BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

Gambar Singkapan batulempung I (gambar kiri) dengan sisipan batupasir yang tersingkap pada dinding Sungai Cipaku (gambar kanan).

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN PETROLOGI KAWASAN MANGLAYANG, BANDUNG TIMUR, JAWA BARAT SKRIPSI. Oleh: Satrio Wiavianto. Prodi Sarjana Teknik Geologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB II TATANAN GEOLOGI

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN STUDI MATAAIR DAERAH PASEH-CIKANCUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) GUNUNG API PURBA PULAU NUNUKAN, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

KARAKTERISTIK GEOLOGI DAERAH VOLKANIK KUARTER KAKI TENGGARA GUNUNG SALAK

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

Transkripsi:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung dan metode langsung. Pengamatan dengan metode tidak langsung dilakukan dengan mengamati pola kerapatan kontur pada peta topografi, serta kenampakan warna, rona, dan tekstur pada citra radar Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM). Sedangkan pengamatan dengan metode langsung dilakukan dengan mengamati morfologi daerah penelitian secara langsung di lapangan. Secara umum, daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif renggangsangat rapat dan terletak pada ketinggian topografi antara 1150 mdpl 2675 mdpl. Bentuk morfologi di daerah penelitian sangat dikontrol oleh jenis litologi dan struktur geologi dengan kemiringan lereng landai hingga sangat terjal. Morfologi di daerah penelitian umumnya berupa rangkaian perbukitan, punggungan, gawir, dataran, dan lembah yang sebagian besar tertutupi oleh vegetasi hutan tropis, persawahan, perkebunan, dan pemukiman 3.1.2 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dilakukan sebagai interpretasi awal sebelum penelitian lapangan dengan mengamati pola kerapatan kontur pada peta topografi, serta warna, rona, dan tekstur pada citra radar Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), dan berdasarkan pengamatan lapangan. Penamaan satuan geomorfologi daerah penelitian mengacu pada referensi Lobeck tahun 1939. Satuan geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan, yaitu: 1. Satuan Perbukitan Kubah Sobek (breached cone) 2. Satuan Perbukitan Kubah Campuran (composite cone) 3. Satuan Perbukitan Aliran Lava (lava flow) 16

Gambar 3-1 Peta Geomorfologi daerah penelitian. 3.1.2.1 Satuan Perbukitan Kubah Sobek (breached cone) Satuan ini berupa perbukitan yang menempati sekitar 70% daerah penelitian dan terletak hampir merata di semua bagian daerah penelitian. Satuan perbukitan Kubah Sobek terdiri dari G. Papandayan, G. Malang, G. Masigit, dan G. Nangklak. Satuan ini memiliki pola kontur renggang-sangat rapat, relief halus - kasar, kemiringan lereng miring-terjal (10 0-80 0 ), dan kisaran elevasi kontur 1150 mdpl - 2675 mdpl. Pola aliran sungai subparallel dengan morfologi lembah berbentuk V yang dipengaruhi oleh proses eksogen berupa longsoran dan pelapukan. 17

Pada satuan ini terdapat gawir gawir terjal yang diinterpretasikan sebagai dinding batas Kaldera Papandayan. Berdasarkan bentuk lembah sungai, proses erosi berlangsung secara vertikal dan menunjukkan tahapan geomorfik sangat muda. Litologi yang menyusun satuan ini berupa breksi piroklastik, dan lava andesit. Foto 3-1 Satuan Perbukitan Kubah Sobek terdiri dari G. Papandayan, G. Nangklak, G. Masigit dan G. Malang Foto 3-2 Morfologi lembah berbentuk V pada Satuan Perbukitan Kubah Sobek 18

3.1.2.2 Satuan Perbukitan Kubah Campuran (composite cone) Satuan ini berupa perbukitan yang menempati sekitar 20% daerah penelitian dan terletak di utara bagian daerah penelitian. Satuan perbukitan kerucut campuran terdiri dari G. Puntang. Pada peta topografi, satuan ini dicirikan oleh pola kontur terisolir. Satuan ini memiliki pola kontur rapat-sangat rapat, relief kasar, kemiringan lereng miring-terjal (8 0-70 0 ), dan kisaran elevasi kontur 1700 mdpl - 2675 mdpl. Pola aliran sungai subparallel dengan morfologi lembah berbentuk V yang dipengaruhi oleh proses eksogen berupa longsoran dan pelapukan. Berdasarkan bentuk lembah sungai, proses erosi berlangsung secara vertikal dan menunjukkan tahapan geomorfik sangat muda. Litologi yang menyusun satuan ini berupa lava andesit basaltik. Foto 3-3 Satuan Perbukitan Kubah Campuran terdiri dari G. Puntang. 19

Foto 3-4 Morfologi lembah berbentuk V pada Satuan Perbukitan Kubah Campuran 3.1.2.3 Satuan Perbukitan Aliran Lava (lava flow) Satuan ini berupa perbukitan yang menempati sekitar 10% daerah penelitian dan terletak di bagian timur daerah penelitian. Satuan perbukitan aliran lava terdiri dari G. Walirang. Satuan ini memiliki pola kontur rapat-sangat rapat, relief kasar, kemiringan lereng miring-terjal (6 0-80 0 ), dan kisaran elevasi kontur 1150 mdpl - 1882 mdpl. Pola aliran sungai subparallel dengan morfologi lembah berbentuk V yang dipengaruhi oleh proses eksogen berupa longsoran dan pelapukan. Berdasarkan bentuk lembah sungai, proses erosi berlangsung secara vertikal dan menunjukkan tahapan geomorfik sangat muda. Litologi yang menyusun satuan ini berupa lava andesit. 20

Foto 3-5 Satuan Perbukitan Aliran Lava terdiri dari G. Walirang. Foto 3-6 Morfologi lembah berbentuk V pada Satuan Perbukitan Aliran Lava 3.1.3 Analisis Pola Aliran Sungai Analisis pola aliran sungai di daerah penelitian dibagi berdasarkan karakteristik pola dan keragaman orde sungai. Pengklasifikasian pola aliran sungai telah dilakukan oleh A.K. Lobeck tahun 1939, dan dijadikan konsep dasar aspek geomorfologis bagi 21

Pola kelurusan ini diinterpretasikan sebagai arah dari struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian. Namun daerah penelitian yang merupakan daerah vulkanik, maka arah kelurusan tersebut tidak hanya mencerminkan arah dari struktur geologi tetapi dapat mencerminkan arah aliran lava dari pusat erupsi. Keterangan: :Kelurusan punggungan :Kelurusan lembah dan sungai Gambar 3-4 Diagram Roset dari kelurusan - kelurusan di daerah penelitian 3.1.5 Interpretasi Pusat Erupsi Interpretasi pusat erupsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pemetaan daerah vulkanik untuk dapat menentukan sumber erupsi yang menghasilkan batuan vulkanik di daerah tersebut. Pusat erupsi akhir, baik untuk gunungapi aktif maupun yang telah mati dapat berupa morfologi yang berbeda-beda. Untuk gunungapi aktif, pusat erupsi masih sangat jelas kenampakannya, yaitu puncak tertinggi dengan manifestasi vulkanik. Sedangkan untuk gunungapi yang telah mati, sangat sulit diidentifikasi pusat erupsinya apabila sudah mengalami erosi lanjut, tetapi masih dapat dikenali dengan memperhatikan kenampakan bentuk morfologinya. Beberapa bentuk morfologi yang mencerminkan bekas pusat erupsi yaitu : Kubah Lava, Cinder cone (Kerucut debu), Kepundan (crater), Kaldera, Maar, dan Leher gunungapi (volcanic neck). Pengamatan terhadap citra radar Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), di daerah penelitian terdapat satu buah bekas pusat erupsi berupa kaldera purba (Gambar 24

tersebut, baik sebagai hasil erupsi pusat maupun erupsi samping. Sedangkan satuan yang lebih besar dari khuluk secara berurutan adalah Bregada, Manggala, dan Busur. 3.2.2 Stratigrafi di Daerah Penelitian Pembagian stratigrafi batuan vulkanik di daerah penelitian mengacu kepada stratigrafi gunungapi (Sandi Stratigrafi Indonesia 1996 Bab III dalam Yuwono, 2004) yang membagi stratigrafi gunungapi berdasarkan sumber erupsi, jenis batuan/endapan, dan urutan kejadian. Berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia 1996 Bab III, analisis citra radar Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM), pola kontur peta topografi, dan pengamatan lapangan, maka stratigrafi batuan vulkanik di daerah penelitian dibagi menjadi satu khuluk gunungapi dan lima satuan litostratigrafi tidak resmi yang terdiri atas produk vulkanik. Penamaan litologi batuan beku menggunakan konsep klan (Wiliams, dkk., 1954), sedangkan penamaan batuan piroklastik mengacu pada klasifikasi Schmidt (1981) (Gambar). Gambar 3-6 Penamaan genetik endapan volkaniklastik berdasarkan ukuran butir (Schmidt, 1981) 26

Gambar 3-7 Penamaan tuf berdasarkan komposisi penyusun bahan piroklastiknya (modifikasi dari klasifikasi Schmidt, 1981 dalam Fisher, dkk., 1984). Berdasarkan hal tersebut di atas dan analisis terhadap kedudukan batuan yang satu dengan yang lainnya, maka stratigrafi di daerah penelitian dibagi menjadi satu khuluk gunungapi dan satu gumuk gunungapi dengan lima satuan litostratigrafi yang terdiri atas produk vulkanik (Gambar 11). Urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Khuluk Pra Kaldera, terdiri dari Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan berumur Pliosen (Abdurrahman, 2010). Khuluk Pasca Kaldera, terdiri dari Satuan Breksi Piroklastik Papandayan I, Satuan Lava Andesit Basaltik Puntang, Satuan Lava Andesit Papandayan dan Satuan Breksi Piroklastik Papandayan II berumur Resen (Hadisantono, 2003). 27

Gambar 3-8 Kolom stratigrafi daerah penelitian 28

Gambar 3-9 Peta geologi daerah penelitian 3.2.2.1 Khuluk Pra-kaldera Berdasarkan umur absolut, khuluk pra-kaldera terbentuk pada 3.3± 0.7 juta tahun lalu (Abdurrachman, 2010) atau pada kala Pliosen. Khuluk pra-kaldera terdiri dari satu satuan litostratigrafi yaitu satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan. 3.2.2.1.1 Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini menempati sekitar 35% daerah penelitian yang terletak di bagian Selatan, dan struktur geologi hadir berupa gawir gawir terjal. Satuan ini merupakan jejak 29

dari khuluk pra-kaldera (G. Papandayan tua) yang diperkirakan sebagai sumber erupsi utama yang membentuk kaldera. Satuan ini terdiri dari produk G. Papandayan, yaitu lava andesit dan breksi piroklastik dengan fragmen berupa basalt. Lava andesit tersingkap hanya pada tebing di puncak G. Papandayan dan sungai Ciparugpug dalam kondisi segar. Breksi piroklastik dalam kondisi segar sampai lapuk tersingkap di kaki G. Papandayan (terletak di luar daerah penelitian). Ketebalan maksimum lava andesit berdasarkan pengukuran pada penampang geologi sekitar 400 m, sedangkan breksi piroklastik maksimum 10 m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Papandayan). Lava andesit terbentuk akibat erupsi efusif gunungapi dan mengalami proses pendinginan magma dengan mekanisme aliran lava (lava flow) yang dicirikan dengan tekstur afanitik, hipokristalin, porfiritik, adanya struktur vesikuler dan kekar berlembar, serta penyebarannya yang mengikuti topografi. Sedangkan breksi piroklastik terbentuk akibat erupsi eksplosif gunungapi dan diendapkan dengan mekanisme aliran piroklastik (pyroclastic flow) yang dicirikan dengan fragmen monomik berupa batuan beku basalt, pemilahan buruk, bentuk fragmen menyudut - menyudut tanggung, tersebar acak dalam masadasar tuf. Berdasarkan asosiasi batuan dan jaraknya dari pusat erupsi, maka dapat diinterpretasi bahwa satuan ini diendapkan tidak jauh dari pusat erupsi yaitu masih berada pada fasies proksimal dari tubuh gunungapi dan terletak pada lingkungan darat. Sumber erupsi yang menghasilkan satuan ini diinterpretasikan berasal dari Kaldera G. Papandayan yang terletak di utara daerah penelitian. Ciri Litologi Pengamatan megaskopis lava andesit, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis menunjukkan komposisi andesit piroksen(lampiran A, IP 2-3), memiliki tekstur hipokristalin, hipidiomorfik granular, tersusun oleh fenokris (46%) yang tertanam dalam masadasar (30%) berupa mikrolit plagioklas-gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, alkali felspar, kuarsa dan piroksen, sedangkan mineral sekunder (24%) terdiri dari oksida besi, mineral lempung dan mineral opak. 30

Breksi piroklastik dengan ciri litologi warna abu-abu kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, fragmen monomik berupa batuan beku basalt, ukuran kerikil - bongkah, menyudut - menyudut tanggung, mengambang dalam masadasar berukuran debu halus - debu sedang berupa tuf kristal-gelas (Foto 3.7). Pengamatan mikroskopis fragmen breksi piroklastik menunjukkan komposisi basalt (Lampiran A, IM6), memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, vesikuler, tersusun oleh fenokris (48%) yang tertanam dalam massadasar (30%) berupa mikrolit plagioklas-gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, olivin, dan piroksen sedangkan mineral sekunder (22%) terdiri dari mineral opak, oksida besi dan idingsit yang mengubah sebagian olivin. Plagioklas jenis labradorit (An 64 ) dan memiliki zoning. Umur dan Hubungan Stratigrafi Satuan lava andesit dan breksi piroklastik merupakan produk erupsi G. Papandayan pada kala Pliosen (Abdurrahman M., komunikasi personal, 15 Januari 2010) atau termasuk khuluk pra-kaldera dan disebut juga sebagai volkanik Papandayan Tua. Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan di bawahnya yang lebih tua tidak diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian. Perkiraan batas produk tiap satuan volkanik secara lateral terletak pada gawir gawir terjal yang menjadi dinding batas kaldera Papandayan seperti G. Malang, G. Masigit dan G. Papandayan. Foto 3-7 Singkapan lava andesit di sungai Ciparugpug (kiri) dan breksi piroklastik di kaki G.Papandayan (kanan). 31

3.2.2.2 Khuluk Pasca-kaldera Berdasarkan umur relatif, khuluk pasca-kaldera terbentuk pada kala Plistosen (?) berupa gunungapi komposit yang muncul setelah pembentukan kaldera Papandayan dan terletak diatas jejak kaldera tersebut. Khuluk ini terdiri dari satu gumuk yaitu G. Puntang dan empat satuan litostratigrafi (Satuan Breksi Piroklastik Papandayan I, Satuan Lava Andesit Basaltik Puntang, Satuan Lava Andesit Papandayan dan Satuan Breksi Piroklastik Papandayan II) yaitu: 3.2.2.2.1 Satuan Breksi Piroklastik Papandayan I Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini meliputi 25% dari luas daerah penelitian, terletak di bagian baratlaut daerah penelitian dengan penyebaran memanjang dari bagian utara ke selatan. Penyebaran satuan ini dapat diamati dengan baik di Tegal Alun Alun. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, maka ketebalan satuan ini diperkirakan sekitar 150 meter.. Ciri Litologi Breksi piroklastik terdiri dari fragmen batuan andesit. Pengamatan megaskopis breksi piroklastik, berukuran blok, berwarna abu, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas, piroksen, feldspar dan litik andesit. Pengamatan mikroskopis pada fragmen breksi piroklastik menunjukkan komposisi andesit piroksen (Lampiran A, IN 10) memiliki tekstur hipokristalin, hipidiomorfik granular, tersusun oleh fenokris (55%) yang tertanam dalam massa dasar (27%) berupa mikrolit plagioklas-gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, piroksen, dan feldspar, sedangkan mineral sekunder (18%) terdiri dari opak, mineral lempung dan oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (An 52 ) dan memiliki zoning. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada masadasar breksi piroklastik menunjukkan komposisi tuf kristal-gelas (Lampiran A, IN-12), tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, butiran (55%) terdiri dari kristal plagioklas (25%), piroksen (3%), hornblenda (7%), kuarsa (5%), dan fragmen batuan andesit (15%), ukuran fragmen 0,05 mm - 3,05 mm, tertanam dalam matriks (40%) terdiri dari gelas vulkanik. Plagioklas jenis labradorit (An 58 ), memiliki zoning dan telah mengalami ubahan. 32

Umur dan Hubungan Stratigrafi Satuan Breksi Piroklastik I Papandayan merupakan produk erupsi samping G. Papandayan yang memiliki jejak depresi akibat letusan di Tegal Alun Alun pada kala Plistosen (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera yang terendapkan selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Perkiraan batas produk secara lateral terletak pada gawir gawir G. Masigit dan G. Malang dan sungai yang merupakan pertemuan kaki Gunung Puntang. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Satuan Batuan Gununungapi Kuarter Muda yang berumur Plistosen Akhir (Alzwar dkk., 1992). Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan Lava dan Breksi Piroklastik di bawahnya adalah selaras. Foto 3-8 Singkapan breksi piroklastik di tebing sungai dekat kaki G. Puntang (kiri) dan tebing G. Malang (kanan). 3.2.2.2.2 Satuan Lava Andesit Basaltik Puntang Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini menempati sekitar 20% daerah penelitian yang terletak di bagian Utara daerah penelitian dan hanya meliputi G. Puntang. Satuan ini memiliki pola kontur yang terisolir yang diinterpretasikan sebagai volkan parasiter (Yuwono, 2004). Satuan ini terdiri dari produk G. Puntang yaitu lava andesit basaltis yang terdiri dari mineral mafik 33

berupa olivin dan piroksen dengan fragmen berkomposisi andesit plagioklas. Lava andesit basaltis Puntang tersingkap dalam kondisi segar sampai sangat lapuk. Lava andesit basaltis Puntang yang merupakan produk pasca-kaldera kemungkinan memiliki ketebalan sekitar 200 m. Ciri Litologi Pengamatan megaskopis lava andesit basaltis, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis (Lampiran A, IN 24), lava andesit basaltis memiliki tekstur hipokristalin, hipidiomorfik granular, tersusun oleh fenokris (59%) yang tertanam dalam massa dasar (25%) berupa mikrolit plagioklas-gelas. Fenokris terdiri dari olivin, plagioklas, piroksen, dan feldspar, sedangkan mineral sekunder (16%) terdiri dari opak, mineral lempung dan oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (An 60 ) dan memiliki zoning. Umur dan Hubungan Stratigrafi. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Satuan Batuan Gununungapi Kuarter Muda yang berumur Holosen (Alzwar dkk., 1992). Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan Breksi Piroklastik Papandayan di bawahnya adalah selaras. Foto 3-9 Singkapan produk G. Puntang berupa lava andesit basaltis di kaki G. Puntang 34

3.2.2.2.3 Satuan Lava Andesit Papandayan Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini menempati sekitar 10% daerah penelitian yang terletak di bagian timurlaut daerah penelitian dan meliputi G. Walirang dan sepanjang sungai di kaki G. Walirang. Satuan ini terdiri dari produk lava andesit yang terdiri dari mineral mafik berupa piroksen dengan fragmen berkomposisi andesit piroksen. Lava andesit Papandayan tersingkap dalam kondisi segar sampai sangat lapuk. Setempat litologi lava andesit memperlihatkan struktur kekar berlembar (Foto 3.10). Lava andesit Papandayan yang merupakan produk pasca-kaldera kemungkinan memiliki ketebalan sekitar 100 m. Lava andesit terbentuk akibat erupsi efusif gunungapi dan mengalami proses pendinginan magma dengan mekanisme aliran lava (lava flow) yang dicirikan dengan tekstur afanitik, hipokristalin, porfiritik, adanya struktur vesikuler dan kekar berlembar, serta penyebarannya yang mengikuti topografi. Berdasarkan asosiasi batuan dan jaraknya dari pusat erupsi, maka dapat diinterpretasi bahwa satuan ini diendapkan tidak jauh dari pusat erupsi yaitu masih berada pada fasies proksimal dari tubuh gunungapi Sumber erupsi yang menghasilkan satuan ini diinterpretasikan berasal dari erupsi samping Kaldera G. Papandayan yang terletak di timur daerah penelitian. Ciri Litologi Pengamatan megaskopis lava andesit, berwarna abu abu, afanitik, dan fenokris tidak terlihat. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa litologi lava andesit pada satuan ini telah mengalami alterasi hidrotermal yang ditandai oleh perubahan fisik berupa perubahan warna dengan hadirnya mineral lempung, dan oksida besi. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis (Lampiran A, IN 5), lava andesit memiliki tekstur hipokristalin, intergranular, tersusun oleh fenokris (34%) yang tertanam dalam massadasar (40%) berupa gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, alkali felspar, dan piroksen, sedangkan mineral sekunder (26%) terdiri dari mineral opak, mineral lempung dan oksida besi. Plagioklas jenis andesin (An 48 ) dan labradorit (An 56 ) serta memiliki zoning. 35

Umur dan Hubungan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Satuan Batuan Gununungapi Kuarter Muda yang berumur Holosen (Alzwar dkk., 1992). Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan Lava dan Breksi Piroklastik di bawahnya adalah selaras. Foto 3-10 Singkapan lava andesit di tebing sungai Ciparugpug (kiri) dan di G. Walirang yang telah mengalami oksidasi (kanan). 3.2.2.2.4 Satuan Breksi Piroklastik Papandayan II Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini meliputi 10% dari luas daerah penelitian, terletak di bagian timurlaut daerah penelitian. Penyebaran satuan ini dapat diamati dengan baik di kawah Mas di puncak Papandayan. Satuan ini telah mengalami alterasi hidrotermal yang dicirikan oleh hadirnya mineral lempung dan sulfur. Selain itu juga terdapat endapan kolovium yang berasal dari aliran massa (debris avalanche) dari longsoran akibat letusan tahun 2002. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, maka ketebalan satuan ini diperkirakan sekitar 200 meter.. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi piroklastik. Breksi piroklastik dengan ciri litologi warna abu-abu putih - kekuningan, pemilahan buruk, kemas terbuka, fragmen monomik berupa batuan beku andesit, kerikil - bongkah, menyudut - menyudut tanggung, mengambang dalam masadasar berukuran debu halus - debu sedang berupa tuf 36

kristal-gelas (Foto 3.11). Setempat dijumpai sisa kayu pada masadasar tuf kristal-gelas (Foto 3.11). Sedangkan pengamatan mikroskopis pada masadasar breksi piroklastik yaitu tuff kristal-gelas (Lampiran A, CBR-7), memiliki tekstur klastik, terpilah buruk, kemas terbuka, tersusun oleh butiran (30%) yang tertanam dalam matriks (40%) berupa tufgelas. Butiran terdiri dari plagioklas, piroksen, fragmen batuan andesit dan feldspar sedangkan mineral sekunder (30%) terdiri dari mineral opak, mineral lempung, oksida besi, serisit dan silika sekunder. Plagioklas jenis andesine (An 45 ) dan labradorit (An 53 ) dan memiliki zoning. Umur dan Hubungan Stratigrafi Satuan Breksi Piroklastik II Papandayan merupakan produk erupsi samping G. Papandayan Perkiraan batas produk secara lateral terletak pada kawah Papandayan dan sepanjang sungai yang merupakan pertemuan kaki Gunung Papandayan-Puntang dan Gunung Papandayan-Walirang. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Satuan Batuan Gununungapi Kuarter Muda yang berumur Holosen (Alzwar dkk., 1992).Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan Lava Andesit Papandayan di bawahnya adalah selaras. Foto 3-11 Singkapan produk satuan Breksi Piroklastik II Papandayan berupa breksi piroklastik di sungai Ciparugpug (kanan) dan endapan kolovium di sekitar kawah Papandayan. 37

3.3 Struktur Geologi Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa struktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer yang berkembang di daerah penelitian adalah : Kekar akibat pendinginan lava yang terdapat di litologi lava andesit pada Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan dan Satuan Lava Andesit Papandayan berupa kekar berlembar dan kekar kolom. Sedangkan struktur sekunder berupa sesar normal yang dijumpai di lapangan sebagai gawir gawir terjal. Gawir - gawir ini diinterpretasikan sebagai dinding - dinding kaldera. Kemungkinan pola struktur di lapangan, secara genetik berkaitan dengan pola struktur yang terbentuk sebagai akibat atau bersamaan dengan pembentukan kaldera purba. Pola struktur pada pembentukan kaldera di daerah penelitian terbentuk melalui beberapa tahap (komunikasi tulisan dari: Bronto, S., 2006), yaitu: 1. Gerakan magma ke permukaan dianggap sebagai gaya vertikal yang menyebabkan inflasi dan deflasi. (inflasi: kenaikan permukaan tubuh gunungapi, deflasi: penurunan permukaan tubuh gunungapi) 2. Pada waktu inflasi, diameter kawah melebar sehingga pematang kawah robek/ membuka membentuk rekahan/ kekar radier. Karena perbedaan rapat massa batuan, efek gravitasi, dan gaya vertikal maka untuk menjaga kesetimbangan setiap magma naik ke permukaan akan membentuk sesar normal melalui bidang rekahan tersebut. 3. Karena bentuk kerucut gunungapi dan resultan gaya vertikal & horisontal, maka pergerakan sesar normal di daerah puncak/ kawah gunungapi agak melengser kesamping sehingga dapat berubah menjadi sesar oblique atau bahkan sesar geser di lereng dan kaki gunungapi. 38

Gambar 3-10 Mekanisme pembentukan sesar normal akibat kegiatan volkanisme (Komunikasi tulisan dari: Bronto, S., 2006) 3.4 Genesa Gunungapi Gambar 3-11 Genesa gunungapi daerah penelitian tanpa skala berdasarkan rekonstruksi penampang 39

Gunungapi di daerah penelitian dibagi menjadi dua kelompok (khuluk gunungapi) berdasarkan sejarah pembentukan Kaldera Papandayan, yaitu khuluk prakaldera dan pasca-kaldera yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa satuan litostratigrafi (Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan, Satuan Breksi Piroklastik I Papandayan, Satuan Lava Andesit Basaltik Puntang, Satuan Lava Andesit Papandayan dan Satuan Breksi Piroklastik II Papandayan.). Secara umum, semua satuan litostratigrafi dalam kedua khuluk tersebut merupakan tipe gunungapi strato yang terdiri dari produk primer berupa lava dan berselingan dengan piroklastik. Tiap-tiap satuan umumnya terdiri dari lava dengan komposisi andesit sampai basalt dan di beberapa tempat dapat dilihat endapan piroklastik dengan tipe jatuhan yang berselingan dengan lava tersebut. Bentuk gunungapi yang ada sekarang berkaitan erat dengan proses pembentukan kaldera yang sangat mempengaruhi bentuk gunungapi saat ini, maupun kehadiran aspek panasbumi di sekitar morfologi kaldera tersebut. Pembentukan Kaldera Purba Papandayan dimulai pada kala Plistosen (Abdurrahman M., komunikasi personal, 15 Januari 2010) pada saat setelah erupsi yang menghasilkan produk lava andesit-basalt dan piroklastik, diikuti oleh pembentukan rekahan (Gambar 3.11 bagian 1 dan 2). Pusat erupsi utama terletak pada Kaldera Papandayan dan erupsi samping pada Tegal Alun Alun. Hilangnya sebagian magma mengakibatkan ketidakseimbangan dapur magma dan mengalami runtuhan pada sebagian dinding dan sisa tubuh gunungapi secara vertikal (Gambar 3.11 bagian 3). Magmatisme yang terus berevolusi menghasilkan pembentukan gunungapi baru di atas jejak kaldera tersebut dan menindih sebagian sisa G.Papandayan Tua (Gambar 3.11 bagian 4). Rekonstruksi G. Papandayan Tua dilakukan berdasarkan interpretasi penampang geologi untuk mengetahui morfologi tubuh G. Papandayan Tua. Berdasarkan dari indikasi pusat erupsi yang kecil dengan pola kontur terisolir (Yuwono,2004) maka hubungan G. Puntang dengan G. Papandayan ialah sebagai volkan parasiter. 40

3.5 Evolusi Magmatik Magmatisme daerah penelitian dimulai pada kala Pliosen (Abdurrahman, 2010) (?) saat pembentukan gunungapi pra-kaldera (G. Papandayan Tua) yang terdiri dari magma dengan komposisi andesit sampai basalt. Fasa kedua magmatisme terdiri dari gunungapi yang lebih muda atau berumur Plistosen (?) terletak selaras di atas G. Papandayan Tua. Komplek gunungapi fasa kedua ini menghasilkan produk lava dengan komposisi andesit sampai basalt dengan mineral mafik dominan olivin dan piroksen. Gunungapi tersebut. Produk yang lebih muda dari satuan satuan tersebut berupa breksi piroklastik dengan tipe jatuhan yang didominasi oleh fragmen tuf berukuran lapili. Evolusi magmatik berdasarkan analisis petrografi dilakukan melalui pengamatan tekstur batuan yang hadir pada tiap-tiap sumber erupsi. Khuluk pra-kaldera atau G. Papandayan Tua yang diwakili oleh Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan memiliki komposisi lava andesit dan basalt dengan tekstur hipokristalin, intergranular, dan porfiritik. Tekstur hipokristalin dan porfiritik menunjukkan terjadinya perubahan kecepatan pendinginan magma yang menghasilkan perbedaan ukuran kristal yang disebut fenokris dan massadasar. Fenokris terbentuk pada tahap awal pendinginan magma dengan kecepatan yang relatif lambat, dan ketika erupsi terus berlanjut maka kristal yang telah padat (fenokris) akan berada dalam larutan magma. Fasa kedua yaitu pembentukan massadasar dari proses pendinginan larutan magma yang relatif cepat. Sedangkan produk kedua berupa breksi piroklastik dengan fragmen basalt, memiliki tekstur berupa rongga yang menjadi ciri tingginya kandungan gas pada magma yang memungkinkan produk basalt muncul ke permukaan. Pada khuluk pasca-kaldera, terdiri dari beberapa satuan litostratigrafi, yaitu: Satuan Lava dan Breksi Piroklastik Papandayan, Satuan Breksi Piroklastik I Papandayan, Satuan Lava Andesit Basaltik Puntang, Satuan Lava Andesit Papandayan dan Satuan Breksi Piroklastik II, terdiri dari produk lava andesit dan basalt dengan kehadiran mineral mafik berupa olivin dan piroksen, dan tekstur hipokristalin, porfiritik, ofitik, dan intergranular. Tekstur hipokristalin dan porfiritik menunjukkan terjadinya perubahan kecepatan pendinginan magma yang menghasilkan perbedaan ukuran kristal yang disebut fenokris dan massadasar. Fenokris terbentuk pada tahap awal pendinginan magma dengan kecepatan yang relatif lambat, dan ketika erupsi terus berlanjut maka kristal yang telah padat (fenokris) akan berada dalam larutan magma. Fasa kedua yaitu 41

pembentukan massadasar dari proses pendinginan larutan magma yang relatif cepat. Sedangkan produk kedua berupa breksi piroklastik dengan fragmen andesit piroksen, memiliki tekstur berupa rongga yang menjadi ciri tingginya kandungan gas pada magma yang memungkinkan produk andesit piroksen muncul ke permukaan. 42