PENELITIAN DEBIT DAN POTENSI AIR, SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Kebutuhan Air


Laporan Teknis. Jilid II Laporan Utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

4.1. PENGUMPULAN DATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB III. METODE PENELITIAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

Program dan Kegiatan Strategis

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

Tahapan Persiapan Penyusunan RP4D Kabupaten merupakan kegiatan yang bersifat administratif dengan tujuan mempersiapkan pihak penyelenggaran kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

- 1 - PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum

KAJIAN MANAJEMEN AIR BAKU STRATEGI ANTISIPATIF TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL ( STUDI KASUS KECAMATAN KOTABUNAN, SULAWESI UTARA)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

BAB I PENDAHULUAN. Bali adalah salah satu propinsi di Indonesia dengan luas wilayah keseluruhan 5.686

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Opak Serang (Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 81 Tahun 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN WADUK SERMO

BAB I PENDAHULUAN I.1

Kebijakan Diklat Satu Pintu

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pola hidup dan bertambahnya jumlah penduduk, serta. industri di daerah aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan

INVENTARISASI SUMBER AIR BERSIH KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Puji Harsanto Chrisna Pudyawardhana

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

Transkripsi:

PENELITIAN DEBIT DAN POTENSI AIR, SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG Suharyanto, dkk Balitbang Prov. Jateng bekerjasama dengan Fakultas Teknik UNDIP Jl. Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Kabupaten Magelang mempunyai potensi ketersediaan air yang cukup melimpah baik sebagai mata air, air sungai, maupun air tanah. Pada kondisi saat ini, pemanfaatan sumberdaya air yang ada masih cukup rendah. Pemanfaatan mata air untuk keperluan PDAM masih dibawah 10% dari potensi yang ada. Sementara itu, pemanfaatan air sungai dominan untuk keperluan irigasi dan industri. Sedangkan pemanfaatan air tanah juga masih cukup kecil. Sementara itu, di wilayah Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta yang pertumbuhan penduduknnya selalu meningkat drastis menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya air yang ada di wilayah DIY sudah sangat tinggi, sehingga dalam beberapa dekade mendatang akan mengalami defisit. Oleh karenannya, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan keinginannya untuk dapat memanfaatkan sebagian sumberdaya air di Kabupaten Magelang untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah DIY. Dalam hal ini dan dengan mengingat kedekatan lokasinya dengan wilayah DIY, maka ada 5 (lima) mata air yang perlu distudi tentang kemungkinan untuk dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan air di DIY, yaitu Treko, Kanoman (atas dan bawah), Tampir Kulon (Tuk Lanang dan Tuk Putri), Clebungan, dan Kledhokan. Studi ini mempunyai tujuan : 1. Mengidentifikasi kapasitas debit air dari lima lokasi tersebut (Mata Air: Clebungan, Kedhokan, Kanoman (Atas dan Bawah), Tampir Kulon (Tuk Putri & Tuk Lanang) dan Tirtosari / Treko) dan inventarisasi recharge area serta vegetasi yang ada pada recharge area tersebut. 1

2. Menyusun rencana pengelolaan kelima mata air dan pelestarian lingkungan sekitar mata air dan di wilayah recharge area. 3. Mengkaji kebutuhan air jangka pendek, menengah, dan jangka panjang untuk Kabupaten Magelang dan sekitarnya dan potensi air maksimum yang dapat disalurkan ke luar wilayah (yaitu ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). 4. Melakukan identifikasi aspirasi masyarakat di DIY dan masyarakat di sekitar mata air dalam kaitannya dengan kompensasi bagi masyarakat sekitar mata air, keterlibatan masyarakat sekitar dalam pengelolaan, dalam konservasi, dan penataan area yang tidak merusak lingkungan di sekitar sumber air dengan adanya optimalisasi pengelolaan air. 5. Melakukan identifikasi mengenai bentuk badan pengelolaan yang diharapkan Dalam mencapai tujuan studi seperti tersebut di atas, maka langkah-langkah yang dilakukan meliputi : 1. Pengumpulan data-data sekunder, laporan studi terdahulu yang terkait, peta-peta, dan informasi lainnya. 2. Perencanaan dan penyusunan jadual kerja, jadual survey lapangan guna pengumpulan data primer, survey kuestionair, dan survey instansional 3. Pelakksanaan pengumpulan data primer mengenai debit aliran mata air, daerah recharge area, vegetasi dan konservasi lahan di daerah recharge area, kuestioanir survey kondisi sosial-ekonomi-kelembagaan masyarakat, survey aspirasi masyarakat, dan survey aspirasi instansional dalam kaitannya dengan rencana pemanfaatan mata air untuk keperluan masyarakat di DIY 4. Kajian mengenai potensi ketersediaan air di wilayah Kabupaten Magelang, ketersediaan air di lima mata air yang di studi, kebutuhan air untuk Kabupaten Magelang untuk periode perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang, analisa kesetimbangan air (sisa air), kajian sistem penyediaan air, aspirasi masyarakat, sistem kompensasi bagi masyarakat dan bagi pemerintah daerah Kabupaten Magelang, bentuk kelembagaan, serta pelaporan. 2

Metode Penelitian Dalam studi ini, pendekatan yang akan dilakukan meliputi: a. Inventarisasi ketersediaan sumber daya air b. Kajian proyeksi kebutuhan air baku c. Kajian kesetimbangan air d. Identifikasi infrastruktur dan tahapan penyaluran sumber air ke DIY e. Identifikasi upaya konservasi lahan guna mendukung security of supply f. Aspirasi masyarakat dan kelembagaan Hasil dan Pembahasan Pada periode perencanaan sampai 50 tahun ke depan, potensi debit mata air di Kabupaten Magelang dapat memenuhi kebutuhan air domestik, bahkan masih ada kelebihan potensi ketersediaan air sebesar 1.172 liter/detik. Mengingat bahwa mata air yang ada dalam studi ini termasuk jenis mata air dari zona tak-tertekan yang variasi debit musimannya bisa cukup besar dan daerah recharge area-nya cenderung mengikuti penyebaran fisiografi, maka sangat penting untuk selalu diupayakan pelestarian dan konservasi sumberdaya air di lokasi-lokasi mata air. Secara kualitas, air yang berasal dari mata air memenuhi kualitas air untuk air minum dengan sedikit pengolahan untuk menghilangkan bakteri dan aerasi. Semua instansi yang terlibat dalam penelitian ini menyatakan akan mendukung rencana memanfaatkan mata air yang ada di wilayahnya untuk kepentingan masyarakat Yogyakarta dengan syarat bahwa kebutuhan untuk kepentingan masyarakat kabupaten Magelang dipenuhi terlebih dahulu. Sebagian besar instansi mengusulkan sumber mata air yang dimanfaatkan tersebut dikelola oleh badan kerjasama independen yang terdiri dari unsur pemerintah, LSM, dan swasta (investor). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk periode perencanaan sampai 50 tahun ke depan, potensi debit mata air di Kabupaten Magelang dapat memenuhi kebutuhan air domestik. Bahkan masih ada kelebihan potensi ketersediaan air sebesar 1.172 liter/detik. 3

2. Ketersediaan air di lima mata air yang distudi hasil pengukuran adalah antara yaitu secara umum dari 1.000 liter/detik sampai 1.700 liter/detik. 3. Sehingga, debit aliran yang dapat diambil dari ke lima mata air yang di studi untuk keperluan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 1.000 liter/detik. 4. Mengingat bahwa mata air yang di studi termasuk jenis mata air dari zona tak-tertekan yang variasi debit musimannya bisa cukup besar dan daerah recharge area-nya cenderung mengikuti penyebaran fisiography, maka sangat penting untuk selalu diupayakan pelestarian dan konservasi sumberdaya air di lokasi-lokasi mata air. 5. Secara kualitas, air dari mata air yang distudi memenuhi persyaratan minimum kualitas air untuk air minum dengan sedikit pengolahan untuk menghilangkan bakteri dan aerasi. 6. Semua instansi yang disurvey menyatakan dukungannya terhadap rencana untuk memanfaatkan mata air yang ada di wilayahnya untuk kepentingan masyarakat Yogyakarta, dengan catatan bahwa kebutuhan untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Magelang dipenuhi terlebih dahulu. 7. Sebagian besar instansi yang disurvey mengusulkan bahwa untuk selanjutnya sumber air yang dimanfaatkan tersebut perlu dikelola oleh badan kerjasama independent yang didalamnya terdiri dari unsur pemerintah, LSM dan swasta (investor). 8. Sebagian besar instansi yang disurvey mengusulkan pula agar masyarakat yang tinggal di sekitar sumber air diberi kompensasi dalam bentuk bantuan dana tiap tahun sebagai pemasukan kas desa setempat. 9. Bentuk kompensasi juga bisa dalam bentuk barang yang memadai untuk rumah tangga (dinyatakan oleh 36,1% rumah tangga), pemasukan kas desa (dinyatakan oleh 23,3% rumah tangga), perbaikan jalan akses menuju desa (dinyatakan oleh 21,1% rumah tangga) dan adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan proyek maupun dalam pemanfaatannya (didukung oleh 17,3% rumah tangga). 10. Masyarakat yang tinggal di sekitar sumber air juga menyatakan kesediaannya untuk ikut serta dalam melestarikan sumber air, dengan cara melakukan penanaman tanaman keras di lahan yang mereka miliki, dengan catatan bahwa bibit tanaman disediakan oleh pemerintah. 4

11. Tanaman yang banyak diminati oleh masyarakat untuk melestarikan sumber air tersebut adalah jenis tanaman buah-buahan. Saran Saran dari penelitian ini adalah : 1. Seandainya upaya untuk penjualan air dari Kabupaten Magelang ke Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta akan dilaksanakan, maka langkah-langkah sosialisasi ke Legislatif, Eksekutif yang terkait (Bappeda, Bapedalda atau Biro LH, Sekretariat Daerah, Biro Hukum, Biro Bangda, Dinas Pengairan, Cipta Karya, PDAM, Perpamsi, dan lainnya), masyarakat, dan stakeholder lainnya perlu segera dilaksanakan. 2. Perlu segera pula dibentuk task force yang bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatunya (dari aspek teknis, lingkungan, sosial, kelembagaan, ekonomi, dan kerjasama) sehingga dapat dicapai tujuan yang saling menguntungkan kedua pemerintahan daerah. 3. Studi ini perlu dilanjutkan dengan studi AMDAL guna merumuskan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemonitoran lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi dan memaksimalkan dampak positif yang ada. 4. Upaya-upaya konservasi lahan dan air di daerah recharge area mata air yang di studi perlu segera direalisasikan dengan diawali pembuatan peraturan-peraturan mengenai tata ruang recharge area, garis sempadan wilayah mata air, pelibatan masyarakat, dan penerbitan perda-perda terkait dibarengi dengan adanya institusi yang melakukan law enforcement. Hak Cipta 2004 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang 50132 Telp : (024) 3540025, Fax : (024) 3560505 Email : sekretariat@balitbangjateng.go.id 5