BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fitri Sukma Irianti, 2014 Negosiasi konsep kepemimpinan dalam model pembelajaran yang berpusat pada anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

Evaluasi Pembelajaran Pos PAUD Putra Pertiwi Rejosari, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Emi Marini,2013

Pendidik. Pengertian. Pendidik. Hakekat PAUD-KBK PAUD-SPN AKD-NON. Oleh: Dra. OCIH SETIASIH, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan (Uno, 2009: 11) pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia kanak-kanak mulai dari 0-6 tahun adalah masa the golden age atau masa usia. sehingga potensi yang dimilikinya semakin terasah.

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ami S.A.Khaerani,2013

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu dinamika proses yang mengacu kepada halhal

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan yang unik. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk menenrukan dasardasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN. Isu globalisasi saat ini menuntut sumberdaya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara pemberian stimulasi tersebut. Prinsip tersebut meninjau atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB V ANALISIS DATA. manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun pilar-pilar sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. 27, pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia dimana

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. layak, hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi anak usia dini dewasa ini mulai semakin diperhitungkan, hal ini ditandai dengan mulai bermunculannya penelitian-penelitian tentang perkembangan anak usia dini (Hurlock, 1978; Santrock, 2007; Atkinson & Hilgard, 1983; Solehuddin, 1997) yang kemudian bergulir pada bagaimana menciptakan pendidikan yang ideal bagi anak. Awal-awal tahun kehidupan anak dianggap masa-masa keemasan anak, sehingga sering muncul istilah The Golden Age (Solehuddin, 1997). Istilah ini muncul tentu saja bukan tanpa alasan, banyak penelitian yang kemudian mengungkapkan bagaimana otak sebagai pusat informasi bagi seorang manusia berkembang sangat pesat di awal-awal kehidupan manusia (Amstrong, 2011; Diamond & Hopson, 1998; Putra & Dwilestari, 2012; Papalia & Olds, Jamaris, 2006). Masa-masa genting ini tentu tidak akan terulang dua kali, oleh sebab itu orang tua maupun pihak-pihak yang perduli akan perkembangan anak mulai memikirkan bagaimana memfasilitasi perkembangan tersebut agar terus berkembang dan menetap dengan baik pada diri manusia. Berangkat dari pemahaman seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Jerman yaitu Frederic Froebel tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak, pada tahun 1837 Froebel (Jamaris, 2006) mulai menciptakan sebuah wadah pendidikan yang ditujukkan untuk memfasilitasi kebutuhan anak-anak usia dini. Froebel (Solehuddin, 1997) percaya bahwa jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi anak maka anak akan berkembang secara wajar. Froebel (Jamaris, 2006) mendirikan sekolah khusus untuk anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun, sekolah tersebut diberi nama Kindergarten (Taman Kanak-Kanak) (Solehuddin, 1997). Hal ini sejalan dengan pemikiran Froebel (Solehuddin, 1997) yang mengemukakan bahwa masa anak itu merupakan suatu fase yang sangat berharga. Adriany (2013) pun menyebutkan bahwa taman kanak-

2 kanak (Kindergarten) merupakan tempat dimana masa kanak-kanak yang ideal dapat terjadi. Sehingga keberadaan taman kanak-kanak ini dirasa penting bagi pendidikan anak usia dini. Sedikit banyak kemunculan Kindergarten tersebut mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Perkembangan sekolah bagi anak usia dini di Indonesia kemudian tumbuh dan berkembang, Indonesia sendiri memulai perkembangannya di tahun 1922 dimana pada masa itu Negara Indonesia masih dibayangi oleh penjajahan bangsa Belanda. Bermula dari keperdulian seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Herlina & Indrati, 2010) akan pendidikan Indonesia yang masih sulit diakses oleh masyarakatnya, Ki Hajar Dewantara kemudian mulai mendirikan wadah bagi masyarakat pribumi untuk mengenyam pendidikan. Wadah pendidikan tersebut kemudian diberi nama Taman Siswa yang lalu berkembang dan khusus bagi anak-anak nama tersebut berubah menjadi Taman Indria (Syaripuddin, 2004). Nama tersebut dipilih sebab pada masa-masa ini anak belajar melalui panca inderanya. Taman Indria ini ditujukkan bagi anakanak dengan usia dibawah tujuh tahun. Berangkat dari sejarah tersebut, dewasa ini pendidikan di Indonesia mulai berkembang dan semakin bervariatif. Bagi sebagian kalangan, terutama masyarakat kelas menengah keatas pendidikan dianggap bukan hanya sekedar kebutuhan semata. Namun juga sebagai bekal penunjang kehidupan di masa yang akan datang, dengan kata lain pendidikan dianggap sebagai investasi yang menjanjikan (Ailwood, 2008). Banyak kemudian orang tua yang sangat selektif terhadap pendidikan bagi anaknya. Tentu hal ini dianggap oleh sebagian kalangan yang tak sedikit juga merupakan pelaku bisnis, mulai melirik pendidikan bagi anak usia dini sebagai lahan bisnis yang dapat dikembangkan. Berbagai jenis sekolah kemudian mulai bermunculan, mulai dari sekolah yang berbasis agama, sekolah yang bertaraf internasional dengan mengutamakan penggunaan bahasa asing, sekolah yang melabelkan lembaganya sebagai sekolah yang entrepreneur, sekolah yang berwawasan karakter juga sekolah yang mengusung tema kepemimpinan.

3 Tema-tema tersebut diatas muncul dari harapan untuk menciptakan individu-individu yang siap meraih pendidikan dan pekerjaan di masa depan terutama di era milenium (Ailwood, 2008; Docket, 2007). Ciri-ciri individu yang siap menghadapi era milenium dimasa yang akan datang dijabarkan oleh Covey (2009) diantaranya ialah individu yang dapat bergaul di lingkungan sosial, memiliki kepribadian dan moral yang unggul, menguasai teknologi, memiliki nilai kepemimpinan dalam dirinya serta dapat menegosiasikan pemikiran-pemikirannya kepada orang lain. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai nilai yang dapat menjadikan seorang individu lebih unggul dan lebih sukses. Seseorang dengan jiwa kepemimpinan mampu menghargai orang lain, menghargai waktu, mudah bergaul dan membuat pilihan yang tepat (Covey, 2008). Stogdill (Avolio, Rotundo & Walumbwa, 2009) menjabarkan seorang anak dengan sifat kepemimpinan sebagai seseorang yang memiliki kepandaian, keteguhan, dan memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini dapat tercipta dengan serangkaian bantuan dari orang tua maupun guru sehingga keterampilan tersebut dapat terasah dalam diri anak. Begitu pentingnya nilai kepemimpinan dalam seorang individu, kemudian menjadikan kepemimpinan sebagai sesuatu yang ramai dibicarakan. Hard (2011) pun mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah topik yang sedang ramai dibicarakan dan mulai sering dilakukan penelitian. Banyak kemudian penelitianpenelitian juga pelatihan yang mengangkat tema kepemimpinan (Numberi, 2010; Covey, 1995; Nair, 1997; Gitsham & Peters, 2009). Tak hanya tema kepemimpinan secara umum, tema kepemimpinan di lingkungan sekolah pun mulai banyak digali. Salah satunya tema kepemimpinan pada para pemimpin di sekolah (Rodd, 2006; Hard, 2011; Hard, 2005; Ylimaki, 2012; Heikka, Waniganayake & Hujala, 2013; Dunlop, 2008). Seperti halnya Hard (2011) yang membahas mengenai bagaimana kepemimpinan di lingkungan pendidikan dan penitipan bagi anak usia dini, kemudian Ylimaki (2012) membahas mengenai kurikulum kepemimpinan pada era konservatif yang menghasilkan dua jenis

4 kurikulum yaitu kurikulum kepemimpinan professional yang baru serta kritik bagi kurikulum kepemimpinan. Beberapa jenis temuan penelitian tersebut ramai membicarakan mengenai nilai-nilai kepemimpinan para pemimpin (penyelenggara pendidikan) dilingkungan pendidikan anak usia dini. Sedangkan penelitian tentang kepemimpinan pada anak itu sendiri masih sangat minim, padahal seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya kepemimpinan bagi anak merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan anak. Oleh sebab itu maka penulis mencoba untuk membahas kepemimpinan pada anak yang didasari oleh penelitian. Penulis memilih sebuah TK di Kota Bandung sebagai tempat penelitian. TK tersebut dalam kesehariannyamenjadikan kepemimpinan sebagai bagian dari aktivitas pembelajarannya. Dengan mengusung tema Leadership is Our Habit, kepemimpinan kemudian menjadi fokus utama yang terintegrasi dengan materi pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanannya ternyata terjadi berbagai proses negosiasi dalam mewujudkan nilai kepemimpinan pada anak. TK Pemimpin ini dalam dokumennya mengklaim bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya adalah berpusat kepada anak (Web, 2013). Menjadi hal yang menarik ketika model pembelajaran yang diklaim oleh TK tersebut sebagai model pembelajaran yang Child Centre (berpusat pada anak) justru didominasi oleh peran guru. Namun demikian, nyatanya hal ini tidak lantas membuat nilai-nilai kepemimpinan dalam diri anak hilang. Keunikan hal tersebut akan coba peneliti kupas dalam kajian Negosiasi Konsep Kepemimpinan dalam Model Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang menjadi latar belakang diatas, maka rumusan yang dapat mewakili isi dari penelitian ini antara lain: 1. Apakah sumber dari nilai-nilai kepemimpinan di TK Pemimpin? 2. Bagaimana nilai-nilai kepemimpinan tersebut diterapkan pada anak?

5 3. Bagaimana pengaruh praktik kepemimpinan pada anak di TK pemimpin? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan di TK pemimpin ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai kepemimpinan dipahami dan diterapkan kepada anak-anak serta bagaimana dampak yang muncul dalam diri anak. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diharapkan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan pemahaman keilmuan mengenai kepemimpinan pada guru maupun praktisi pendidikan lainnya dapat meningkat. Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi pihakpihak yang membutuhkan informasi mengenai kepemimpinan pada anak usia taman kanak-kanak. 2. Manfaat Praktis Secara praktis diharapkan pemaparan penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi orang tua dan guru untuk sama-sama terlibat dalam mengembangkan potensi anak khususnya kepemimpinan anak. Selain itu, diharapkan para pemimpin sekolah dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan apabila hendak memasukkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kurikulum pendidikan di sekolahnya. E. Struktur Organisasi Skripsi

6 Uraian dari skripsi ini dibagi menjadi beberapa bagian yang keseluruhannya berkaitan dengan kepemimpinan pada anak usia taman kanakkanak dan proses pelaksanaanya di lapangan. Bagian awal atau Bab I dari skripsi ini akan membahas latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, rumusan masalah apa saja yang dijadikan dasar bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan. Tujuan penelitiannya seperti apa, manfaat apa yang akan diperoleh baik itu oleh peneliti maupun bagi para praktisi pendidikan khususnya dunia anak. Kemudian pada bagian berikutnya akan membahas hal-hal teoritis yang berkaitan dengan hasil temuan dilapangan. Pada Bab II skripsi ini akan mengulas hal-hal yang menjadi landasan teori yang berkaitan dengan kepemimpinan, baik itu kepemimpinan yang bersifat umum seperti definisi, ciri-ciri, manfaat kepemimpinan. Selain itu, pada Bab II ini penulis akan mengungkapkan bagaimana secara teoritis nilai-nilai kepemimpinan tersebut dikembangkan di lingkungan pendidikan anak. Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian yang sesuai dengan karakteristik penelitian dimana, hal ini diharapkan mendapatkan data yang utuh tanpa rekayasa dalam seting yang alamiah sebab penelitian ini juga melibatkan anak sebagai salah satu sumber informan. Kemudian Bab IV akan membahas temuan-temuan dilapangan, hasil-hasil penelitian serta pembahasan bagi setiap hasil yang ditemukan. Seperti halnya apa yang menjadi sumber inspirasi kepemimpinan bagi sebuah lembaga, bagaimana cara guru melaksanakan praktik kepemimpinan pada anak, bagaimana dampak yang timbul kepada anak ketika anak melaksanakan praktik kepemimpinan tersebut. Sedangkan pada Bab V akan dipaparkan mengenai kesimpulankesimpulan yang peneliti buat berdasarkan pada apa yang ditemukan dilapangan dengan teori-teori yang melandasinya. Selain itu pada Bab V ini juga akan diberikan saran atau rekomendasi bagi para pelaku pendidikan juga para pembaca

7 yang memiliki profesi lain namun memiliki ketertarikan kepada kepemimpinan dan dunia anak-anak. Akhir dari penyusunan skripsi ini akan dipaparkan mengenai daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang menjadi referensi penulis selama melakukan penelitian