BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB 1. PENDAHULUAN. dunia menderita skizofrenia selama hidupnya, biasanya bermula dibawah usia 25 tahun, berlangsung

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Waham adalah keyakinan yang salah, menetap, dipegang teguh. dan tidak dapat digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB I PENDAHULUAN. persepsi, afek, rasa terhadap diri (sense of self), motivasi, perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebar di ke 5 Kabupaten Provinsi D.I. Yogyakarta. Puskesmas Bambang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sesuai fungsinya. World Health Organization (WHO) mengartikan

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subjektif. Dalam istilah umum, kualitas hidup dianggap sebagai suatu persepsi subjektif yang dibentuk oleh individu terhadap fisik, emosional, dan kemampuan kognitif (kepuasan) dan komponen emosional/kebahagiaan. 9 Menurut WHO ( World Health Organization ) definisi kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam konteks budaya dan nilai dimana mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standard dan perhatian. Hal ini merupakan konsep yang luas yang mempengaruhi kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial, keyakinan personal dan hubungannya dengan keinginan dimasa yang akan datang. 10 Konsep dasar kualitas hidup mencakup karakteristik fisik, sosial, dan psikologis yang digambarkan dengan kemampuan individu mengerjakan sesuatu, perasaan puas terhadap sesuatu yang dikerjakan, hubungan dengan penyakit atau pengobatan. 11 Menurut Calman, konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan Calman s Gap. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan membandingkan suatu keadaan antara dimana seseorang berada dengan di mana seseorang ingin berada. Jika

7 perbedaan antara kedua keadaan ini diperluas, ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. 9 2.1.2. Ruang Lingkup Kualitas Hidup Secara umum terdapat 5 bidang yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO, bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut: 12 1. Kesehatan fisik (physical health): kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur dan istirahat. 2. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, belajar, daya ingat dan konsentrasi. 3. Tingkat aktivitas (level of independence): mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. 4. Hubungan sosial (social relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. 5. Lingkungan (environment), keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja. 2.1.3. Pengukuran Kualitas Hidup Menurut Guyatt dan Jaescke, kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Dalam mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan semua ranah akan diukur dalam dua dimensi yaitu penilaian obyektif dari fungsional atau status kesehatan dan persepsi sehat yang lebih subyektif. Walaupun dimensi obyektif penting untuk menentukan derajat kesehatan, tetapi persepsi

8 subyektif dan harapan membuat penilaian obyektif menjadi kualitas hidup yang sesungguhnya. Suatu instrumen pengukuran kualitas hidup yang baik perlu memiliki konsep, cakupan, reliabilitas, validitas dan sensitivitas yang baik pula. 11 Gambar.1.: Skema pengukuran kualitas hidup 11 Instrumen untuk mengukur kualitas hidup dalam bentuk kuesioner dapat dibagi menjadi 2 kategori: 10 Instrumen umum (generic instrument). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Contoh : World Health

9 Organization Quality of Life group (WHOQOL), Short Form-36 (SF-36), EuroQOL- 5 Dimension (EQ-5D). 10 Instrumen khusus (specific instrument) Instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contoh: Quality of Life Scale (QLS), Quality of Life Interview (QoLI), Lancashire Quality of Life Profile (Lqo3LP), Personal Evaluation of Transisitions in treatment (PETIT), Quality of Life Questionnaire in Schizophrenia (S-QoL). 10 2.2. Skizofrenia 2.2.1. Definisi Skizofrenia adalah kumpulan gejala-gejala klinik yang ditandai dengan kerusakan psikopatologi yang melibatkan kognisi, emosi, persepsi, dan aspek prilaku dan bermanifestasi pada pasien dan mempengaruhi perjalanan penyakit, yang biasanya berat dan berlangsung lama. 12 Gangguan pikiran ditunjukkan dengan penyimpangan dalam menilai realitas, kadangkadang disertai waham dan halusinasi, disertai dengan kumpulan pikiran yang terpisah-pisah yang mengakibatkan gangguan dalam bicara. Gangguan tingkah laku ditandai dengan penarikan diri atau aktivitas yang aneh. Ini semua dikarakteristikkan sebagai simtom positif dan negatif. Meskipun bukan merupakan suatu gangguan kognitif, skizofrenia sering menyebabkan kerusakan fungsi kognitif (misalnya berpikir konkrit, gangguan dalam memproses informasi). 1,12

10 2.2.2. Etiologi Satu hipotesis yang terpenting pada etiologi skizofrenia adalah bahwa penyakit ini berasal dari ketidaknormalan pada perkembangan otak fetal selama tahap dini dari seleksi neuronal dan migrasi neuronal. Meskipun simtom-simtom skizofrenia biasanya tidak terjadi hingga remaja akhir sampai usia 20-an. Bahwa suatu proses degeneratif yang abnormal mungkin hidup secara genetik yang sangat awal pada perkembangan otak fetal. Namun simptom-somptom tidak terjadi, sampai otak memperbaiki sinaps-sinapsnya secara luas pada masa remaja dan secara hipotetik proses penyusunan kembali normal, menutupi masalah-masalah pemilihan dan migrasi neuronal yang tersembunyi sebelumnya. 1 2.2.3. Epidemiologi Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan sekitar 1%, ini berarti 1 dari 100 orang akan menderita skizofrenia selama kehidupannya. Prevalensi antara pria dan wanita sama, tetapi serangan pertama pada pria timbulnya lebih awal. Puncak serangan pada pria antara usia 10-25 tahun dan 25-35 tahun pada wanita. 90% pasien yang mendapat pengobatan skizofrenia berusia antara 15-55 tahun. Serangan dibawah 10 tahun atau diatas 60 tahun dilaporkan jarang. Secara umum, wanita dengan skizofrenia mempunyai hasil (outcome) yang lebih baik dibanding pria. 1,12 2.2.4. Gejala klinis

11 Beberapa penelitian membuat sub-kategorial dari gejala-gejala penyakit ini kedalam 5 bagian yaitu: gejala positif, gejala negatif, gejala kognitif, gejala agresif dan gejala depresi / cemas. 1,12 1. Gejala positif Waham, halusinasi, penyimpangan dan pernyataan yang berlebih-lebihan dalam berbahasa dan berkomunikasi, pembicaraan/perilaku yang tidak beraturan, perilaku katatonik dan agitasi. 2. Gejala negatif Afek tumpul, penarikan emosi, rapport yang buruk, ketidak pedulian, menarik diri dari kehidupan sosial, ganguan berfikir abstrak, alogia, avolisi, anhedonia, gangguan pemusatan perhatian. 3. Gejala kognitif Gangguan berpikir, inkoherensia, asosiasi yang longgar, neologisme, gangguan pengolahan informasi. 4. Gejala agresif Permusuhan, penghinaan verbal, penyiksaan fisik, menyerang, melukai diri sendiri, merusak barang-barang, impulsif, tindakan seksual. 5. Gejala depresif/cemas Mood depresi, mood cemas, perasaan bersalah, ketegangan, iritabilitas cemas. 2.2.5. Kriteria diagnostik

12 Diagnosis skizofrenia dan skizofrenia paranoid menurut PPDGJI III adalah sebagai berikut. 14 Skizofrenia Terdapat banyak kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis skizofrenia. Di Indonesia kita berpedoman pada PPDGJI III yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1993. Diagnosis skizofrenia menurut PPDGJI III adalah sebagai berikut: Walaupun tidak ada gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya untuk membagi gejala-gejala tersebut kedalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya: a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal dan thought broadcasting. b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus; persepsi delusional. c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain). e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah terbentuk tanpa kandungan afektif yang

13 jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkohorensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor. h. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial. Pedoman Diagnostik Persyaratan normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut diatas yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk dalah satu kelompok gejala (a) tersebut diatas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h) yang selalu harus ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Skizofrenia tidak boleh didiagnosis bila terdapat penyakit otak, atau dalam keadaan intoksikasi atau lepas zat (withdrawal). 14 Pola perjalanan penyakit.

14 Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.x0 berkelanjutan. F20.x1 episodik dengan kemunduran progresif. F20.x2 episodik dengan kemunduran stabil. F20.x3 episodik berulang. F20.x4 remisi tak sempurna. F20.x5 remisi sempurna. F20.x8 Lainnya. F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun. 14 F.20.0. Skizofrenia Paranoid Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara mana pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran dan gangguangangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak (volition) dan pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Beberapa contoh dari gejala-gajala paranoid yang paling umum: a) Waham-waham kejaran, rujukan (reference ), exalted birth (merasa dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan; b) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

15 c) Halusinasi pembauan atau pengecapan- rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol. 14 Pedoman Diagnostik Kriteria umum diagnostis skizofrenia (lihat pendahuluan F20 diatas ) harus dipenuhi. Sebagai tambahan, halusinasi, dan/atau waham harus menonjol, sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata. Halusinasi biasanya seperti diuraikan dalam butir (b) dan (c) tersebut diatas. Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi (influence), atau passivity, dan keyakinan dikejarkejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. 14 2.2.6. Perjalanan penyakit dan prognosis Perjalanan penyakit skizofrenia yang klasik adalah adanya eksaserbasi dan remisi. Setelah episode psikotik pertama, pasien berangsur- angsur sembuh dan kemudian dapat berfungsi relatif normal untuk waktu yang lama. Namun, pasien biasanya mengalami relaps dan pola penyakit selama 5 tahun pertama setelah diagnosis umumnya mengindikasikan perjalanan penyakit pasien. Perburukan lebih lanjut dalam kemampuan dasar pasien untuk berfungsi mengikuti tiap relaps psikosis. Kegagalan untuk kembali ke kemampuan dasar untuk berfungsi setelah relaps ini merupakan pembeda utama antara skizofrenia dengan gangguan mood. 1 Prognosis skizofrenia tergantung pada sosial dan lingkungan budaya. Di negara-negara berkembang (di Afrika, Asia dan Amerika latin) orang dengan gangguan psikotik memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada di negara-negara industri terutama Eropa dan Amerika Serikat. 15

16 2.3. Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia Paranoid Skizofrenia digambarkan sebagai gangguan psikotik paling parah, dan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari orang tersebut dan kualitas hidupnya. 12 Skizofrenia menyerang individu di masa remaja atau dewasa dan memiliki efek buruk pada kehidupan pasien berikutnya dan kehidupan keluarga pasien. Kehadiran penyakit kronis ini dapat merusak kualitas hidup pasien dan prospek mereka untuk mencari pekerjaan, perkawinan dan hubungan dengan orang tua, dan. Selain itu secara pribadi, skizofrenia menciptakan beban kesehatan publik yang besar karena biaya kebutuhan perawatan kesehatan seumur hidup dan kehilangan produktivitas. 15 Kualitas hidup menunjukkan persepsi individu dari kedudukannya dalam kehidupan terkait dengan tujuannya, harapan, dan kekhawatiran. Ini merupakan indikator penilaian sendiri individunya atau kondisinya. Rendah kualitas hidup telah ditemukan terkait dengan gejala depresi, positif dan negatif simptom, defisit kognitif, penghasilan yang rendah, dukungan sosial yang buruk, dan keterampilan sosial yang terganggu. Kualitas hidup yang rendah juga dapat memprediksi bunuh diri. 15 Menurut Bobes dan Gonzales pada tahun 2006 merangkum aspek kualitas hidup pasien dengan skizofrenia. Menurut mereka, kualitas hidup pasien skizofrenik lebih rendah dibandingkan dengan populasi umum dan orang-orang dengan gangguan mental lainnya. Usia muda, jenis kelamin perempuan, perkawinan, tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien yang mendapat dukungan masyarakat memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada mereka yang berada disuatu lembaga. 15

17 2.4. Kuesioner Short Form-36 (sf-36) sebagai alat ukur kualitas hidup SF-36 adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kualitas hidup, yang terdiri dari 36 butir pertanyaan. Kuesioner ini menghasilkan 8 skala fungsional profil kesehatan dan skor kesejahteraan berbasis psikometri kesehatan fisik dan psikis, serta merupakan kumpulan dari langkah-langkah dan preferensi kesehatan berbasis indeks. Oleh karena itu, SF-36 telah terbukti berguna dalam survei umum dan populasi khusus, membandingkan relatif beban penyakit serta dalam membedakan manfaat kesehatan yang dihasilkan oleh berbagai intervensi yang berbeda. 16 SF-36 pada awalnya diterbitkan pada tahun 1988 dan bentuk akhirnya pada tahun 1990. Pada tahun 1996, SF-36 mulai dievaluasi dengan versi 2.0 dengan bentuk pertanyaan yang lebih sederhana, peningkatan jangkauan serta ketepatan untuk dua fungsi peran skala, dan lebih mudah digunakan.

18 Gambar 2. SF-36 dengan 36 butir pertanyaan 16

19 SF-36 adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 8 kriteria kesehatan sebagai berikut : (1) fungsi fisik, (2) keterbatasan peran karena kesehatan fisik, (3) nyeri, (4) persepsi kesehatan secara umum, (5) vitalitas, (6) fungsi sosial, (7) keterbatasan peran karena masalah emosional, dan (8) kesehatan psikis. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masingmasing delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan komponen fisik dan komponen mental. Gambar 3. SF-36 dengan 8 skala fungsional 16 Skala SF-36 ini dibagi menjadi 2 komponen yaitu persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai komponen mental (Mental Component Scale) sedangkan fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, kesehatan psikis dan energi disebut sebagai komponen fisik (Physical Component

20 Scale). Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan nilai 0-100, dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan waktu penggunaannya, SF 36 dapat digunakan pada 2 periode pengukuran, yaitu pengukuran standar ( > 4-minggu) dan akut (< 1 minggu). 16 Short Form-36 (SF-36) mempunyai nilai realibilitas yang diuji dengan menggunakan estimasi reliabilitas Cronbach s α (alpha), dimana SF 36 mempunyai konsistensi internal yang baik (Cronbach s α = 0,723). 17 2.5. Kerangka Konseptual Pasien Skizofrenia Paranoid Fase Stabil Pengobatan Faktor Sosiodemografik - Usia - Jenis kelamin - Suku - Pendidikan - Status perkawinan - Pekerjaan - Situasi tempat tinggal KUALITAS HIDUP Lama Sakit