SERAPAN HARA N, P, DAN Ca RUMPUT LAPANG PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA

dokumen-dokumen yang mirip
AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya. Benyamin Lakitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

Pupuk Organik Cair AGRITECH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

Transkripsi:

SERAPAN HARA N, P, DAN Ca RUMPUT LAPANG PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA Arry Wiriawan*, Ana Rochana**, Nyimas Popi Indriani** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: arrywiriawan@gmail.com ABSTRAK Penelitian mengenai Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Tasikmalaya dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2016 sampai 24 Agustus 2016 yang berlokasi di desa Kertamukti (900 m dpl), desa Gombong (670 m dpl), dan desa Sindangkerta (<100 m dpl). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak enam ulangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ketinggian tempat dan ketinggian tempat mana yang memperoleh hasil tertinggi terhadap serapan hara N, P, dan Ca Rumput Lapang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati yaitu Serapan Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalsium (Ca), Data diuji dengan menggunakan analisis sidik ragam dan penggunaan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketinggian tempat berpengaruh pada serapan Ca rumput lapang, pada dataran tinggi (900mdpl) serapan hara Ca menunjukan hasil yang paling besar, sedangkan pada serapan N dan serapan P menunjukan hasil yang sama, tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Kata kunci: Rumput lapang, Serapan Hara, Ketinggian tempat, N, P, Ca ABSTRACT Research on "Nutrient Uptake of N, P, and Ca of Native Grass at Various Altitudes in Tasikmalaya District" was conducted on the 14 th until 24 th of August, 2016., located in the Kertamukti village (900mdpl), Gombong village (670mdpl), and Sindangkerta village (<100mdpl). Sampling was carried out as many as six replications. The purpose of this research was to review and to find out the effects of altitudes and the best altitude for absorption on N, P, and Ca uptake of Native Grass. The method used in this research was an experimental method with Completely Randomized Design (CRD). Variables measured were Nitrogen (N), phosphorus (P), and Calcium (Ca) uptake. The data was tested by using the analysis of variance and Duncan s multiple range to know the difference between treatments. The results showed that the altitude effect Ca uptake grass field, and in the highlands (900mdpl) uptake Ca showed the greatest results, whereas the uptake of N and P uptake showed the same results, which means it is not affected by altitude. Keyword: Native Grass, Nutrient Uptake, Altitude, N, P, Ca Page 1

PENDAHULUAN Di Indonesia pada umumnya pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan, khususnya di Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah ternak domba terbanyak dengan sumber pakan terbesar berasal dari hijauan. Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu daerah yang memiliki populasi ternak domba yang cukup banyak, pakan yang paling banyak diberikan kepada ternak yaitu berupa hijauan, terutama rumput lapang karena jenis rumput ini tumbuhnya tidak tergantung pada musim dan dapat tumbuh dengan subur, baik di pinggir jalan ataupun halaman luar kandang. Pada umumnya peternak di desa-desa tidak membedakan antara rumput dari keluarga Gramineae dengan tumbuhan lain dari keluarga bukan Gramineae. Bagi mereka semua tumbuhan (herba) yang dapat dimakan ternak adalah rumput. Dengan demikian yang dimaksud dengan rumput bagi peternak termasuk tumbuhan berdaun lebar dan teki-tekian. Rumput lapang merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang sering diberikan pada ternak ruminansia sebagai pakan utama. Bahan pakan ini banyak dan mudah didapat, tetapi kualitas hijauan ini sangat bervariasi tergantung dari jenis, umur, musim dan lokasi rumput tersebut tumbuh. Rumput yang masih muda pada umumnya kualitasnya lebih baik. Begitu juga halnya dengan jenis tanah, pada tanah yang subur kualitas rumput lapang lebih baik dari pada yang tumbuh di daerah tandus. Rumput lapang salah satunya banyak tumbuh di daerah perkebunan dan perhutanan. Rumput lapang terdiri dari beberapa jenis rumput lokal, legum, dan gulma. Untuk mengetahui komposisi perbandingan dan kualitas antara rumput, legum, dan gulma pada kondisi lahan pastura dapat dilihat dari komposisi botaninya. Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisa komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung komposisi botani yang ada di suatu pastura atau dengan melakukan perhitungan. Selain dilihat dari komposisi botani, kualitas hijauan dilihat dari kandungannya. Salah satu faktor yang paling penting bagi kualitas hijauan ditentukan oleh unsur hara yang terdapat pada lahan hijauan tersebut tumbuh. Pada umumnya, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur hara untuk pertumbuhan normalnya yang diperoleh dari udara, air, tanah dan garam-garam mineral atau bahan organik. Unsur yang diperoleh dari udara ada 3 jenis, yaitu unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), sedangkan 13 unsur lainnya seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo) dan Klorin (Cl) diperoleh tanaman dari dalam tanah. Tetapi dari antara 13 unsur hara tersebut, hanya 6 unsur yang paling banyak dibutuhkan dalam porsi yang cukup banyak, yaitu N, P, K, S, Ca dan Mg. Unsur hara nitrogen (N) dibutuhkan oleh tanaman rumput dalam proses pertumbuhannya. Kandungan unsur hara nitrogen dalam tanah yang dapat diserap tanaman mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Salah satu cara untuk menentukan produksi hijauan yaitu melalui pengukuran produksi bahan keringnya dan salah satu kualitas hijauan yang penting diperhatikan yaitu kandungan protein kasarnya. Fosfor (P) disebut juga sumber kehidupan pada tanaman karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Fosfor merupakan penyusun komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih banyak terdapat pada biji dan titik tumbuh. Fosfor membantu dalam pertumbuhan bintil akar pada tanaman legum, perkembangan akar, pembentukan polong dan biji. Kalsium (Ca) berperan dalam mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium juga membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim, serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Page 2

Selain kandungan unsur hara, ketinggian tempat juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kandungan unsur hara bagi tanaman. Di daerah tropis secara umum dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir seragam. Namun dengan adanya perbedaan geografis seperti perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) akan menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban dan curah hujan. Unsur-unsur cuaca dan iklim tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi. Pada dataran rendah ditandai oleh suhu lingkungan, tekanan udara dan oksigen yang tinggi. Sedangkan dataran tinggi banyak mempengaruhi penurunan tekanan udara dan suhu udara serta peningkatan curah hujan. Laju penurunan suhu akibat ketinggian memiliki variasi yang berbeda-beda untuk setiap tempat. Ketinggian tempat terbagi menjadi tiga, yaitu dataran rendah (<500 m dpl), dataran sedang (500-700 m dpl), dan dataran tinggi (>700 m dpl). MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2016 sampai dengan tanggal 24 Agustus 2016, penelitian dilakukan di Desa Kertamukti (dataran tinggi), Desa Gombong (dataran sedang), dan Desa Sindangkerta (dataran rendah) kabupaten Tasikmalaya. Ketinggian tempat antara 0-1200 mdpl dan Laboratorium Tanaman Makanan Ternak dan Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rumput lapang yang diambil dari tiga desa, yaitu desa Kertamukti (900 m dpl), desa Gombong (670 m dpl), dan desa Sindangkerta (<100 m dpl) di kabupaten Tasikmalaya Tahapan dalam pengambilan sampel, antara lain adalah melihat kondisi lapangan lalu melempar kuadran berukuran 50 cm x 50 cm. setelah melempar kuadran, lalu memotong rumput (sampel) yang ada pada kuadran tersebut. Sampel yang diambil disetiap lokasi penelitian terdiri dari enam sampel. Lokasi penelitian terdiri dari tiga lokasi sehingga sampel rumput yang akan dipotong terdiri dari 18 sampel. Sampel yang telah dipotong dimasukkan ke dalam kertas sampel lalu menimbang dan mencatat berat segar yang telah dimasukkan ke dalam kertas sampel. Sebelum memasukkan ke dalam oven untuk mengetahui berat keringnya, sampel dianalisa terlebih dahulu untuk diketahui komposisi botanisnya. Setelah mendapatkan sampel yang telah kering oven, sampel ditimbang dan dianalisis kandungan N, P, dan Ca pada sampel tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Nitrogen (N) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan Nitrogen (N) dapat dilihat pada Tabel 2. Page 3

Tabel 2. Serapan Nitrogen Pada Berbagai Ketinggian Tempat Perlakuan Ulangan P 1 P 2 P 3.... g/0,25 m 2... 1 0.631 0.805 0.504 2 1.021 0.886 0.628 3 1.378 0.902 0.747 4 0.841 0.535 0.568 5 1.056 0.464 0.753 6 0.893 0.940 1.098 Total 5,820 4,532 4,297 Rataan 0.970 0.755 0.716 Tabel 2. menunjukkan data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan hasilnya tidak berbeda nyata (P>0,05), selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Nitrogen rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m 2 ) Signifikasi P 3 0,716 a P 2 0,755 a P 1 0,970 a Keterangan : huruf yang tidak berbeda pada kolom signifikan menunjukan tidak berbeda Berdasarkan Tabel 3. Hasil uji jarak berganda Duncan, kandungan Nitrogen pada perlakuan P1, P2 dan P3 diketahui tidak berbeda nyata. Rumput lapang yang tumbuh liar dan tidak ada perlakuan pemberian pupuk mengakibatkan unsur hara N dalam tanah sangat rendah. Hal ini mengakibatkan unsur hara N yang diserap rumput lapang juga rendah yang akhirnya tidak berpengaruh terhadap serapan N pada jaringan tanaman. Menurut ( Tisdale, dkk, 1990 ), tanah yang unsur hara N rendah mengakibatkan +, lambatnya penyerapan nitrogen khususnya dalam bentuk NH 4 sedangkan kandungan nitrogen dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh penyerapan ion nitrat dan ammonium di dalam tanah. Dinamika unsur hara N sangat dipengaruhi kadar air atau curah hujan di lokasi tempat tumbuhnya rumput. Semakin tinggi curah hujan maka kadar nitrat dalam tanah semakin kecil Page 4

akibat tercuci ke lapisan yang lebih dalam. Hal ini didukung oleh (Soepardi, 1983) bahwa tiap tahunnya jumlah nitrogen yang dibutuhkan tanaman sangat banyak sehingga jumlah nitrogen pada tanaman berkurang dan diperkuat dengan sifat nitrogen sangat larut dan mudah hilang dalam aliran air, mudah menguap yang akhirnya tidak tersedia bagi tanaman. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Fosfor (P) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan fosfor (P) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Serapan Fosfor pada berbagai ketinggian tempat Perlakuan Ulangan P 1 P 2 P 3..... g/0,25 m 2... 1 0.070 0.098 0.048 2 0.134 0.037 0.048 3 0.116 0.076 0.037 4 0.099 0.079 0.053 5 0.066 0.048 0.064 6 0.046 0.034 0.078 Total 0,531 0,372 0,328 Rataan 0.088 0.062 0.055 Tabel 4. menunjukkan data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan hasilnya tidak berbeda nyata (P>0,05), selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Fosfor rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m 2 ) Signifikasi P 3 0,055 a P 2 0,062 a P 1 0,088 a Keterangan : huruf yang tidak berbeda pada kolom signifikan menunjukan tidak berbeda nyata Page 5

Berdasarkan Tabel 5. Hasil uji jarak berganda Duncan, kandungan fosfor pada tiaptiap ketinggian masing-masing menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Rumput lapang merupakan rumput alami yang dapat tumbuh dimana saja tanpa ditanam dan di pupuk sehingga menghasilkan kuantitas dan kualitas yang sangat rendah terutama kekurangan unsur hara P yang akhirnya menghasilkan serapan P tidak berbeda di berbagai ketinggian. Pada umumnya peningkatan ketersediaan P di dalam tanah karena adanya penambahan pupuk, baik yang organik maupun anorganik. Menurut (Minarti dkk, 2011) jika tanaman diberi pupuk P baik organik maupun anorganik maka mampu meningkatkan ketersediaan P dalam tanah sehingga serapan P lebih tinggi dibandingkan tidak diberi pupuk. Menurut (Soepardi, 1983) Fosfor merupakan unsur yang berperan sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor, serta berperan dalam perkembangan akar halus dan akar rambut. Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses metabolisme. Unsur hara yang cukup akan menunjang pertumbuhan organ tanaman, termasuk jumlah daun tanaman induk. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Kalsium (Ca) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan kalsium (Ca) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Serapan Kalsium pada berbagai ketinggian tempat Perlakuan Ulangan P 1 P 2 P 3..... g/0,25 m 2... 1 0.120 0.152 0.086 2 0.221 0.088 0.126 3 0.232 0.101 0.111 4 0.190 0.112 0.116 5 0.167 0.112 0.140 6 0.137 0.074 0.192 Total 1,067 0,639 0,771 Rataan 0.178 0.106 0.128 Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa serapan unsur Ca rumput lapang yang paling tinggi terdapat di dataran tinggi. Kemudian dilakukan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan Ca rumput lapang, dan hasilnya berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan antar perlakuan ketinggian tempat terhadap serapan Kalsium (Ca) rumput lapang dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 7. Page 6

Tabel 7. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Kalsium rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m 2 ) Signifikasi P 2 0,106 a P 3 0,128 a P 1 0,178 b Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom signifikan menunjukan berbeda Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa kandungan Kalsium paling tinggi didapat pada perlakuan P1 (Rumput Lapang pada dataran tinggi) dan berbeda nyata dengan P2 dan P3. Berdasarkan kandungan kalsium pada tiap-tiap ketinggian masing-masing berbeda nyata antara P1, P2 dan P3. Serapan hara Kalsium rumput lapang yang tertinggi ialah pada dataran tinggi, karena pada dataran tinggi kandungan unsur hara Kalsium lebih banyak dibandingkan dengan dataran sedang dan dataran rendah. Pada dataran tinggi, dimana curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah, kecepatan penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat, karena itu di daerah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah (Djayadiningrat, 1990). Oleh karena itu penyerapan Kalsium oleh Rumput Lapang pada dataran tinggi lebih besar jika dibandingkan dengan dataran sedang dan dataran rendah. Pada dataran tinggi intensitas cahaya matahari yang sampai ke bumi lebih tinggi dibandingkan pada dataran sedang dan rendah sehingga suhu udara yang diterima juga lebih rendah. Menurut (Lakitan, 1996), intensitas cahaya yang tinggi sangat mendukung untuk proses fotosintesis maksimum, sehingga unsur hara yang diserap dapat maksimal tercapai dan akhirnya menghasilkan hasil serapan tertinggi. Selanjutnya menurut (Salisbury dan Ross 1995), bahwa stomata akan menutup saat intensitas matahari terlalu tinggi karena suhu udara meningkat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Perbedaan ketinggian tempat di Kabupaten Tasikmalaya berpengaruh pada serapan hara Ca yang pada dataran tinggi, serapan Ca lebih banyak pada dataran tinggi dibandingkan pada dataran sedang dan rendah. Serapan Nitrogen dan serapan Fosfor menunjukan hasil yang sama tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pada dataran tinggi (900 m dpl) serapan hara Ca menunjukan hasil serapan yang tertinggi, yang bisa disebabkan karena dataran tinggi di kabupaten Tasikmalaya memiliki kandungan hara Ca pada tanah yang tinggi. Page 7

UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini merupakan bagian dari program Academic Leadership Grant (ALG) yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana, M. S. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua pembimbing yaitu Dr. Ir. Nyimas Popi Indriani, M. Si., dan Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana, M. S. atas bimbingan, arahan, serta masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyempurnakan jurnal ini sehingga jurnal ini dapat terbit dan berguna untuk banyak pihak. DAFTAR PUSTAKA Djajadiningrat, S.T. 1990. Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia 1990. Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 217 hal. Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. D.R. Lukman dan Sumaryono (Penerjemah). Terjemahan dari: Plant Physiology. ITB press Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Tisdale, S.L., W.L., Nelson and J.D. Braton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. 4 th Edition Macmillan Pub. Co. Newyork Page 8