kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam menghitung rasio-rasio yang ada. 2. Dari Pihak Nasabah Kemacetan kredit yang disebabkan oleh nasabah ada 2 yaitu adanya unsur kesengajaan dan unsur tidak sengaja.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) : NPL = Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit 100% Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL Rasio NPL 5% NPL 5% Predikat Sehat Tidak Sehat Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Berdasarkan Tabel 2.1 diatas menunjukkan bahwa Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. 2.2.4 Biaya Operasional Pendapatan Operasional atau Operating Expenses/Operating Income (BOPO) Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Biaya Operasional Pendapatan

Operasional (BOPO) perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Rivai, et al., 2007:722). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Secara matematis, BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut: BOPO = Beban Operasional Pendapatan Operasional 100% Nilai resiko BOPO yang ideal berada antar 50%-70% sesuai dengan ketentuan BI. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Peringkat Bank Berdasakan Rasio BOPO Peringkat Predikat Besaran Nilai BOPO 1 Sangat Sehat 50-70% 2 Sehat 76-93% 3 Cukup Sehat 94-96% 4 Kurang Sehat 96-100% 5 Tidak Sehat >100% Sumber:SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 Berdasarkan Tabel 2.2 Bank Indonesia menetapkan peringkat BOPO dari yang sangat sehat sampai yang tidak sehat. 2.2.5 Return on Assets (ROA)

Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam memenuhi kewajiban pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas (Simorangkir, 2004). Berdasarkan laporan-laporan keuangan dari bank dan juga literatur-literatur, bunga merupakan unsur atau komponen pendapatan yang paling besar. Hasil yang diperoleh yaitu 75% dari bunga, sedangkan yang 25% berasal dari pendapatan jasa lainnya (Simorangkir, 2004). Besar kecilnya laba yang dihasilkan bank sangat dipengaruhi oleh kinerja bank dalam mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat. Bank yang mampu menghasilkan pendapatan tinggi berarti bank tersebut dapat menjalankan usahanya secara efisien. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, ROA dapat dirumuskan sebagai berikut : ROA = Laba Sebelum Pajak Total Aset 100% Menurut Dendawijaya (2003), alasan penggunaan ROA ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang mana sebagian besar dananya berasal dari masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali kepada masyarakat. Semakin tinggi ROA suatu bank semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. 2.2.6 Net Interest Margin (NIM) Rasio Net Interet Margin (NIM) dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan dengan suku bunga pinjaman yang diberikan, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Rasio ini menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan bunga bersih (Rivai, et al., 2007:721). Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NIM = Pendapatan Bunga Bersih Rata Rata Aktiva Produktif 100% 2.2.7 Dana Pihak Ketiga (DPK) Salah satu kegiatan industri perbankan adalah pemberian kredit. Menurut Siamat (2004), proporsi pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan bunga kredit yang disalurkan. Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan tersebut didanai oleh beberapa sumber yaitu modal sendiri, pinjaman dari lembaga lain, dan pihak ketiga atau masyarakat. Menurut Kasmir (2004), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana tersebut sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu bank akan mempengaruhi

kemampuannya dalam menyalurkan kredit. Kredit diberikan kepada para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian yang dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank. Dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank dan bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank (Dendawijaya 2005:35). Dana dari masyarakat yang sering disebut dengan dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis yaitu Giro (Demand Deposit), Tabungan (Saving Deposit) dan Deposito (time deposit). Pertumbuhan dana pihak ketiga diukur dari perbandingan selisih total Dana Pihak Ketiga pada satu bulan tertentu dengan total Dana hak Ketiga bulan sebelumnya yang dimiliki bank. Satuan ukurannya persen diukur dengan menggunakan rumus: DPK (t) DPK (t 1) Pertumbuhan DPK = 100% DPK (t 1) Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti terdahulu dan jurnal yang menggunakan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel independennya variabel dependen (LDR), maka saya menggunakan Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk menjadi variabel moderating saya dengan alasan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat mempengaruhi variabel independen variabel dependen. Karena variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan variabel independen variabel dependen.

2.3. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang rasio-rasio keuangan perbankan serta pengaruhnya LDR pada perbankan di Indonesia telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, namun menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian tersebut adalah: Seandy Nandadipa (2010), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate Terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008. dependen yang digunakan dalam penelitian ini Sedangkan variabel independen yang digunakan CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate. Metode analisis yang dilakukan uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR positif dan signifikan NPL negatif dan signifikan Inflasi positif dan signifikan Pertumbuhan DPK positif dan signifikan Exchange Rate negatif dan signifikan Irene Lastry Fardani Tangko (2012), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-2010. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. dependen yang digunakan dalam penelitian ini Sedangkan variabel independen yang digunakan CAR positif dan

signifikan kredit perbankan. dan NPL negatif dan signifikan kredit perbankan. Nasiruddin (2005), melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa CAR positif dan signifikan NPL negatif dan signifikan Dan Suku Bunga Kredit positif Lella N Q Irwan (2010), melakukan penelitian tentang Tinjauan Terhadap Fungsi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi intermediasi Perbankan Nasional. independennya adalah NPL, Tingkat Suku Bunga, Produk Domestik Bruto (PDB) dan variabel dependennya adalah Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa PDB positif dan signifikan LDR, NPL positif tetapi tidak signifikan LDR, Tingkat suku bunga kredit dapat menurunkan Loan to Deposit Ratio (LDR) tetapi tidak signifikan. Hj. Masithah Akbar, Ida Mentayani (2010) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi Intermediasi Bank Umum Swasta Kalimantan Selatan. independennya adalah NPL, SBI, Suku Bunga Simpanan, Suku

Bunga Kredit, Inflasi, PDB, sedangkan variabel dependennya adalah Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL dan Suku Bunga Kredit positif LDR, SBI dan Suku Bunga Simpanan negatif LDR, PDB LDR, Inflasi tidak Herry Achmad Buchory (2014) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Modal, Risiko Kredit dan Profitabilitas Terhadap Implementasi Perbankan Fungsi Intermediasi (Studi Pada Bank Pembangunan Regional Seluruh Indonesia Tahun 2012). independennya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), sedangkan variabel dependennya adalah Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR parsial dan ROA positif dan signifikan NPL negatif tetapi tidak negatif signifikan Secara bersamaan CAR, NPL dan ROA secara signifikan tingkat pengaruh LDR dengan 34,9% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Shandy Bintang Ramadhan (2013) Melakukan penelitian mengenai Faktorfaktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2007-2011. independen yang digunakan adalah CAR, ROA, dan NPL sedangkan variabel dependennya adalah Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan persamaan kuadrat terkecil, uji statistik t, dan dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa CAR dan ROA tidak secara signifikan dan berarah positif LDR, NPL secara signifikan berarah positif Pramono (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh CAR, BOPO, GWM Pemberian Kredit BPR di Semarang. independennya adalah CAR, BOPO, GWM sedangkan variabel dependennya adalah Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR dan GWM memiliki pengaruh yang negatif kemampuan BPR dalam memberikan kredit, sedangkan BOPO positif kemampuan BPR dalam memberikan kredit. Mita Puji Utari (2011) Melakukan penelitian tentang Pengaruh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Asset), dan BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) LDR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel variabel independen CAR positif tidak signifikan LDR dengan tingkat signifikansi 0,192 > 0,050, NPL negatif signifikan LDR dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,050, ROA negatif tidak signifikan LDR dengan tingkat signifikansi 0,560 > 0,050, BOPO positif signifikan LDR dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,050. Kelima variabel sebesar 24,4%

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Peneliti / Tahun 1. Seandy Nandadipa (2010) 2. Irene Lastry Fardani Tangko (2012) Judul Penelitian Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate Terhadap LDR (Studi Kasus pada Bank Umum di Indonesia Periode 2004-2008). Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank BUMN Persero Di Indonesia Periode 2007-2010. Independen: CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate. Dependen: Independen: CAR dan NPL. Dependen: Metode Analisis Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda. Hasil Penelitian CAR, Inflasi dan Pertumbuhan DPK Berpengaruh positif dan signifikan NPL dan Exchange Rate negatif dan signi-fikan CAR positif dan signifikan kredit perbankan. Dan NPL negatif dan signifikan kredit perbankan.

3. Nasiruddin (2005) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang Independen: CAR, NPL dan Suku Bunga Kredit. Dependen: LDR Regresi Linear Berganda. CAR positif dan signifikan NPL negatif dan signifikan Dan Suku Bunga Kredit positif 4. Lella N Q Irwan (2010) 5. Hj. Masithah Akbar, Ida Mentayani (2010) Tinjauan Terhadap Fungsi dan Faktor-faktor yang mempengaruhi intermediasi Perbankan Nasional Faktor-faktor yang mempengaruhi Intermediasi Bank Umum Swasta Independen: NPL, Tingkat Suku Bunga, Produk Domestik Bruto.(PDB). Varibel Dependen: Independen: NPL, SBI, Suku Bunga Simpanan, Suku Bunga Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda. PDB positif dan signifikan LDR, NPL positif tetapi tidak signifikan LDR, Tingkat suku bunga kredit dapat menurunkan Loan to Deposit Ratio (LDR) tetapi tidak signifikan. NPL dan Suku Bunga Kredit positif

6. Herry Achmad Buchory (2014) Kalimantan Selatan. Analisis Pengaruh Modal, Risiko Kredit dan Profitabilitas Terhadap Implementasi Perbankan Fungsi Intermediasi (Studi Pada Bank Pembangunan Regional Seluruh Indonesia Tahun 2012). Kredit, Inflasi, PDB. Dependen: Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA). Dependen: Regresi Linear Berganda. LDR, SBI dan Suku Bunga Simpanan negatif LDR, PDB LDR, Inflasi tidak CAR parsial dan ROA positif dan signifikan NPL negatif tetapi tidak negatif signifikan Secara bersamaan CAR, NPL dan ROA secara signifikan tingkat pengaruh LDR dengan 34,9% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

7. Shandy Bintang Ramadhan (2013) 8. Pramono (2006) 9. Mita Puji Utari (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2007-2011. Analisis Pengaruh CAR, BOPO, GWM Pemberian Kredit BPR di Semarang. Pengaruh variabel CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Asset), dan BOPO (Biaya Independen: CAR, ROA, dan NPL. Dependen: Independen: CAR, BOPO, GWM. Dependen: Independen: CAR, NPL, ROA dan BOPO. Dependen: Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda. CAR dan ROA tidak secara signifikan dan berarah positif LDR, NPL secara signifikan berarah positif CAR dan GWM memiliki pengaruh yang negatif kemampuan BPR dalam memberikan kredit, sedangkan BOPO positif kemampuan BPR dalam memberikan kredit. CAR positif tidak signifikan NPL negatif signifikan

Operasional Pendapatan Operasional) ROA negatif tidak signifikan BOPO positif signifikan 2.4. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. 2.4.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR), menunjukkan kinerja bank dalam memberikan kredit yang semakin baik sehingga meningkatkan kesehatan bank dan proses menyalurkan dana kepada masyarakat serta penghimpunan dana berjalan efektif. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi

penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah (Riyadi, 2006). Menurut Seandy Nandadipa (2010), Irene Lastry Fardani Tangko (2012), Nasiruddin (2005), Herry Achmad Buchory (2014), Shandy Bintang Ramadhan (2013) dan Mita Puji Utari (2011), CAR positif Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) positif signifikan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.2 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Loan to Deposit Ratio (LDR). Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan bank untuk mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank. Semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban (Ali, 2004). NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, oleh karena itu bank harus

menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya, sehingga fungsi intermediasi yang dilakukan bank (Scot dan Timothy, 2006). Menurut Seandy Nandadipa (2010), Irene Lastry Fardani Tangko (2012), Nasiruddin (2005), Herry Achmad Buchory (2014), dan Mita Puji Utari (2011), NPL negatif Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan (NPL) positif signifikan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.3 Pengaruh Operating Expenses/Operating Income (BOPO) Loan to Deposit Ratio (LDR). Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio antara biaya operasional pendapatan operasional (Dendawijaya, 2003). Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2003). Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005) atau dengan kata lain semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Menurut Pramono (2006) dan Mita Puji Utari (2011), BOPO positif Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) positif signifikan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.4 Pengaruh Return On Assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR) Return On Assets (ROA) adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003:120). Semakin besar Return On Assets (ROA) suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dengan laba yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri. Menurut Herry Achmad Buchory (2014), dan Shandy Bintang Ramadhan (2013), ROA positif Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Return On Assets (ROA) positif signifikan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.5 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh intermediasi perbankan karena baik dan buruk intermediasi akan berdampak pada Net Interest Margin (NIM) yang akan diperoleh bank. Semakin baik intermediasi perbankan maka semakin baik pula Net Interest Margin (NIM) bank yang bersangkutan. Menurut Nasiruddin (2005), Herry Achmad Buchory (2014), dan Hj. Masithah Akbar, Ida Mentayani (2010), NIM positif Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Net Interest Margin (NIM) positif signifikan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.6. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Independen dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari masyarakat. Dengan dana yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Peningkatan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan kredit.

2.4.6.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya dan dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin banyak Dana Pihak Ketiga yang dihimpun dari masyarakat, maka akan dapat meningkatkan jumlah modal bank. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR), menunjukkan kinerja bank dalam memberikan kredit yang semakin baik sehingga meningkatkan kesehatan bank dan proses menyalurkan dana kepada masyarakat serta penghimpunan dana berjalan efektif. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Dana Pihak Ketiga (DPK) positif dalam memoderasi Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.6.2 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Non Performing Loan (NPL) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan bank untuk mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin banyak Dana Pihak Ketiga yang dihimpun dari masyarakat, maka bank harus dapat menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkannya dan melakukan analisis kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan penggunaan kredit serta kemampuan dan

kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban (Ali, 2004). Semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Dan sebaliknya, apabila semakin besar NPL, maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung bank. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Dana Pihak Ketiga (DPK) negatif dalam memoderasi Non Performing Loan (NPL) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.6.3 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Operating Expenses/Operating Income (BOPO) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Besarnya dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat, maka besarnya biaya operasional dan pendapatan operasional bank. Karena biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Sedangkan pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya (Dendawijaya, 2003). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Dana Pihak Ketiga (DPK) positif dalam memoderasi Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.6.4 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Return On Assets (ROA) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki hubungan positif Return On Assets (ROA) karena keuntungan utama bank berasal dari sumber-sumber dana dengan bunga yang diterima dari alokasi dana tertentu. Pengalokasian dana dapat dilakukan untuk penyaluran kredit atau membelikan berbagai macam aset yang dianggap menguntungkan bank (Kasmir, 2004:95). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Dana Pihak Ketiga (DPK) positif dalam memoderasi Return On Assets (ROA) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). 2.4.6.5 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Memoderasi Net Interest Margin (NIM) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Net Interest Margin (NIM) memiliki pengaruh intermediasi perbankan karena baik dan buruk intermediasi akan berdampak pada Net Interest Margin (NIM) yang akan diperoleh bank. Semakin banyak dana pihak ketiga yang dihimpun bank, maka semakin banyak pula pendapatan bunga bank yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Dana Pihak Ketiga (DPK) positif dalam memoderasi Net Interest Margin (NIM) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu diduga bahwa, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel moderating. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Independen Capital Adequacy Ratio (X1) Non Performing Loan (X2) Operating Expenses /Operating Income (X3) H1 Dependen Loan to Deposit Ratio (Y) Return On Asset (X4) H2 Net Interest Margin (X5) Dana Pihak Ketiga (Z) Moderating Gambar 2.1. Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Moderating. (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013).

2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis, kerangka konseptual dan penjelasan yang dikemukakan oleh para peneliti sebelumnya rumusan permasalahan penelitian, maka peneliti menarik kesimpulan sementara bahwa: H 1 :Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) secara parsial dan simultan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H 2 : Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.