BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Empat Sehat atau dikenal dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa, jaringan penyangga dan gigi. Salah satu kelainan yang sering terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak. 1 Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. 3 Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar 85 persen anak usia di bawah lima tahun di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Sejauh ini, karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka kejadian karies pada anak 60-90 persen. 9 Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut. Walaupun terdapat komponen genetik terhadap pembentukan karies, namun faktor hereditas hanya memainkan peran kecil. Karies gigi secara garis besar adalah penyakit yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang rentan, plak, substrat dan waktu. 1 2.1.1 Faktor Etiologi Faktor etiologi atau penyebab karies dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu : 3 a. Faktor host atau tuan rumah Faktor host ini meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. b. Faktor agen atau mikroorganisme Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. c. Faktor substrat atau diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.

d. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 2.1.2 Faktor Risiko Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah : 3 a. Penggunaan Fluor Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. b. Oral Higiene Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan penggunaan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. c. Jumlah Bakteri Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Jumlah bakteri patogen yang banyak di dalam mulut akan mempermudah terjadinya karies gigi.

d. Saliva Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Jika ph saliva terlalu rendah, maka keadaan di dalam rongga mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada gigi. e. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Karies atau lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Derajat keparahannya dikelompokkan menjadi : 10 1. Lubang pada email. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan. 2. Lubang sampai dentin. Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya. 3. Lubang sampai syaraf gigi. Gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi. Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.

4. Tipe karies rampan. Pemberian susu botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi berlubang. Tandatanda gigi yang terkena adalah terlihat pada bagian depan gigi depan atas, terlihat warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi belakang. Karies botol dapat dicegah dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam dan selalu bilas dengan air putih, membiasakan anak minum susu di gelas sejak anak berulang tahun kesatu, pemberian jus buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, serta memperhatikan kebersihan rongga mulut. 2.1.3 Indeks Karies Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang, agar penilaian yang dilakukan dapat sama atau seragam. Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H. 3 Indeks karies untuk anak-anak dan orang dewasa memiliki perbedaan, yaitu pada pemberian kodenya. Pada orang dewasa digunakan kode DMFT (Decay, Missing, Filling, Tooth) dan pada anak-anak digunakan kode deft (decay, extracted, filling, tooth). Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Nilai reratanya dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai deft dan dibagikan atas jumlah orang yang diperiksa. 3

2.2 Pendidikan Ibu Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa, ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya bagi anak-anaknya. 10,11 2.3 Pengetahuan Ibu Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu. Sebagai pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, perilaku dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya. 12 Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori Reasoned Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan perilaku dalam perubahan tingkah laku. Dalam hal ini, khususnya pada peranan pengetahuan dan tingkah laku orang tua dalam perilaku kesehatan. 13 Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal lesi karies, jenis makanan yang menyebabkan karies, serta pentingnya kunjungan ke

dokter gigi secara berkala. 10 Berikut merupakan penjelasan mengenai pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak untuk mencegah karies : a. Penyebab karies gigi Karies gigi terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. 3 Plak tidak hanya dapat menyebabkan karies yang baru, namun dapat memperluas lesi karies yang sudah ada jika tidak dibersihkan dari permukaan gigi. 14 b. Waktu menyikat gigi yang baik Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah di pagi hari setelah makan dan malam hari sebelum tidur. Dalam hal ini, peran ibu sangat penting dalam membantu dan mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik saat anak sedang menyikat gigi, sebab anak akan lebih termotivasi jika kegiatan membersihkan gigi dilakukan bersama ibu dibandingkan jika dilakukan oleh anak seorang diri. 12,15 c. Tanda-tanda awal karies Tanda-tanda awal karies secara umum adalah timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak-bercak putih pada permukaan gigi yang merupakan awal terbentuknya karies. Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung terjadinya masalah ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi yang benar. 12,16

d. Makanan kariogenik Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan diet yang tepat untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik untuk kesehatan gigi anaknya serta mengurangi makanan-makanan manis yang bersifat kariogenik. Pada umumnya, makanan yang manis seperti permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh anak-anak. Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur gigi melarut, sehingga gigi mudah terserang karies. Penelitian Al-Hussyeen dan Al- Sadhan di Saudi tahun 2002 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian konsumsi makanan kariogenik antara anak sangat berpengaruh terhadap status karies anak. Ini terkait dengan pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi, khususnya mengenai pemberian pola makan anak. 12,17 Menurut Marianna, melarang anak untuk sama sekali tidak makan makanan manis, seperti permen dan cokelat memang tidak mungkin. Untuk meminimalisasi akibat konsentrasi gula tinggi yang merusak email gigi, sebaiknya anak dibiasakan minum air putih atau berkumur untuk menurunkan konsentrasi gula pada mulut. 18 e. Pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi. Kesadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi masalah, misalnya ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini,

meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol bagi kesehatan gigi anak. 12,18 Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Orangtua sering menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat mengganggu perkembangan lain. 18 Menurut Vincent Iannelli MD, waktu yang paling tepat untuk membawa anak ke dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American Academy of Pediatric Dentistry, yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau tidak lebih dari usia satu tahun. Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter gigi, semakin cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya, menghindari meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi dengan benar, dan memakan makanan yang akan mendukung pertumbuhan gigi yang sehat. Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail mengenai perawatan gigi anak. 18 2.4 Perilaku ibu Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. 19 Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni : 19 a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. 19 Berdasarkan teori Bloom, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. 20 Perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu merupakan figur yang paling dekat dengan anak sejak ia dilahirkan. 12 Selain itu, perilaku anak juga

cukup berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya, termasuk dalam hal menyikat gigi dan pola makan anak. 15 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan perilaku kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi : 12 1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah mampu berkumur. 2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur. 3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin. Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya sejak dini. Ibu dapat menjadi pemandu yang baik dalam membantu anak memberikan pengetahuan untuk kesehatan giginya