HUBUNGAN INFEKSI CACING DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SD INPRES NDONA 4 KECAMATAN NDONA KOTA ENDE ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan,

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian observasional dengan disain cross sectional pada Ibu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik menggunakan metode

HUBUNGAN PERILAKU DAN HIGIENE SISWA SD NEGERI DENGAN INFEKSI KECACINGAN DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

HUBUNGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOBGLOBIN ANAK SEKOLAH DASAR GMIM BUHA MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

MALNUTRISI DAN INFEKSI CACING STH PADA IBU HAMIL DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK PEKANBARU. Yanti Ernalia, Dietisien, MPH dr Lilly Haslinda, M.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

Transkripsi:

HUBUNGAN INFEKSI CACING DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SD INPRES NDONA 4 KECAMATAN NDONA KOTA ENDE 1 Zuhaifah Inayah M.S, 2 Dwita Anastasia Deo, 3 Ika Febianti Buntoro 1 Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana 2 Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana 3 Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana ABSTRAK Lokasi Sekolah Dasar Inpres Ndona 4 berada pada dataran tinggi di Kecamatan Ndona, kota Ende dengan iklim yang lembab dan masih ditemukan hiegene perseorangan yang buruk, yang berpotensi terjadinya penyakit kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara infeksi cacing dengan kadar hemoglobin. Pengumpulan 92 sampel faeces dari siswa SD Inpres Ndona 4, dilakukan pada bulan Agustus 2016. Sampel faeces dengan eosin diperiksa dibawah mikroskop di Laboratorium RSUD Ende dan di cross check di Laboratorium FK Undana. Data status hemoglobin diketahui dengan pemeriksaan darah kapiler dengan menggunakan Easy Touch GCHb. Hasil penelitian menunjukkan dari 92 responden didapatkan 17,4 (16/92) postif terinfeksi cacing, jenis cacing yang teridentifikasi yaitu Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichuria dengan status hemoglobin rendah. Hasil uji Chi square didapatkan p = 0,014 (p < 0,05). Nilai statistik tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara infeksi cacing dengan kadar hemoglobin. Siswa SD Inpres Ndona 4 perlu mengetahui risiko dan akibat penyakit kecacingan serta melakukan pencegahan. Kata kunci : SD Inpres Ndona 4, kecacingan, faeces, hemoglobin, PENDAHULUAN Infeksi cacing adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Infeksi cacing banyak diderita oleh anak-anak khususnya usia sekolah dasar. Prevalensi penyakit kecacingan pada anak usia sekolah dasar sekitar 60-80. (1) Indonesia sebagai negara tropis tidak luput dari infeksi Soil- Transmitted Helminth. Infeksi cacing yang paling sering disebabkan oleh STH terdiri dari Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus, Anclyostoma duodenale. (2,3) Berdasarkan distribusi prevalensi kecacingan di 8 ISBN 978-602-6906-21-2 99

provinsi, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menduduki posisi ketiga dengan presentase 27,7 setelah Provinsi Banten 60,7 dan Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam (NAD) 59,2. Pada profil kesehatan Indonesia tahun 2008, provinsi NTT menempati urutan ketiga infeksi cacing terbanyak dari 8 provinsi yang diteliti yaitu sebesar 27,7. Kecamatan Ndona mempunyai keadaan geografis dan iklim yang mendukung kejadian kecacingan. Infeksi cacing sendiri masih sering dijumpai pada usia anak sekolah dasar. (4) Berdasarkan data dari Puskesmas Ngalupolo di Kecamatan Ndona sampai 2015 infeksi cacing masih ditemukan sekitar 52 kasus dari 261 anak usia sekolah dasar. Gambaran wilayah Ndona berada di dataran tinggi kota Ende. Lokasi SD Inpres Ndona 4 berada di puncak Kecamatan Ndona. Pengamatan peneliti SD Inpres Ndona 4 menunjukkan lingkungan sekitar sekolah terdapat lapangan yang luas sebagai tempat bermain dan terdapat mata air di sebelah timur. Anak-anak saat bermain sepak bola di lapangan, seringkali tidak menggunakan alas kaki, sehingga terjadi kontak langsung dengan tanah. Kejadian kecacingan didukung oleh beberapa keadaan. Kejadian kecacingan ini terkait dengan kontak individu dengan tanah yang tercemar telur cacing dari berbagai sumber, faktor lingkungan seperti iklim, kepemilikan jamban dan higiene perorangan yakni: kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaaan mencuci tangan, kebersihan kuku, kebiasaan makan, kebiasaan kontak dengan tanah. (3,5) Infeksi cacing berpengaruh terhadap pencernaan (digestif), penyerapan (absorpsi), serta metabolisme makanan yang dapat berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam jumlah besar serta menurunkan konsentrasi hemoglobin rerata. Hasil penelitian di Manado pada tahun 2014 oleh Muhammad Fachrurrozy, Basalamah, dkk menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi cacing mempunyai hubungan terhadap kadar hemoglobin. Anak-anak yang terinfeksi cacing memiliki kadar hemoglobin lebih rendah bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terinfeksi cacing. (6) Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Infeksi Cacing dengan Kadar Hemoglobin pada Siswa SD Inpres Ndona 4 di Kecamatan Ndona Kota Ende tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen (kadar hemoglobin) dan dependen (infeksi cacing) diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan ISBN 978-602-6906-21-2 100

saat pemeriksaan dan tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Penelitian di laksanakkan di SD Inpres Ndona 4 pada bulan Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas I-IV berjumlah 90 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah tinja siswa dan responden siswa tersebut berjumlah 83. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 1-6 Sekolah Dasar Inpres Ndona 4 tahun ajaran 2016/2017 yang bersedia dengan menandatangani informed consent, sedangkan kriteria ekslusinya yaitu (1) Siswa-siswi yang tidak hadir saat penelitian, (2) Siswa-siswi yang mengkonsumsi obat cacing 6 bulan terakhir (3) siswa-siswi yang menderita penyakit kronis ( tuberkulosis, diare, malaria, dan gizi buruk ). Kriteria drop out yaitu: Siswa-siswi yang tidak bersedia mengumpulkan kontainer berisi feses. Data primer yang diperoleh berupa identitas (nama,umur,jenis kelamin) murid SD yaitu melalui wawancara, dan pemeriksaan infeksi kecacingan yaitu melalui pemeriksaan tinja murid di Laboratorium. Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yaitu Sekolah Dasar Inpres Ndona 4 di Kecamatan Ndona Kabupaten Ende. Data yang diperoleh adalah data-data berupa jumlah siswa/siswi yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017, dan keadaan geografi sekolah. Analisa data untuk penelitian ini menggunakan : 1) Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel yang disajikan dalam bentuk tabel, gambar diagram maupun grafik. 2) Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan kekuatan hubungan antara dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan terikat. Uji statistik data digunakan bantuan program pada komputer dengan uji Chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kecamatan Ndona berada di wilayah Pemerintahan Kota Ende propinsi Nusa Tenggara Timur. Luas wilayah kecamatan Ndona 106,47 km 2 dengan ketinggian pada 246 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah kecamatan Ndona adalah sebagai berikut : - Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Detusoko. - Bagian Selatan berbatasan dengan Laut Sawu. - Bagian Timur berbatasan dengan kecamatan Ndona Timur. - Bagian Barat berbatasan dengan Ende Timur. (7) ISBN 978-602-6906-21-2 101

Kecamatan Ndona terdiri dari 14 kelurahan. Adapun kelurahan yang terdapat di kecamatan Ndona yaitu kelurahan Nanganesa, Onelako, Manulondo, Wolotopo, wolotopo Timur, Ngalupolo, Reka, Kekasewa, Wolokota, Nila, Ngaluroga, Puutuga, Kelikiku, dan Lokoboko. SD Inpres Ndona 4 berada di kelurahan Onelako. Jumlah murid sebanyak 92 siswa, guru sebanyak 15 orang, kelas sebanyak 6 ruangan, luas tanah 619 m 2 dan luas bangunan 619 m 2. Karakteristik Responden Siswa yang menjadi subyek penelitian berasal dari Sekolah Dasar Inpres Ndona 4. Siswa tersebut berasal dari kelas 1-6. Adapun jumlah sampel penelitian adalah 92 siswa. 60 40 20 0 Jenis Kelamin Jenis kelamin frequency percent Diagam 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Kecacingan 17 positif negatif 83 Diagram 2. Distribusi Kecacingan pada responden. Kadar Hemoglobin tidak normal 53 normal 47 ISBN 978-602-6906-21-2 102

Diagram 3. Distribusi Kadar hemoglobin pada responden. Hasil Analisis Univariat Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tercantum dalam akta kelahiran. Pada responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebesar 54,3 sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar 45,7. Infeksi cacing apabila ditemukan cacing atau telur cacing dalam pemeriksaan feses. Pada sampel siswa yang positif terinfeksi cacing sebesar 17 dan yang negatif sebesar 83. Kadar hemoglobin adalah suatu patokan yang digunakan untuk mengetahui kadar protein tetrametik eritrosit, mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan CO2 dan proton ke paru-paru. Pada responden yang memiliki kadar hemoglobin dalam batasan normal sebanyak 47 dan yang tidak normal 53. Tabel 1. Analisis Univariat NO Jenis Pengamatan Subyek penelitian N 1. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 50 42 54,3 45,7 2 Hasil Pemeriksaan Tinja 1. Negatif 2. Positif 3 Kadar Hemoglobin 1. Normal 2. Tidak normal 76 16 43 49 82,6 17,4 46,7 53,3 Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. ISBN 978-602-6906-21-2 103

Tabel 2. Hubungan infeksi cacing dengan kadar hemoglobin Kadar Hemoglobin Total P Norm Tida al k Norm al Postif Expect 7,5 8,5 16,0 0,014 ed Count Infeksi Cacing Total Tabel 2 menyajikan analisis Chi square. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel silang baris dan kolom. Berdasarkan tabel 2 diperolah nilai Significancy menunjukan nilai p = 0,014. Oleh karena p < 0.05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan infeksi cacing dengan kadar hemoglobin. PEMBAHASAN Negati f within INFEK SI CACIN G Expect ed Count within Infeksi cacing Expect ed Count within Infeksi Cacing 18,8 81,2 100 35,5 40,5 76,0 52,6 47,4 100 43,0 49,0 92,0 46,7 53,3 100 Data yang terkumpul memperlihatkan dari 92 anak yang dianalisa terdapat 17 terinfeksi cacing dan 83 tidak terinfeksi cacing. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi cacing pada anak masih cukup tinggi. ISBN 978-602-6906-21-2 104

Di indonesia, sekitar 60 orang mengalami infeksi cacing. Kelompok umur terbanyak adalah usia anak sekolah dasar yaitu 5-14 tahun. Dari segi kesehatan anak yang terinfeksi cacing terindikasi lesu, lemah, konjungtiva anemis, dan penurunan nafsu makan, karena cacing menyerap nutrisi dari tubuh anak dan pada gilirannya anak akan mengalami defisiensi yang bisa menyebabkan kadar hemoglobin menjadi rendah atau tidak normal. (8) Hasil analisis Hb anak menunjukkan sebanyak 47 yang normal dan 53 kadar hemoglobin tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fachrurrozy menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi cacing mempunyai hubungan terhadap kadar hemoglobin. (9) Data diatas menunjukkan ada kecenderungan anak yang terinfeksi cacing mengalami kadar Hb tidak normal. Dalam penelitian ini, dari 16 anak yang terinfeksi cacing memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal. Hasil uji chisquare menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara infeksi cacing dengan kadar hemoglobin (p < 0,05). KESIMPULAN Prevalensi infeksi cacing pada anak sekolah dasar inpres Ndona 4 sebanyak 17. Prevalensi kadar hemoglobin tidak normal pada anak sekolah dasar inpres Ndona 4 sebanyak 53. Selain itu terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi cacing dengan kadar hemoglobin. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, tingginya angka prevalensi kecacingan pada anak sekolah dasar diwilayah Kecamatan Ndona penelitian ini menyarankan untuk di lakukan pencegahan dan pengobatan infeksi cacing. Pola hidup bersih dan sehat terutama mencuci tangan, kebiasaan makan yang baik, dan jarang kontak dengan tanah dapat diterapkan untuk mencegah kecacingan. DAFTAR PUSTAKA Kusuma S. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SD Kelas 4-6 Terhadap Penyakit Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah di SD Islam Ruhama Tahun 2011. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2011. Rawina Winita, Mulyati HA. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar. Universitas Indonesia; 2012. ISBN 978-602-6906-21-2 105

Endriani, Mifbakhudin S. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Usia 1-4 tahun. Universitas Muhammadiyah Semarang; 2011. Departemen Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. :2008. Pratiwi E, Fatimah S, Muntaha A, Mardiaty. Analisis Penyakit Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pemukiman Industri Karet PT. Muara Kelinggi II Rt 15 Rw 05 Kecamatan Gandus Kelurahan Gandus Palembang Tahun 2011. 2011;1 25. Muhammad Fachrurrozzy Basalamah, Viviekenada Pateda NR. Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminth dengan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Gmim Buha Manado. Universitas Sam Ratulangi; 2013 Ndona dalam angka 2015 Thomas M, Woodfield G, Moses C, Amos G. Soil-trnsmitted helminth infection, skin infection, anaemia, and growth retardation in schoolchildren of Taveuni island, Fiji. The New Zealand Medical Journal. 2005; 1216. Muhammad Fachrurrozzy Basalamah, Viviekenada Pateda NR. Hubungan Infeksi Soil Transmitted Helminth dengan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Gmim Buha Manado. Universitas Sam Ratulangi; 2013. ISBN 978-602-6906-21-2 106