PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

TINJAUAN MATA KULIAH...

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN SEKOLAH INKLUSIF DI INDONESIA TINJAUAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

WALIKOTA PROBOLINGGO

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) MELALUI PRAKTEK LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI YANG OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

SIMPOSIUM GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ARTIKEL PELAN TAPI PASTI MELAYANI PENDIDIKAN INKLUSIF TIADA HENTI

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB II MODEL PENDIDIKAN INKLUSI. pengajaran dan latihan, perbuatan, cara mendidik. 1 Pendidikan adalah. Abdul Latif, mengatakan bahwa:

A. Perspektif Historis

ANALISIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PEMBELAJARAN DI SDN KETAWANGGEDE MALANG SKRIPSI

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin

penyelenggaraan pendidikan khusus, pendidikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

Transkripsi:

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menulis artikel tentang pendidikan inklusi di kabupaten pelalawan Riau ini.. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan sistem pendidikan inklusi di kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Penulis menyadari banyaknya kekurangan didalam penulisan makalah ini baik dari segi bahasa,maupun pemaparannya, hai ini karena keterbatasan,kelemahan dan kekurangan dari penulis sendiri yang tidak dapat dipungkiri, semoga dengan adanya buku ini dapat memberikan masukan dan wawasan maupun inspirasi bagi pembaca agar bisa mencoba dan melaksanakan sistem pendidikan inklusi yang lebih baik lagi di tahun-tahun selanjutnya.

I. PENGANTAR Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. yang termasuk kedalam abk antara lain tuna netra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tuna laras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan dan lain-lain. karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Bentuk pelayanan pendidikan khusus ini dilakukan di sekolah khusus dan juga disekolah reguler dengan sistem pendidikan inklusi. Sistem pendidikan inklusi sekarang sudah tidak tabu lagi dikalangan dunia pendidikan. banyak sekolah-sekolah yang sudah menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi ini. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak anak-anak yang berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. Pendidikan inklusi menurut (Sapon -Shevin dalam O Neil, 1994) didalam kajian teori.com adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memili ki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdas an, akhlaq

mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( uu no 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1). oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah hak azasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yang tidak mendiskriminasikan dengan kecacatan, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain. Sementara itu tujuan dari pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Serta Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Kabupaten pelalawan Riau telah menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi. Pada artikel ini, penulis memaparkan penerapan pendidikan inklusi di sekolah umum di kab Pelalawan provinsi Riau, kendala serta tantangan dan harapan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi ini. II. MASALAH Dalam kompasiana. Com dijelaskan bahwa masalah yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi antara lain : 1. Masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa berkebutuhan khusus tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana dan mengakomodasi pembelajaran 2. Masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping khusus yang lulusan pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak diisi dengan lulusan di luar pendidikan luar biasa

3. Masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan dan pembukaan pendidikan khusus di sekolah reguler 4. Masih banyaknya guru guru di sekolah reguler yang belum memahami siswa berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif 5. Seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua siswa, disamping orang tua terkadang memiliki harapan besar yang kurang sesuai, atau guru yang belum memahami kondisi siswa 6. Masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa berkebutuhan khusus seperti tuna netra dan tuna daksa dalam mendapatkan aksesibilitas di sekolah Berdasarkan studi kasus dan wawancara yang penulis lakukan dengan para guru pendamping khusus di kabupaten Pelalawan, Adapun masalah-masalah yang muncul dari penyelenggaraan sistem pendidikan inklusi di kabupaten pelalawan Provinsi Riau antara lain : 1. Kurangnya jumlah guru pembimbing khusus di kabupaten pelalawan 2. Kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan yang memahami penyelenggaran pendidikan inklusi 3. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum

III. PEMBAHASAN DAN SOLUSI A. Kurangnya guru pendamping khusus di kabupaten pelalawan Guru pendamping khusus adalah Guru yang ditugasi untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Menurut Asep Yana Suhardiana (2016) tugas guru pendamping khusus antara lain : a. Melakukan Identifikasi dan asesmen siswa b. Membuat Profil siswa c. Menangani siswa dengan kegiatan belajar- mengajar yang fleksibel dan akomodatif d. Membuat Program pembelajaran individual e. Menjalin Kerja sama dengan sekolah, orangtua, pusat sumber / SLB, masyarakat f. Membuat catatan perkembangan peserta didik secara berkesinambungan g. Membantu mempersiapkan media pembelajaran dan bahan ajar bagi ABK h. Membuat Program Kerja dan Melaporkan pada sekolah induk Guru pendamping khusus diharapkan dapat menguasai tugas sebgai guru pendamping khusus. Kelancaran penyelenggaraan sistem pendidikan inklusi ini sangat berpengaruh dari kemampuan para guru pembimbing khusus juga. Pihak sekolah juga harus mendukung keberadaan guru pendamping khusus dan bekerja sama dengan sebaik mungkin.

Antara guru kelas dan guru pendamping khusus harus terjalin kerjasama yang baik, diantara kerjasama guru kelas dan guru pendamping khusus antara lain : Guru kelas bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan mata pelajaran (sk dan kd), dalam pengelolaan kelas dan dalam menetapkan materi dan strategi pembelajaran sesuai mapel sedangkan guru pendamping khusus bertanggung.jawab dalam pemetaan kompetensi dasar ABK sesuai mapel, dalam penyusunan PPI sesuai mapel dan membantu guru kelas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas Guru kelas Bertanggung jawab dalam penilaian, pencapaian pembelajaran, bertanggung jawab dalam pelaporan (raport) sedangkan guru pendamping khusus bertanggung jawab dalam memilihkan strategi pembelajaran untuk ABK (modifikasi materi, media pembelajaran), membantu dalam modifikasi penilaian (membantu koreksi), bertanggung jawab dalam menyampaikan deskripsi kualitatif Pada tahun 2016 ini jumlah guru pendamping khusus di kabupaten Pelalawan sebanyak 4 orang. Guru-guru ini ditugaskan oleh pemerintah provinsi riau di sekolah-sekolah inklusi yang ditunjuk, satu guru pembing khusus bertugas pada satu sekolah. Jadi hanya 4 sekolah di kabupaten Pelalawan yang mendapatkan layanan dari guru pendamping khusus ini. Sementara lebih dari 4 sekolah di kabupaten pelalawan ini yang melayani siswa-siswa berkebutuhan khusus. Disinilah kita dapat melihat kurangnya guru pendamping khusus di kabupaten pelalawan. Dengan adanya artikel ini penulis berharap para pelaksana pemerhati pendidikan dapat berjuang untuk menambah jumlah guru pembimbing khusus di kabupaten pelalawan demi tercapainya

layanan pendidikan inklusi yang optimal di sekolah-sekolah penyelenggara agar anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan yang lebih baik lagi. B. Kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan yang memahami penyelenggaran pendidikan inklusi Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan orang-orang yang sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi tidak semua orang bisa paham dan mau menerima sistem pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan para pendidik dan tenaga kependidikan tentang pendidikan inklusi. Tidak mudah bagi pendidik untuk menyatukan keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada sekolah reguler biasanya, baik dalam aspek akademik maupun sosialnya. Untuk itulah perlu pendidikan dan latihan bagi semua guru-guru penyelenggara pendidikan inklusi agar mereka dapat memahami pendidikan inklusi sehingga penerapan dan penerimaan layanan inklusi ini lebih terarah tanpa ada diskriminasi dari pihak manapun. Sebagian pendidik di Kabupaten Pelalawan sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang sekolah inklusi dan sistem penyelenggaraannya. Akan tetapi belum semua pendidik yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang sekolah inklusi dan bagaiman memberikan layanan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus. Untuk itulah diharapkan pendidik di sekolahsekolah penyelenggara inklusi baik pun pendidik yang bukan penyelenggara inklusi mendapatkan ilmu yang lebih banyak dan terbaru lagi tentang sistem pendidikan inklusi ini.

C. Keterbatasan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, hendaknya sarana dan prasarana ini harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak berkebutuhan khusus, seperti tuna netra, anak-anak ini memerlukan buku-buku braille, dan akses lingkungan yang mendukung bagi orientasi dan mobilitas siswa tunanetra di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi ini. Begitu juga tunarungu, mereka juga memerlukan para pendidik yang mampu ber isyarat dan tentunya buku-buku yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan perbendaharaan kata anak tunarungu ini. Sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan di kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, masih memilki sarana dan prasarana yang belum mencukupi bagi anak berkebutuhan khusus. Seperti untuk siswa tunanetra, buku-buku braille belum terdapat di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Ruangan dan alat-alat asesmen anak-anak berkebutuhan khusus juga belum terdapat pada sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dan lain-lainnya.

IV. KESIMPULAN DAN HARAPAN Sistem Pendidikan inklusi sangat berperan penting bagi sosialisasi dan perkembangan akademik anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan adanya sistem pendidikan inklusi ini anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan di sekolah- sekolah reguler seperti anak-anak normal lainnya. Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi Khususnya di kabupaten Pelalawan ini dibutuhkan Sumber daya manusia, seperti pendidik dan tenaga kependidikan yang memahami sistem pendidikan inklusi dan pelaksanaannya, selain itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan layanan pendidikan inklusi di sekolah reguler tersebut. Penulis sangat mengharapkan adanya kerjasama dari semua pihak untuk membantu pelaksanaan pendidikan inklusi sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga siswa-siswa berkebutuhan khusus merasa lebih diperhatikan dan memicu semangat dalam belajar dan berkarya. Mulia karna karya.

DAFTAR PUSTAKA Asep Yana Suhardiana, pengertian dan tugas guru pembimbing khusus.(online) (http://asep yana S/2016/pengertian dan tugas guru pembimbing khusus/diakses 16 November 2016) Hetty Rusyanti. 2015. Pengertian pendidikan inklusi. (online). (http: //kajian teori.com/2015/12/30/ pengertian pendidikan inklusi/diakses 16 November 2016) Sekolah Inklusif. 2013. Prospek Sekolah Inklusi Sebagai Sekolah Masa depan. (online). (http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/09/prospek-sekolah-inklusisebagai-sekolah-masa-depan/diakses 16 November 2016) ---------------------, Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang- Undang Sisdiknas. Jakarta : Sinar Grafika