BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kompetensi menulis argumentasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan hubungan yang positif antara pemahaman aspek komposisi terhadap kompetensi menulis argumentasi. Adanya hubungan positif ini dapat diartikan semakin baik pemahaman siswa terkait aspek komposisi, maka kompetensi menulis argumentasi siswa juga akan semakin baik. 2. Hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan hubungan yang positifantara sikap terhadap pada bahasa Indonesiadengan kompetensi menulis argumentasi. Adanya hubungan positif ini dapat diartikan semakin baik sikap siswa pada bahasa Indonesia, maka kompetensi menulis argumentasi siswa juga akan semakin baik. 3. Hasil analisis korelasi ganda antara pemahaman aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesiamenunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan hubungan yang positifantara pemahaman aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesia secara bersama-sama dengan kompetensi menulis argumentasi. Adanya hubungan positif ini dapat diartikan semakin baik pemahaman siswa terkait aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesia, maka kompetensi menulis argumentasi siswa juga akan semakin baik. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya menunjukkan bahwa ketiga hipotesis diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan dan hubungan yang positifantara pemahaman aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesia secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap kompetensi menulis argumentasi. Hasil pada nilai sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui bahwa pemahaman aspek komposisi merupakan variabel 95
96 yang memberikan sumbangan atau kontribusi yang lebih besar terhadap kompetensi menulis argumentasi. B. Implikasi Hasil penelitian ini secara teoretis memberikan informasi bahwa kompetensi siswa dalam menulis argumentasi sangat dipengaruhi oleh pemahaman siswa pada aspek-aspek komposisi serta bagaimana sikap siswa tersebut terhadap bahasa Indonesia. Secara umum, siswa sudah memiliki kemampuan dalam menulis argumentasi baik dalam kualitas yang baik maupun yang kurang, namun siswa akan memiliki kemampuan menulis yang lebih baik lagi jika siswa memiliki pemahaman terhadap aspek-aspek komposisi dan sikap terhadap bahasa Indonesia yang baik pula. Pemahaman aspek-aspek komposisi adalah kemampuan memahami unsur pembentuk karangan. Pemahaman aspek komposisi berperan penting agar tulisan yang dibuat menjadi baik. Hal inilah yang mempengaruhi siswa dalam kemampuan menulis argumentasi. Pemahaman aspek-aspek komposisi tersebut berperan penting dalam membuat karangan melalui rangkaian kalimat yang memiliki unsur kesatuan dan kepaduan dalam sebuah karangan, sehingga pemahaman aspek komposisi menjadi hal yang penting dalam membuat karangan. Kompetensi menulis berhubungan dengan pemahaman aspek komposisi bahasa Indonesia. Apabila penulis memiliki pemahaman aspek komposisi bahasa Indonesia yang baik, maka dalam membuat tulisan argumentasi akan dapat menyusun gagasan dengan memperhatikan struktur kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akan tetapi, apabila penulis memiliki pengetahuan aspek komposisi berbahasa Indonesia yang rendah, maka penulis akan mengalami kesulitan dalam menyusun argumentasi. Siswa yang mampu memahami struktur paragraf dengan baik akan memudahkan siswa dalam memahami kesatuan dan kepaduan paragraf serta mudah dalam memahami ide pokok paragraf maupun kalimat pendukungnya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan siswa untuk mampu mengungkapkan isi gagasan. Siswa yang mampu mengungkapkan isi gagasan dengan baik akan mampu mengembangkan teks tulisannya sesuai dengan topik tulisan.
97 Siswa yang memiliki kemampuan dalam memahami struktur kalimat seperti struktur pembentuk kalimat, konsep kalimat efektif, dan memahami penyebab ketidefektifan kalimat, akan memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami tulisan dan memudahkan untuk mengembangkan tulisan dengan baik. Penggunaan EyD yang baik juga memberikan hasil tulisan pada siswa akan lebih baik sehingga sesuai dengan aturan dalam bahasa. Siswa yang memiliki pemahaman pemakaian diksi seperti kata sinonim, homofon, konotasi, denotasi, hingga mampu memahami penggunaan kata umum dan khusus ataupun istilah asing, akan mampu meningkatkan hasil tulisan yang baik saat siswa menulis argumentasi. Penggunaan diski yang tepat juga akan memperindah hasil tulisan siswa dan lebih mudah untuk dimengerti. Pemahaman siswa terhadap aspek-aspek komposisi juga sangat dipenguhi cara guru dalam menjelaskan dan menyampaikan materi tersebut. Oleh karena itu di sisi lain, siswa juga membutuhkan bimbingan dari guru untuk dapat meningkatkan pemahamannya pada aspek-aspek komposisi tersebut. Faktor pemahaman aspek komposisi pada siswa dapat dibentuk dan dibimbing oleh guru dengan membuat program pelatihan menulis yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pemahaman siswa pada aspek-aspek komposisi tersebut sehingga mampu menulis dengan baik dan benar. Sikap siswa pada bahasa Indonesia juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis argumentasi. Sikap terhadap bahasa adalah keyakinan mengenai suatu bahasa dalam waktu relatif lama yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bertindak dengan cara yang disenanginya. Sikap terhadap bahasa dapat dilakukan dengan cara setia menggunakan bahasa, merasa bangga terhadap bahasa, ataupun sadar dengan aturan maupun norma dari penggunaan suatu bahasa. Kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh sikap terhadap bahasa Indonesia. Apabila siswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia maka, siswa akan mengkomunikasikan tulisannya dengan mempertimbangkan kaidah bahasa Indonesia. Akan tetapi, apabila penulis memiliki sikap negatif terhadap
98 terhadap bahasa Indonesia, maka penulis akan senantiasa mengabaikan aturan penggunaan bahasa Indonesia. Siswa memiliki afeksi dan kognisi yang baik terhadap bahasa Indonesia, artinya memiliki kebanggaan tersendiri dan memahami terhadap pemakaian bahasa Indonesia yang baku yang tepat sebagai alat komunikasi, akan meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis argumentasi. Salah satu ukuran sikap afeksi dan kognisi tersebut merupakan salah satu ukuran dalam menentukan kompetensi menulis siswa. Hal ini berkaitan dengan bagaimana tata bahasa dan ejaan yang baik dalam menulis. Sikap siswa dalam berbahasa Indonesia yang mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baku secara tepat dan sesuai dengan konsteksnya akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini berhubungan dengan bagaimana siswa mampu menggunakan pilihan kata, isi, dan penggunaan kalimat dalam menulis argumentasi. Sikap postif atau negatif siswa terhadap bahasa Indonesia juga sangat dipengaruhi bagaimana orang terdekat mampu menanamkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bagaimana menumbuhkan rasa bangga pada penggunaan pada bahasa sendiri. Oleh karena itu, disisi lain siswa juga membutuhkan bimbingan dari guru dan orangtua untuk dapat meningkatkan sikap positifnya pada bahasa Indonesia. Adanya kesinambungan pemahaman pada aspek-aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesia secara bersama-sama, akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis argumentasi. Siswa yang memiliki pemahaman dan sikap yang baik akan membuat siswa tersebut memiliki kemampuan dalam menulis argumentasi yang lebih baik pula. Pemahaman aspek komposisi dan sikap terhadap bahasa Indonesia merupakan bagian penting untuk mendukung terciptanya tulisan argumentasi yang baik. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman aspek komposisi dan juga sikap yang baik agar individu dapat menggunakan kaidah bahasa Indonesia secara baik dan benar.
99 Pemahaman aspek komposisi dan sikap terhadap bahasa Indonesia merupakan aspek yang saling mendukung. Artinya, sulit untuk mengandalkan satu aspek saja seperti hanya mengandalkan kemampuan pemahaman aspek komposisi ataupun mengandalkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia saja. Pemahaman aspek komposisi akan menjadi dasar pengetahuan dalam menulis argumentasi dan sikap akan mengarahkan seseorang untuk menerapkan pengetahuannya dalam menulis argumentasi. Dengan demikian, argumentasi yang dihasilkan akan baik dari segi materi dan akan menumbuhkan sikap nasionalisme dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Siswa yang memiliki pemahaman aspek-aspek komposisi yang baik dan memiliki sikap terhadap bahasa Indonesia yang positif, maka berkecenderungan mampu menghasilkan tulisan argumentasi yang baik. Artinya, bahwa semakin baik pemahaman aspek-aspek komposisi dan sikap siswa siswa terhadap bahasa Indonesia, maka akan semakin baik pula keterampilan menulis argumentasinya. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pemahaman aspek komposisi dan sikap siswa terhadap bahasa Indonesia secara bersama-sama dengan kompetensi menulis argumentasi. Siswa yang memiliki pemahaman aspek-aspek komposisi namun memiliki sikap yang kurang terhadap bahasa, akan menghasilkan tulisan argumentasi yang kurang baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki pemahaman dan sikap yang baik. Misalnya, siswa memiliki kemampuan dalam memahami struktur kalimat seperti struktur pembentuk kalimat, konsep kalimat afektif, dan memahami penyebab ketidefektifan kalimat, namun tidak memiliki kebanggaan tersendiri dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Hal tersebut akan berpengaruh pada hasil tulisan siswa dalam menulis argumentasi. Siswa yang memiliki sikap yang baik terhadap berbahasa Indonesia, misalnya memiliki kebanggaan dengan menggunakan bahasa Indonesia namun kurang memahami dalam penggunaan EyD yang benar, juga akan mempengaruhi kualitas tulisan siswa. Oleh karena itu, adanya hal kesinambungan dan keselarasan antara pemahaman siswa mengenai aspek-aspek komposisi dan sikap yang baik dalam
100 berbahsa Indonesia untuk dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa dalam menulis argumentasi. 1. Upaya Meningkatkan Pemahaman Aspek-aspek Komposisi untuk Meningkatkan Kompetensi Menulis Argumentasi Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan dari pemahaman siswa mengenai aspek komposisi terhadap kompetensi menulis argumentasi. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa kemampuan menulis argumentasi siswa sangat dipengaruhi oleh pemahaman siswa pada aspek-aspek komposisi. Semakin baik pemahaman siswa pada aspek-aspek komposisi, maka akan semakin baik pula kemampuan menulis argumentasi siswa.begitu pula sebaliknya, semakin rendah pemahaman siswa pada aspek-aspek komposisi, maka akan semakin rendah pula kemampuan menulis argumentasi siswa. Pemahaman aspek komposisi yang harus dipahami dan diterapkan siswa yaitu yang pertama struktur paragraf yang meliputi pemahaman mengenai kesatuan dan kepaduan paragraf dan memahami ide pokok paragraf serta kalimat pendukung. Kedua yaitu struktur kalimat yang meliputi memahami struktur pembentuk kalimat, konsep kalimat efektif, dan penyebab ketidakefektifan kalimat. Ketiga yaitu diksi yang meliputi pemahaman pemakaian kata sinonim, homofon, konotasi, denotasi, kata umum dan khusus, istilah asing, kata abstrak dan konkret, serta kata populer dan kata kajian. Keempat yaitu EyD yang meliputi pemahaman pemakaian dan penulisan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Pemahaman aspek komposisi dalam menulis merupakan pemahaman dengan jelas mengenai kebenaran maupun kesalahan, serta susunan maupun unsur yang membangun sebuah tulisan. Selain itu memahami juga berarti mampu mengembangkan maupun menyesuaikan tulisan menjadi bentuk lain tanpa mengubah maksud dari tulisan sebelumnya. Oleh karena itu, memahami suatu hal diperlukan kemampuan dalam mengidentifikasi objek yang dipahami. Saat menulis, siswa biasanya hanya terfokus pada isi karangan tanpa memperhatikan aturannya. Aturan menulis karangan ini penting karena tulisan yang sesuai dengan aturannya akan memudahkan pembaca untuk memahami apa yang ingin dikemukakan penulis. Hasil ini sejalan atau relevan dengan pendapat
101 Keraf (2001: 104-107) menyatakan bahwa menulis argumentasi harus sesuai dengan prinsip umum sebuah komposisi, yaitu: (1) pendahuluan; (2) tubuh argumen; (3) kesimpulan dan ringkasan. Berdasarkan pendapat di atas, maka sebuah karangan argumentasi tersusun atas bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Siswa yang tidak terbiasa menulis cenderung sulit dalam memulai menulis dan sulit mengembangkan tulisan menjadi tulisan yang baik dan indah dibaca. Oleh karena itu, dinilai penting untuk guru memahami kemampuan masingmasing siswa sehingga mampu memfokuskan perhatian pada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang. Pada siswa yang sudah memiliki kemampuan yang cukup baik tentunya siswa akan lebih mudah dalam menulis dan mengembangkan tulisan. Pada siswa tersebut, guru dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dengan secara berkala memberikan tugas pada siswa untuk menulis dengan kapasitas tulisan yang lebih berbobot lagi. Penyampaian materi mengenai aspek-aspek komposisi pada siswa dipengaruhi oleh bagaimana guru menyampaikan materi tersebut. Guru diharapkan membuat modul atau cara yang menarik bagi siswa, sehingga siswa mampu memahami dan menerapkannya pada hasil karya tulisannya. Misalnya melalui pembelajaran secara berkelompok dengan menggabungkan siswa yang memiliki kemampuan mengenai pemahaman dengan yang kurang, sehingga para siswa dapat saling melengkapi dan memberi atau menjelaskan pada siswa lain yang kurang memahami. Pada sesi terakhir, setelah siswa berdiskusi secara kelompok guru dapat melakukan pengulasan mengenai materi tersebut. Kedua, siswa dapat diberi tugas menganalisis karangan argumentasi untuk mengasah pemahaman aspek-aspek komposisi. Siswa dapat menganalisis apakah karangan tersebut sudah kohesi dan koherensi. Jika karangan belum kohesi dan koherensi maka perlu dilakukan perbaikan. Ketiga, dengan membiasakan mengkoreksi ejaan dalam setiap kegiatan. Kegiatan mengkoreksi dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri, antar siswa, atau koreksi yang dilakukan oleh guru. Koreksi yang dilakukan oleh siswa dengan cara menumbuhkan kesadaran untuk senantiasa memperhatikan ejaan dan segera
102 diminta untuk mengkoreksi kesalahan pada hasil pekerjaannya sendiri jika diketahui terdapat kesalahan pada tulisannya. Koreksi yang dilakukan antar siswa dapat dilakukan saat guru memberikan penugasan menulis, maka siswa diminta untuk menukarkan hasil tulisannya dengan teman sekelasnya untuk selanjutnya melakukan pengkoreksian. Adanya teman yang dapat saling mengkoreksi akan memberikan hasil yang lebih baik. Sementara koreksi yang dilakukan guru adalah dengan memberikan tanda pada kesalahan ejaan yang dilakukan siswa agar siswa mencari tahu kesalahannya dan untuk selanjutnya dapat melakukan perbaikan. Keempat, yaitu dengan mengadakan lomba cerdas cermat terkait penguasaan bahasa Indonesia. Melalui lomba, siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari aspek-aspek komposisi maupun materi kebahasaan. Selain itu, adanya penghargaan berupa kejuaraan maupun piala akan memberikan stimulus bagi siswa untuk dapat terus meningkatkan pemahamannya terhadap bahasa Indonesia. Kelima, yaitu dengan mengadakan tes Uji Kompetensi Bahasa Indonesia (UKBI). UKBI sebagai salah satu kriteria pengukuran kemampuan bahasa Indonesia dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman aspekaspek komposisi. Siswa yang melaksanakan tes UKBI akan dapat mengetahui seberapa kemampuannya dalam memahami pemahaman bahasa. Dalam pelaksanannya, sekolah dapat bekerja sama dengan Balai Bahasa Setempat. 2. Upaya Meningkatkan Sikap Siswa terhadap Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kompetensi Menulis Argumentasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan dari sikap siswa pada bahasa Indonesia terhadap kompetensi menulis argumentasi. Hasil tersebut memberikan informasi bahwa kemampuan menulis argumentasi siswa sangat dipengaruhi oleh sikap siswa pada bahasa Indonesia. Semakin baiknya sikap siswa pada bahasa Indonesia, maka akan semakin baik pula kemampuan menulis argumentasi siswa dan begitu pula sebaiknya semakin rendahnya sikap siswa pada bahasa Indonesia pada aspek-aspek komposisi, maka akan semakin rendah pula kemampuan menulis argumentasi siswa.
103 Hakikat sikap terhadap bahasa Indonesia adalah respon afeksi, kognisi, dan konasi terhadap bahasa Indonesia. Afeksi berkenaan rasa bangga, kagum, senang, sedih terhadap pemakian bahasa Indonesia (baku) sebagai alat komunikasi formal. Respon kognisi berkenaan dengan bagaimana siswa memahami bahasa Indonesia (baku) secar tepat sebagai alat komunikasi formal. Respon konasi merupakan tindakan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia (baku) secara tepat sesuai dengan konteksnya. Sikap merupakan perasaan yang dimiliki setiap individu yang menjadi dasar untuk bertingkah laku, karena itulah sikap juga mempengaruhi tingkah laku seseorang saat berkomunikasi. Sikap yang ada dalam diri manusia akan mendorong perasaan yang kemudian dapat mempengaruhi tingkah-lakunya. Tingkah laku yang dihasilkan dapat berupa respon positif maupun negatif tergantung stimulus yang didapatkan sebelumnya. Sikap pada diri setiap individu berkaitan dengan pemikiran, emosi, maupun persepsi yang menjadi dasar untuk seseorang bertindak. Berkaitan dengan bahasa Indonesia, sikap menjadi tatanan kepercayaan mengenai suatu objek maupun aturan. Kepercayaan tersebut yang kemudian mengarahkan seseorang untuk berbuat sesuai cara yang dikehendakinya. Cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia adalah dengan membiasakan anak untuk menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan mempengaruhi kebiasan siswa dalam berbicara dan menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kebiasan siswa akan membentuk sikap siswa dan hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarsono (2002: 361) menjelaskan bahwa sikap dan kebiasaan sama-sama dibentuk melalui pengalaman sepanjang sejarah perkembangan hidup seseorang dalam kaitannya dengan objek tertentu. Guru merupakan faktor penentu bagi siswa untuk memiliki sikap positif pada bahasa Indonesia di sekolah. Guru merupakan contoh bagi siswa, sehingga guru harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar terutama saat jam pelajaran berlangsung dan selama di area sekolah. Pelajaran bahasa Indonesia cenderung membosankan bagi siswa. Cara guru dalam menyampaikan materi
104 adalah yang paling utama. Guru dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi misalnya dimulai dari posisi kursi yang diubah sehingga adanya nuansa baru dapat belajar, atau penggunaan media lain selain papan tulisan dalam mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar. Kedua, dengan mengadakan lomba kebahasaan. Lomba kebahasaan misalnya membaca puisi, menulis artikel, membuat cerpen, berpidato dan sebagainya. Adanya perlombaan akan diikuti oleh aturan pengikutsertaan lomba seperti tema, tata cara penulisan, cara bersikap, dan yang lainnya. Aturan ini yang kemudian diharapkan sebagai media dalam membentuk sikap positif siswa. Ketiga, dengan mengadakan class meeting. Adanya class meeting sebagai pertemuan baik antar siswa maupun antar kelas akan menjadi media bagi siswa untuk belajar bersikap dengan menggunakan bahasa yang formal dan baik. Kegiatan class meeting akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mempraktikan dan menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Keempat, dengan membiasakan menggunakan bahasa Indonesia dalam acara-acara formal maupun dalam percakapan sehari-hari. Penerapakan penggunaan bahasa Indonesia secara langsung akan menumbuhkan sikap bangga terhadap bahasa Indonesia. Melalui kesadaran sikap bangga inilah kemudian siswa dapat menjaga bahasa Indonesia. Kelima, dengan memberikan pengarahan maupun seminar tentang bagaimana sebenarnya berbahasa yang baik. Bahasa sebagai media komunikasi tidak hanya menuntut bagaimana kebenaran penggunaan bahasa, melainkan juga berkaitan dengan ketepatan penggunaan bahasa Indonesia. Siswa yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana berbahasa yang baik dan benar, diharapkan akan memiliki sikap senang dan akan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
105 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai kompetensi menulis argumentasi yang telah dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Pimpinan SMK Negeri se-kabupaten Sleman Pada penelitian ini memberikan gambaran bagaimana kompetensi menulis siswa. Pada hasil deskriptif menunjukkan masih terdapat siswa yang memiliki komptensi menulis yang rendah, sehingga guru atau pihak terkait dapat lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, dengan metode yang lebih menarik. Penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi siswa dalam menulis argumentasi dipengaruhi oleh pemahaman siswa dan sikap siswa yaitu sebesar 34,15%. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kompetensi siswa pihakpihak terkait dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemahaman aspek komposisi dan menumbuhkan sikap siswa dalam bahasa. 2. Guru Bahasa Indonesia Pada penelitian ini dapat diperoleh gambaran pemahaman siswa pada aspek komposisi, sikap siswa pada bahasa Indonesia, dan kompetensi menulis argumentasi siswa. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi bagaimana kompetensi menulis argumentasi siswa. Cara guru dalam menyampaikan materi adalah yang paling utama. Guru dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi misalnya dimulai dari posisi kursi yang yang diubah sehingga adanya nuansa baru dapat belajar, atau penggunaan media lain selain papan tulis dalam mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar. Guru diharapkan membuat modul atau cara yang menarik bagi siswa, sehingga siswa mampu memahami dan menerapkannya hasil karya tulisannya. Misalnya melalui pembelajaran secara berkelompok dengan menggabungkan siswa yang memiliki kemampuan mengenai pemahaman dengan yang kurang, sehingga para siswa dapat saling melengkapi dan memberi atau menjelaskan pada siswa lain yang kurang memahami. Pada sesi terakhir, setelah siswa berdiskusi secara kelompok guru dapat melakukan pengulasan mengenai materi tersebut.
106 3. Peneliti Selanjutnya Pada panelitian ini menganlisis secara keseluruhan bagaimana pemahaman, sikap, dan kompetensi menulis di seluruh SMK, oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya dapat lebih menganalisis secara mendetail pada masing-masing SMK sehingga dapat lebih mengetahui bagaimana pemahaman, sikap, dan kompetensi menulis siswa. Peneliti selanjutnya juga dapat menganalisis dengan subjek yang berbeda, misalnya khusus pada siswa dengan kelas bahasa sehingga secara umum memiliki kemampuan yang sama sehingga lebih dapat mengukur kemampuan atau kompetensi menulis argumentasi siswa.