ABSTRAK PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK PADA RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2015 Katarak merupakan penyebab dominan kebutaan yang dapat dicegah didunia dan bertanggung jawab terhadap 75% dari seluruh kasus kebutaan dan 90% kasus tersebut berasal dari negara berkembang, terjadi pada seluruh umur dan insidennya meningkat pada umur 50 tahun ke atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pasien katarak, faktor risiko terkait dan penanganan serta tajam penglihatan paska operasi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain cross sectional descriptive study secara consecutive sampling dari rekam medis pasien di RS Mata Bali Mandara pada periode Januari 2015-Desember 2015. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Berdasarkan data yang diperoleh, angka kejadian katarak tahun 2015 adalah 2.356 pasien dan 96 pasien dipilih dalam penelitian ini dengan hasil: (1) rentangan umur dominan adalah 60-69 tahun (2) jenis kelamin perempuan ditemukan terbanyak (3) distribusi asal pasien terbanyak dari Kabupaten Gianyar (4) dari 96 pasien dengan 192 mata, terdiagnosis katarak senilis imatur (KSI) sebanyak 96 mata, katarak senilis matur (KSM) sebanyak 24 mata, KSI dan KSM bilateral sebanyak 17 mata, dan katarak juvenile sebanyak 7 mata (5) tindakan SICS (small incision cataract surgery) sebanyak 58 kali dan 93 kali phacoemulsifikasi dan 10 mata tanpa tindakan (6) terdapat penurunan jumlah visus NLP (no light perception) dan CF (counting finger) 5m-LP (light perception) serta peningkatan jumlah visus 6/6-6/7.5 setelah tindakan (7) IOL (intra ocular lens) power dominan emetropia (18.00D-22.00D). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya untuk membahas mengenai faktor resiko, hubungan antar variable serta penyebab terjadinya katarak. Kata kunci: jenis katarak, SICS, phacoemulsifikasi, perbaikan tajam penglihatan vi
ABSTRAK PATIENT PROPORTION AND CHARACTERSITIC OF CATARACT PATIENT IN BALI MANDARA EYE HOSPITAL IN 2015 Cataract, the major cause of preventable blindness in the world responsible to 75% of all case of blindness and 90% of those cases are from developing countries, it happens in all ages and the incidence increase in 50 years old or later. The aims are to understand the cataract patient number, known risk and surgery also visual acuity after surgery. This research is an observational research which conduct a cross sectional descriptive study in consecutive sampling taken from the medical record at Bali Mandara Eye Hospital in period of January 2015-December 2015. The data is revealed in form of descriptive. From the data obtained, the incidence of cataract in 2015 are 2.356 patient and 96 patient are taken in this research within result: (1) range ages of 60-69 are dominant age (2) women have a greater quantities (3) origin distribution common from Gianyar Regency (4) from 96 patient and 192 eyes, been diagnosed as immature senile cataract (KSI) about 96 eyes, mature senile cataract (KSM) about 24 eyes, KSI and KSM bilaterally about 17 eyes and juvenile cataract about 7 eyes (5) small incision cataract surgery (SICS) been done in 58 times and 93 times for phacoemulsification also 10 eyes without surgery (6) there are descent in number of no light perception (NLP) visual acuity and counting finger (CF) 5m-light perception (LP) also increase of the number of 6/6-6/7.5 visual acuity after surgery (7) intra ocular lens (IOL) power that dominantly used are the emmetropia (18.00D- 22.00D). The result from this study may be used as the basic data for the next research to discuss abour the risk, correlation between variable also the cause of cataract. Keyword: cataract type, SICS, phacoemulsification, visual acuity vii
RINGKASAN Katarak merupakan penyebab dominan kebutaan yang dapat dicegah di dunia dan bertanggung jawab terhadap 75% dari seluruh kasus kebutaan dan sekitar 90% kebutaan dari studi berikut berasal dari Negara berkembang. Katarak merupakan suatu penyakit mutifaktorial yang muncul dari berbagai alasan bisa akibat penuaan atau penyebab sekunder terhadap faktor herediter, trauma, inflamasi, penyakit nutrisional atau metabolik, atau radiasi). Penanganan yang secara visual signifikan untuk katarak adalah operasi baik SICS atau phacoemulsifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu karakteristik usia, jenis kelamin, pekerjaan, persebaran demografi, grade dan jenis katarak, jenis tindakan, visus pre dan post tindakan serta karakteristik penggunaan IOL pada pasien penderita katarak. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, dimana data variabel bebas dan variabel tergantung dikumpulkan pada satu waktu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik consecutive sampling pada rekam medis pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada tahun 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif dari bulan Desember 2015 hingga bulan Januari 2015 tujuannya untuk mendapatkan data yang baru terlebih dahulu apabila sampel belum terpenuhi sehingga diambil kembali data pada bulan sebelumnya. Hasil data yang didapat pada rekam medis RS Mata Bali Mandara menunjukkan pada periode 1 Januari 2015 hingga 31 Desember 2015 terdapat 2.356 pasien katarak yang tercatat pada rekam medis RS Mata Bali Mandara, yang dimana terdapat 1058 pasien dilakukan penanganan SICS dan 1298 pasien dilakukan penanganan phacoemulsifikasi. Dari pneelitian ini diambil 96 sampel dengan 192 mata dimana terdapat 80.63% mata katarak, 12.9% mata riwayat operasi dan 6.47% mata normal. Berdasarkan pengumpulan data didapatkan simpulan mengenai penelitian ini dimana jenis kelamin yang dominan adalah perempuan terutama dengan usia 60-69 tahun sesuai dengan penelitian sebelumnya, demografi asal pasien terbanyak pada Kabupaten Gianyar dan minim pada Kabupaten diluar Bali. Untuk pekerjaan, petani/pekebun memiliki angka terbanyak dibandingkan pekerjaan lain. Berdasarkan ICD-10 terdapat dominasi jumlah pasien dengan KSI dibandingkan KSM hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, mengenai tindakan diantara SICS dan phacoemulsifikasi dan dominan dilakukan phaco dibandingkan SICS, hasil keluaran dari tindakan datanya memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya dimana terdapat penurunan jumlah visus terburuk NLP dan CF 5m-LP serta peningkatan jumlah visus terbaik 6/6-6/7.5 setelah tindakan SICS ataupun phacoemulsifikasi. Dalam tindakan umumnya menggunakan IOL untuk mengganti lensa, terdapat kecenderungan untuk menggunakan IOL dengan power kategori emetropia (18.00D-22.00D). viii
SUMMARY Cataract is the leading cause of preventable blindness in the world and responsible to the 75% of every blindness case and about 90% of this blindness are from developing countries. Cataract is a multifactorial disease that come out from several reason such aging or secondary causes by hereditary, trauma, inflammation, nutritional problem or metabolic, or radiation). The significant treatment of cataract is surgery SICS or phacoemulsification. This study aims to know the characteristic of age range, gender, jobs, demographic origin, grade and cataract type, surgery type, visual acuity pre and post surgery also the usage of IOL power in the patient. This research conduct a descriptive study with cross sectional study design where the variables are taken at one time. The technique taken are consecutive sampling from the cataract patient medical record at Bali Mandara Eye Hospital in 2015. The data are taken retrospectively from December 2015-January 2015 in aim to take the newest patient before. The data that taken from the medical record mention a number 0f 2.356 cataract patient in 2015 where 1.058 are treated with SICS and 1.298 patient are treated with phacoemulsification. From this study are taken 96 samples with 192 eyes where 80.63% are cataract, 12.9% have a history of eye surgery and 6.47% normal. Based on the data observed there are several conclusion taken about this research where women are the dominant gender commonly in age range of 60-69 years old as mentioned in previous study, the demographic origin of patient are most common in Gianyar Regency and the lowest in Regency outside Bali. For jobs farmers are the most common jobs from other jobs. Taken by ICD-10 there are dominance of patient with KSI rather than KSM this data are different from previous study, where the surgery taken for that diagnosis are common in phacoemulsification rather than SICS also the result of visual acuity after surgery is coherent to previous study where there are decent of NLP and CF5m-LP visual acuity and increase of 6/6-6/7.5 visual acuity after SICS or phacoemulsification. When conducting a surgery the most IOL power used are in category of emmetropia (18.00D-22.00D). ix
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya, sehingga penyusunan penelitian skripsi dengan judul Proporsi Pasien dan Karakteristik Pasien Katarak pada Rumah Sakit Bali Mandara Tahun 2015 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan penelitian ini penulis dibantu oleh banyak pihak. Penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. DR. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas segala fasilitas yang telah disediakan. 2. dr. Putu Yuliawati, Sp.M(K) sebagai pembimbing utama atas segala masukan yang bermanfaat dalam penyusunan usulan penelitian. 3. dr. Ariesanti Tri Handayani, Sp.M(K) selaku penguji usulan penelitian. 4. Pihak-pihak yang mendukung penyelesaian usulan penelitian ini. Penulis sadar usulan penelitian ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, 23 Desember 2016 x
DAFTAR ISI SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR DIAGRAM... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1. Katarak... 5 xi
2.1.1. Definisi... 5 2.1.2. Jenis Katarak... 5 2.1.3. Faktor Resiko... 10 2.1.4. Gejala Klinis... 11 2.1.5. Diagnosis... 12 2.1.6. Pemeriksaan Tajam Pengelihatan atau Visus... 16 2.1.7 Tindakan Operasi Katarak... 17 2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Tindakan SICS dan Phaco... 20 2.2. Demografi... 21 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP... 23 3.1. Kerangka Berpikir... 23 3.2. Konsep Penelitian... 24 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 25 4.1. Jenis Rancangan Penelitian... 25 4.2. Subjek Penelitian... 25 4.2.1. Populasi Penelitian... 25 4.2.2. Sampel Penelitian... 25 4.2.3. Cara Pengambilan Sampel... 25 4.2.4. Besar Sampel... 26 4.3. Variabel Penelitian... 27 4.3.1. Identifikasi Variabel... 27 4.3.2. Definisi Operasional Variabel... 27 4.4. Instrumen Penelitian... 30 4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30 xii
4.5.1. Lokasi Penelitian... 30 4.5.2. Waktu Penelitian... 30 4.6. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 30 4.6.1. Tahap Persiapan Penelitian... 30 4.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 30 4.7. Alur Penelitian... 30 4.8. Pengolahan dan Analisis Data... 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 32 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 43 6.1. Simpulan... 43 6.2. Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA. 45 xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Katarak Kongenital... 7 Gambar 2. Standar LOCS-III... 14 Gambar 3. Bagan Konsep Penelitian... 24 Gambar 4. Alur Penelitian... 31 xiv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Beberapa tipe katarak, penyebabnya dan orang yang beresiko... 11 Tabel 2.2. Penggolongan dari tiga tipe katarak yang paling umum... 14 Tabel 5.1. Karakteristik tempat tinggal pasien katarak tahun 2015... 32 Tabel 5.2. Persebaran umur pasien katarak RS Mata Bali Mandara... 33 Tabel 5.3. Diagnosa pasien katarak berdasarkan ICD-10... 35 Tabel 5.4. Persentase visus terburuk hingga terbaik sebelum dan sesudah tindakan phacoemulsfikasi... 38 Tabel 5.5. Persentase visus terburuk hingga terbaik sebelum dan sesudah tindakan phacoemulsfikasi... 39 15
DAFTAR DIAGRAM Diagram 5.1. Karakteristik pekerajaan pasien katarak RS Mata Bali Mandara tahun 2015... 34 Diagram 5.2. Tindakan SICS dan phacoemulsifikasi mata katarak RS Mata Bali Mandara... 36 Diagram 5.3. IOL Biometri atau Power Pasien Katarak yang akan dilakukan Tindakan... 40 16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak didefinisikan suatu kekeruhan pada lensa bening didalam mata yang mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan mengakibatkan deteriorasi dari penglihatan, yang merepresentasikan masalah ekonomi dan kesehatan publik yang signifikan. Suatu kekeruhan pada lensa dapat dikatakan sebagai katarak apabila mengakibatkan penurunan visus mata dan terdapat suatu disabilitas fungsional yang didapatkan oleh pasien. Katarak merupakan penyebab dominan kebutaan yang dapat dicegah di dunia dan bertanggung jawab terhadap 75% dari seluruh kasus kebutaan (Katibeh et al., 2013) dan sekitar 90% kebutaan dari studi berikut berasal dari Negara berkembang. Berdasarkan WHO, kebutaan akibat katarak adalah visus dibawah 3/60 dari visus normal. Terjadi pada seluruh kelompok umur dan insidennya meningkat pada umur 50 tahun keatas (Cerim et al., 2014). Berdasarkan survei kebutaan tahun 2007 telah dikemukakan angka kebutaan di indonesia mencapai 1,67%. Angka kebutaan yang besar ini menempatkan angka kebutaan di Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia, dilaporkan pada pertemuan Asia Pacific Academy of Ophthalmology di Sydney 2010 (Anonim, 2014). Berdasarkan RISKESDAS 2013, prevalensi Katarak di Bali sebesar 2,7% sedangkan di Indonesia 1,8%. Katarak merupakan suatu penyakit mutifaktorial yang muncul dari berbagai alasan bisa akibat penuaan atau penyebab sekunder terhadap faktor herediter, trauma, inflamasi, penyakit nutrisional atau metabolik, atau radiasi (Murrill et al., 17
2004). Katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe umum yaitu nuclear, cortical, dan Posterior Subscapular yang diekstraksi menggunakan kode diagnostik dari International Classification of Disease, 10 th Revision (ICD-10) atau ICD-9-CM untuk klasifikasi dari katarak (Katibeh et al., 2013). Pasien dengan gejala katarak akan mengalami manifestasi penurunan visus, penglihatan silau, perubahan resep kacamata, dan perubahan persepsi warna, gejala umum termasuk penglihatan kabur, halo sekitar cahaya, penglihatan ganda dan perubahan warna dan kontras (Kohnen at al., 2009) Faktor resiko seseorang yang cenderung mendukung pembentukan katarak salah satunya adalah umur, jenis kelamin perempuan, komponen genetik, penggunaan kortikosteroid, diabetes, nikotin dan alkohol (Gupta et al., 2012). Penanganan yang secara visual signifikan untuk katarak adalah operasi. Ekstraksi katarak adalah salah satu prosedur yang paling sering dipilih. Penanganan operatif termasuk menggantikan lensa matanya dengan lensa palsu. Dan selama 15 tahun ini telah banyak ditemukan perubahan besar mengenai teknik operasi yang ditujukan untuk kemajuan fungsi penglihatan setelah operasi (Bellan, 2008). Penanganan nonoperatif termasuk konseling pasien mengenai gejala penglihatan katarak, menyediakan kepastian tentang penyebab disabilitas penglihatan, dan meresepkan kacamata. Hasil dari beberapa studi mengenai operasi katarak berulang kali membuktikan hasil yang positif bahkan pada pasien diabetes dan age-related macular degeneration (AMD) menunjukkan perbaikan signifikan setelah operasi katarak, namun tidak dapat dipungkiri munculnya komplikasi setelah operasi katarak dislokasi Intraocular Lens (IOL), retinal detachment, endolftalmitis yang 18
berpotensi membahayakan penglihatan walaupun begitu komplikasi yang berakhir kehilangan pandangan jarang ditemukan (Murrill et al., 2004). Berdasarkan data DEPKES (2015), Kota Denpasar merupakan ibu kota Provinsi Bali, Indonesia yang telah memiliki sarana pelayanan kesehatan yang baik di Provinsi Bali, terdapat 3 rumah sakit milik pemerintah serta 13 buah rumah sakit swasta, salah satunya adalah RS Mata Bali Mandara. RS Mata Bali Mandara Provinsi Bali adalah Rumah Sakit Negeri Kelas A yang mampu meberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas dimana terdata jumlah dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi tercatat 22 orang, 11 orang dan 4 orang. Saat ini Rumah Sakit Mata Bali Mandara belum memiliki data mengenai proporsi dan karakteristik pasien katarak yang datang berobat ke rumah sakit tersebut, sehingga dengan meningkatnya insiden katarak dan kebutaan akibat katarak di Indonesia terutama Bali, maka penulis berminat untuk membuat proposal tentang proporsi dan karakteristik pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Proporsi dan Karakteristik Pasien Katarak pada Rumah Sakit Mata Bali Mandara tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proporsi dan Karakteristik Pasien Katarak pada Rumah Sakit Mata Bali Mandara Kota Denpasar tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 19
1. Untuk mengetahui proporsi pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara kota Denpasar tahun 2015. 2. Untuk mengetahui karakteristik usia pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara kota Denpasar tahun 2015. 3. Untuk mengetahui karakteristik gender pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara kota Denpasar tahun 2015. 4. Untuk mengetahui demografi penyebaran dari pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara tahun 2015. 5. Untuk mengetahui karakteristik visus pre dan post operasi pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara tahun 2015. 6. Untuk mengetahui karakteristik jenis dan grade katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara kota Denpasar tahun 2015. 7. Untuk mengetahui jenis intervensi pembedahan mata pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara tahun 2015. 8. Untuk mengetahui power IOL yang digunakan waktu tindakan pada pasien katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Tahun 2015. 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1. Manfaat Praktis Sebagai sarana untuk memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi pada masyarakat dan Rumah Sakit Mata Bali Mandara sendiri mengenai proporsi dan karakteristik pasien katarak pada Rumah Sakit tersebut. 1.3.2. Manfaat Akademis Dalam bidang penelitian, dapat digunakan sebagai bahan referensi data untuk penelitian lebih lanjut yang memiliki topik yang serupa. 20