BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. adalah demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan

Penggunaan Metode Mind Mapping terhadap Prestasi Belajar Siswa. (Rosliana Siregar) PENERAPAN IPTEKS

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor salah

Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi Siswa Kelas IV SD Inpres Randomayang Melalui Metode Pemetaan Pikiran (Mind Mapping)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembelajaran merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

I. PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

PENDAHULUAN. Oleh Rexona Purba Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan yang harus dikuasai oleh siswa mulai dari tingkat SD hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. manusia. Pendidikan manusia dimulai sejak anak masih dalam kandungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemahaman dikatakan proses berfikir dan belajar. Dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta komunikasi menjadi

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP DAN PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS X MA NEGERI KUALASIMPANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan pada semua aspek kehidupan. Menurut Buchori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA YANG DILENGKAPI MIND MAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan penalaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan Nilai Siswa Pada Materi Termokimia Melalui Model Mind Mapping Siswa Kelas XI-IPA A.1 Semester Ganjil Di SMA Negeri 1 Unggul

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapi derajat Sarjana S-1. Program studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253):

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah semakin maju dan berkembang, hal

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X- 7 SMA NEGERI 7 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI PENGGUNAAN MIND MAP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dalam mata pelajaran IPA bila diadakan ulangan harian per pokok bahasan selalu hasil belajar IPA di bawah ratarata mata pelajaran lainnya setelah mata pelajaran matematika (Fitriyah, 2009). Masalah lain yang terjadi adalah guru hanya menyampaikan mata pelajaran IPA hanya berupa produk bukan menuntun peserta didik langkah demi langkah untuk memperoleh produk yang diinginkan. Peserta didik hanya menghafal informasi sehingga peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif terendah. Peserta didik juga tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya sehingga peserta didik menjadi malas berpikir secara mandiri. Hal tersebut terjadi karena masih banyak siswa yang terlihat kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak (Rahmawati, 2010). Kenyataan di lapangan yang diperoleh informasi tentang masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebagian siswa mengalami kesulitan untuk menghafal konsep IPA sehingga beberapa materi pelajaran IPA dianggap sulit untuk dipelajari. Beberapa penyebab yang menjadikan pelajaran IPA dianggap sulit adalah kurangnya daya serap siswa dan aktivitas membaca yang rendah. Keadaan semakin memburuk karena beberapa siswa tidak mencatat materi pelajaran atau setelah mencatat tidak membuka atau setelah membuat catatan, catatan yang dibuat tidak dibaca kembali. Hal ini juga didasari masih adanya kebiasaan siswa mencatat dengan memindahkan catatan yang ada kedalam buku mereka dan juga sistem berpikir siswa yang belum teratur (Sapitri, 2009). 1

2 Hal yang masih dilakukan peserta didik adalah dengan membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton, membosankan dan berlembar- lembar kertas yang harus dibuka. Mencatat dengan cara ini terkadang juga mempunyai pengaruh buruk yaitu dapat menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran. Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan (Roestikawati, 2008). Mereka mencatat hanya sebagai bentuk formalitas saja agar tidak mengangur didalam kelas sewaktu mengikuti pelajaran. Sehingga mereka merasa kesulitan dalam mempelajari materi ketika menghadapi tes atau ulangan dengan materi pelajaran yang sangat banyak dan memerlukan penalaran. Belajar dengan menggunakan catatan linear panjang dan lengkap sering tidak efektif bagi siswa karena terlalu panjang dan juga bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa penulis yang membuat siswa sulit memahami inti dari yang mereka baca. Sehingga pada pertemuan berikutnya, disaat guru memberikan pertanyaan kepada siswa, ada yang terlihat kebingungan, dan ada juga yang belum mampu menjawab, bahkan ada yang memberi jawaban yang kurang relevan dengan pertanyaan yang diajukan guru. Proses mengingat yang tidak terdapat bertahan lama tersebut membuat siswa kadang harus belajar secara wayangan untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sejak lama dan jika mereka sukses pastinya tidak akan bertahan lama. Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan (Roestikawati, 2008). Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf

3 yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya (Jensen, 2002: 21). Pada proses pembelajaran siswa mendapatkan informasi baru. Informasi yang didapat siswa dalam bentuk materi pelajaran yang diterima oleh peserta didik. Informasi tersebut kemudian diolah kemudian disimpan menjadi sebuah ingatan. Ingatan jangka pendek yang diubah menjadi sebuah ingatan jangka panjang memerlukan keterlibaan kerja sistim limbic. Setiap siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang (Jensen, 2008). Banyak hal yang dilakukan oleh peserta didik untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari. Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik mencatat dapat terbagi menjadi dua bagian. Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengaran menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemkiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari (Portyer dan Hernacki, 2009). Peserta didik sering sekali lupa apa yang mereka catat karena mereka menggunakan sebagian kecil dari otak mereka dalam proses mencatat. Sistem pembuatan catatan konvensional denga menggunakan kalimat, frase, daftar, garis serta angka atau bilangan. Sistem kerja ini hanya menggunakan sistem kerja otak kanan yang berkaitan dengan urutan, rangkaian dan bilangan, tanpa imajinasi, asosiasi, pembesaran, keanehan, humor, warna, ritme, rasa, seksualitas dan

4 sensualitas. Sehingga untuk membuat catatan yang baik perlu merubah tradisi itu dengan membuat kedua otak disertai sistem ingatan (Buzzan, 2002: 168). Kita ketahui bahwa otak dapat menyerap segala informasi, tetapi akan mudah diingat atau tidaknya informasi tersebut tergantung pada kerumitan bahasa yang digunakan, agar anak dapat bebas berekperimen dan tidak stress (Sutarni, 2010). Cara yang paling mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak adalah dengan Pemetaan masalah atau Peta pikiran yang sering disebut Mind mapping. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang bearsal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi tak (Buzzan dan Buzan, 2004: 68). Mind mapping merupakan merupakan salah satu teknik mencatat tingkat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima peserta didik dapat diingat dengan bantuan mencatat. Mind mapping merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena mind mapping memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain sehingga terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Otak menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan. Keuntungan lain penggunaan catatan Mind Mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistim limbik yaitu peranaannya sebagai pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas. Pemetaan pikiran adalah salah satu produk kreatif bentuk sederhana yang dapat dikembangkan. Dengan teknik mencatat pemetaan pikiran patut diduga bahwa kreatifitas (sikap kreatif) siswa akan meningkat (Mahmudin, 2009).

5 Belajar IPA memerlukan adanya hasil dari pengalaman belajar yang dapat membangkitkan semangat aktif dan kreatif dalam rangka untuk menciptakan perubahan kondisi yang diinginkan dan yang telah direncanakan. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam, IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam. Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan mampu memahami alam sekitar secara ilmiah (Theresia, 2007). Hal yang menyebabkan pembelajaran IPA kurang memperhatikan beragam kebiasaan atau cara belajar siswa sehingga penyampaian materi dirasa kurang maksimal dan kurang sesuai dengan karekter belajar siswa. Tentang hal kebiasaan belajar ditegaskan Purwanto (2005: 2) bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu bukan berarti anak tersebut tidak mampu terhadap mata pelajaran itu, namun seringkali terjadi seorang anak malas terhadap suatu mata pelajaran tertentu tetapi sangat giat dalam mata pelajaran lain. Pada pembelajaran IPA masih dominan dilaksanakan di dalam kelas, padahal jika pembelajaran IPA dilakukan secara maksimal dan disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungan siswa, maka pembelajaran IPA akan lebih maksimal diserap atau ditangkap oleh siswa. Oleh karena itu, bagaimana peranan guru untuk mengembangkan kebiasaan belajar pada diri siswa dalam setiap mata pelajaran sangat diperlukan. Menurut Wahyudi (2010: 3) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA yaitu (1) usia sekolah, (2) pendekatan pembelajaran dalam proses KBM, dan (3) motivasi siswa. Dalam pemberian metode baru terhadap siswa juga memerlukan perhatian tentang kecenderungan antara siswa laki-laki dan perempuan. Secara biologis laki-laki dan perempuan berbeda. Perbedaan itu terlihat jelas pada alat reproduksi. Perbedaan biologis laki-laki dan perempuan disebabkan oleh adanya hormon yang

6 berbeda antara laki-laki dengan perempuan (Fakta ilmiah, 2010). Dengan adanya perbedaan ini berakibat pada perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Selain faktor biologis, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor psikologis. Secara psikologis laki-laki dan perempuan berbeda. Faktor psikologis terkait dengan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Kondisi seperti ini akan membangun ketidakseimbangan kesempatan kerja bagi pria dan wanita yang akhirnya berakibat ketimpangan sosial sebagai efek turunannya. Dalam dunia pendidikan perbedaan jenis kelamin yang terjadi pada mata pelajaran IPA menurut Nayazik (2012) terlihat adanya perbedaan prestasi sains dalam perbedaan jenis kelamin, anak lelaki sedikit lebih baik dalam bidang sains daripada anak perempuan di kelas empat dan delapan, tetapi tak ada perbedaan di kelas dua belas. Dari pernyataan diatas perlu juga memperhatikan jenis kelamin peserta didik yang juga mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar. Pernyataan tersebut didukung ketika penyusunan RPP penyusun juga harus memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik (BNSP, 2006). Dalam penelitian Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Mind Map Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan FotosintesisKelas V SD Negeri I Kuripan Kecamatan Purwodadi Tahun 2011 (Nuraini, 2011). Menunjukkan hasil yang sangat signifikan, dalam 3 siklus yang direncanakan semuanya mengalami penaikan bahkan siklus yang ke 3 mengalami kenaikan sebanyak 94%. Berdasarkan penelitian diatas yang menunjukkan kenaikan hasil belajar dari setiap siklus yang direncanakan. Penelitian mempunyai anggapan awal bahwa mind mapping memberikan salah satu jalan keluar untuk meningkatkan hasil belajar siswa Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPA. Hasil penelitian Nanang (2009) mengenai perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan di Universitas. Tujuan penelitian ini adalah

7 untuk menjelaskan perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa laki- laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah IPK mahasiswa dan masa studi mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada lakilaki. Rentang IPK 3,00 sampai 4,00 didominasi perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki masa studi yang lebih pendek daripada laki-laki. Rata-rata lama studi mahasiswa perempuan adalah 8-7 semester sedangkan mahasiswa laki- laki adalah 8-9 semester. Secara teoritis, perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki dikarenakan perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, kepercayaan diri perempuan yang lebih bagus daripada laki-laki, yang terakhir, perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki. Penelitian Nuraini (2011) tentang penggunaan mind mapping terhadap hasil belajar IPA menunjukkan kenaikan yang signifikan kemudian penelitian Nanang dkk tentang perbedaan jenis kelamin terhadap prestasi menunjukkan bahwa secara teoritis perempuan lebih berprestasi, lebih percaya diri dan perempuan lebih suka membaca. Penelitian kedua diambil secara umum dan hanya hasil akhir yang terlihat tidak secara proses dalam belajar. Berdasarkan kedua penelitian tersebut peneliti akan melakukan penelitian tentang penggunaan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar dan apakah metode mind mapping hanya berpengaruh signifikan terhadap salah satu jenis kelamin atau tidak mempunyai efek yang signifikan, dengan nilai signifikan lebih dari 0,05. Berpijak dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Ambarawa tahun ajaran 2011/ 2012. 1.2.Rumusan masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

8 1. Apakah penggunaan metode mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Ambarawa? 2. Apakah ada pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin? 1.3.Tujuan penelitian Dari rumusan masalah yang telah dikemukan, tujuan dari penelitian ini adalah 1. Peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Ambarawa. 2. Peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin 1.4.Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi dunia pendidikan yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1. Manfaat teoritis: Memberikan sumbangan ilmu untuk meningkatkan pembelajaran SD terutama yang terkait dengan pentingnya pemanfaatan metode mind mapping dalam pembelajaran IPA sekolah dasar. 1.4.2. Manfaat praktis: a. Bagi siswa Siswa dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada khususnya. Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode inovatif. b. Bagi Guru Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan dan memanfaatkan metode pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Mendorong guru meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk keseluruhan mata pelajaran dengan metode inovatif. c. Bagi Sekolah Meningkatkan kualitas siswa dengan menerapkan mind mapping.