Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1

dokumen-dokumen yang mirip
No.17/52/DKSP Jakarta, 30 Desember 2015 S U R A T E D A R A N

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER)

100% Kartu Debit Ber-Chip Pada 2021

Jakarta, 29 Maret 2007

BAB I PENDAHULUAN. Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum

Peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY)

BAB I. yang salah satu bentuknya berupa e-banking. 2 Dengan adanya fasilitas

E-Commerce. Ade Sarah H., M. Kom

SAMBUTAN PENUTUPAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT TEKNIS KE-17 KONFERENSI MINTS DI ASEAN (TEMAN) Yogyakarta, 12 Juni 2015

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pola hidup konsumtif kini menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. Ini

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

STIE DEWANTARA Manajemen Kartu Plastik

BAB I PENDAHULUAN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak peningkatan harga

BAB 3 KEBERLAKUAN DAN HAMBATAN PENERAPAN ELECTRONIC SIGNATURE Keberlakuan Electronic Signature dalam Electronic Commerce

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

BAB III TAGIHAN YANG SEBENARNYA. Electronic Bill Presentment And Payment adalah salah satu sarana yang

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar

Yang terhormat, - Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, Bapak H. Irman,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran. Evolusi sistem pembayaran berawal dari sistem barter. Dahulu,

2017, No payment gateway) merupakan pemenuhan atas kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai dengan menggunakan instrumen pembaya

BAB I PENDAHULUAN. strategi bisnis dunia usaha termasuk perbankan dengan menempatkan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. lagi, karena saat ini banyak sekali perusahaan yang ingin berkembang. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

BAB 1 PENDAHULUAN. Data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita telah menghadapi suatu era dimana keberhasilan strategi pemasaran suatu

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

BAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan lebih baik dan menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Kini

BAB I PENDAHULUAN. sekali mengalami perubahan (Jogiyanto, 2008: 1). Hal ini terjadi karena

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia Tahun : Kajian Regulasi, Pertumbuhan Volume dan Nilai Transaksi

Closing Remarks. Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi saat ini berdampak ke segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan semakin ketat, hal ini terlihat bahwa Bank berlomba lomba

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai produk layanan perbankan yang ditawarkan kepada nasabah muncul dengan

Yang Terhormat : Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Bapak Ir. H Achmad Diran;

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan

KUESIONER SURVEY ANALISIS FAKTOR KEAMANAN BERTRANSAKSI DAN KUALITAS PELAYANAN SISTEM INFORMASI PERBANKAN TERHADAP PENINGKATAN KEPUASAN NASABAH:

BAB. I PENDAHULUAN. Pentingnya teknologi informasi dalam bisnis tidak diragukan lagi. Banyak

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini telah menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi memberikan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan atau

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin kompetitif di pasar domestik maupun pasar internasional.

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perekonomian yang sehat tentunya tidak lepas dari kemajuan ilmu

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

Peluncuran Bersama Kartu Berlogo Nasional GPN Bank Indonesia, 3 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengadopsi Teknologi Informasi terutama Internet. Internet telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN INDONESIA FINTECH FESTIVAL & CONFERENCE

e-commerce e-payment Wisnu Hera

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilarang oleh agama. (Sahara, 2007) dalam Ariyanti (2011)

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya dari layanan perbankan kepada nasabah. Pelayanan yang diberikan

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

KEYNOTE SPEECH PEJABAT SEMENTARA GUBERNUR BANK INDONESIA PADA SEMINAR "REFORMASI NASIONAL"

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jakarta, 18 Desember (Daftar selanjutnya optional, dapat tidak disebutkan nama, cukup institusinya)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket

BAB I BAB I PENDAHULUAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

Launching Gerbang Pembayaran Nasional

BAB V PENUTUP. ketentuan yang dipersyaratkan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa industri perbankan adalah merupakan industri yang menjual. kepercayaan kepada masyarakat sebagai nasabahnya.

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh.

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran merupakan hal penting bagi manusia dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. media layanan elektronik (e-channel) saat ini telah jauh berkembang. Bahkan

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka

commerce di Indonesia sebesar US$ 230 juta, dan diperkirakan akan meningkat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. transaksi ekonomi terus mengalami perkembangan dan

BAB XI TEKNOLOGI PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Transkripsi:

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan Pada Layanan Perbankan Elektronik Ronald Waas 1 Yang saya banggakan, Ketua Umum dan Jajaran Pengurus Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Para Pembicara dari Bank Indonesia, Bareskrim, Visa Internasional, dan Master Card Internasional Hadirin Para Peserta Seminar dan Undangan yang berbahagia, Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama, ijinkan saya untuk mengajak kita semua memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenannyalah kita dapat berkumpul dan berdiskusi mengenai Pencegahan dan Penanganan Kejahatan pada Layanan Perbankan Elektronik. Saya sendiri gembira karena dalam dua hari berturut-turut penyelenggaraan seminar mengenai Sistem Pembayaran melalui sudut pandang yang berbeda dilakukan. Artinya semakin banyak kita bersinergi dan memiliki kepedulian terhadap sistem pembayaran. Di tengah ketidakpastian global yang masih terus berlangsung, rasanya kita harus terus berbangga karena stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi yang masih berkisar antara 6.3-6.7%, nilai tukar yang terjaga volatilitasnya pada kisaran Rp 9400, dan tingkat inflasi tahunan yang sampai dengan Juni ini mencapai 4.53%. Kondisi ini tentunya mendorong kepercayaan dan persepsi positif pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian domestik. 1 Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, disampaikan pada Seminar Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia: Pencegahan dan Penanganan Kejahatan pada Layanan Perbankan Elektronik, Jakarta 5 Juli 2012. 1

Bapak/Ibu dan Hadirin yang Saya Hormati, Kestabilan sistem keuangan ini tentunya berdampak pada kondisi Bank di Indonesia, sebagai bagian dari sistem keuangan suatu Negara. Saat ini Bank dalam menjalankan fungsinya dan mempertahankan eksistensi bergantung mutlak pada kepercayaan nasabah dan untuk mendapatkan kepercayaan nasabah Bank berlomba untuk memberikan service yang terbaik. Pesatnya perkembangan teknologi dan keinginan untuk memberikan nilai tambah pada nasabah membuat bergesernya sistem pelayanan Bank. Saat ini dalam melakukan kegiatan usaha atau memberikan layanan kepada nasabah, bank berevolusi dari model konvensional face to face dan didasarkan pada paper document ke model layanan dengan model non face to face dan digital. Pemanfaatan Teknologi Informasi, media dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless). Kenyamanan dan kecepatan bertransaksi saat ini adalah kata kunci Bank dalam memberikan layanan kepada nasabah. Layanan perbankan yang diselenggarakan kini menawarkan berbagai kemudahan yang dapat dimanfaatkan masyarakat setiap saat dan dimana saja, tidak dibatasi jarak, ruang dan waktu. Beberapa jenis layanan menggunakan teknologi informasi yang sudah tidak asing lagi kita gunakan, antara lain adalah: Layanan perbankan online, Layanan jaringan mesin ATM (Automated Teller Machine), Layanan jaringan EDC (Electronic Data Capture), Layanan phone banking, Layanan internet banking, Layanan kartu kredit, kartu cicilan dan untuk pembayaran tunda sejenisnya. Kita menyadari bahwa penggunaan Teknologi Informasi bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi banyak memberikan kenyamanan dan kelancaran, hal ini tentunya mempercepat perpindahan transaksi dana yang akan mempengaruhi kegiatan perekonomian di Indonesia namun di sisi lain sarana efektif perbuatan melawan hukum. Semakin canggih teknologi yang 2

digunakan, dan semakin bertambahnya volume dan nominal transaksi dengan menggunakan layanan elektronik perbankan ternyata berbanding lurus dengan jumlah peningkatan kejahatan elektronik. Berdasarkan kajian yang dilakukan ID-SIRTII 2, ada beberapa titik rawan dalam keamanan dan kasus kejahatan terkait layanan perbankan elektronik di Indonesia. Pertama, kerawanan prosedur perbankan, yaitu lemahnya proses identifikasi dan validasi calon nasabah, sehingga mudah untuk dilakukan pemalsuan identitas. Kedua, Kerawanan fisik, dimana kartu ATM yang digunakan bank saat ini jenisnya magnetic stripe card yang tidak dilengkapi pengaman chip (smart card), sehingga skimming PIN mudah dilakukan. Ketiga, kerawanan aplikasi, aplikasi yang dikembangkan oleh perbankan harus mengikuti faedah secure programming dari front end sampai dengan back end. Keempat, Kerawanan perilaku atau faktor manusianya baik dari sisi perbankan maupun dari sisi nasabah yang cenderung careless dalam bertransaksi. Kelima, Kerawanan regulasi dan kelemahan penegakan hukum. Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronis (ITE). UU ITE mengakui transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak elektronik yang mengikat para pihak (transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim oleh Pengirim diterima dan disetujui oleh Penerima). Dalam rangka perlindungan konsumen, UU ITE mengatur adanya teknologi netral yang dipergunakan dalam transaksi elektronik, serta mensyaratkan adanya kesepakatan penggunaan sistem elektronik yang dipergunakan. Selain itu, setiap penyelenggara sistem elektronik diwajibkan untuk menyediakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya. Di masa depan akan semakin banyak peraturan yang digolongkan sebagai cyber law ini akan diberlakukan oleh pemerintah, sehingga ada kepastian hukum bagi para penyelenggara layanan dan pengguna. 2 Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure ID-SIRTII 3

Bank Indonesia telah menerbitkan berbagai pengaturan terkait penggunaan teknologi informasi bagi perbankan dan lembaga penyelenggara sistem pembayaran dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia. Pengaturan tersebut antara lain ditujukan untuk meningkatkan keamanan, integritas data, dan ketersediaan layanan electronic banking, misalnya dengan mewajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk menggunakan chip pada tahun 2010. Disadari jumlah kejahatan terbesar dalam layanan perbankan elektronik adalah pada Alat Pembayaran Menggunakan Kartu, terutama penggunaan kartu kredit. Inisiatif ini terbukti dapat mengurangi jumlah fraud kartu kredit secara signifikan. Pada bulan Mei 2012 tercatat 1.009 kasus fraud yang dilaporkan dengan nilai kerugian mencapai Rp 2,37 miliar. Jenis fraud yang paling banyak terjadi adalah pada pencurian identitas dan Card Not Present (CNP) yaitu masingmasing sebanyak 402 kasus dan 458 kasus dengan nilai kerugian masingmasing mencapai Rp 1,14 miliar dan Rp 545 juta yang dialami oleh 18 penerbit. Walaupun demikian, berdasarkan data Mastercard, peringkat fraud Indonesia berada pada posisi kedua terendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Pasifik. Sedangkan berdasarkan data Visa, peringkat fraud Indonesia berada pada posisi ketiga terendah dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, jauh lebih rendah dibandingkan Singapore dan Malaysia. Perhitungan ini diperoleh berdasarkan Nilai Fraud dibagi dengan Total Nilai Transaksi dalam periode perhitungan. Penggunaan chip pada kartu atm/debit juga sudah mulai digagas dan selambatnya harus dilakukan pada akhir 2015, demikian pula dengan penggunaan 6 digit PIN pada kartu kredit yang selambatnya dilakukan pada akhir 2014. Lebih detilnya tentu akan dijelaskan pada sesi pemaparan oleh Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran. 4

Jika berbicara mengenai penanganan, maka saat ini sudah ada UU Perlindungan Konsumen dan Bank Indonesia selaku regulator juga sedang membahas mengenai PBI Perlindungan Konsumen baik untuk perbankan maupun pelaku sistem pembayaran. Kami akan terus menaruh perhatian terkait peningkatan perlindungan konsumen guna menjaga terciptanya hubungan yang saling menguntungkan antara investor-nasabah-lembaga perbankan. Hal ini penting agar dapat terwujud ketahanan industri keuangan dan perbankan, yang selanjutnya diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sebelum saya mengakhiri key note saya hari ini, menurut saya inilah saatnya kita berada pada era kesetaraaan dalam mewujudkan sistem pembayaran yang aman dan efisien. Penanggulangan kejahatan pada layanan perbankan elektronik harus menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita harus meningkatkan kesadaran dan menanamkan pemahaman tentang resiko dari pemanfaatan teknologi yang digunakan oleh layanan perbankan terutama kepada masyarakat luas, nasabah, pemerintah/regulator, aparat penegak hukum dan penyelenggara layanan itu sendiri (bank, merchant, operator layanan pihak ketiga dlsb.). Karena masalah keamanan adalah tanggung jawab bersama, semua pihak harus turut serta berperan aktif. Ada sebuah jargon dalam dunia security Teknologi Informasi: your security is my security, artinya semua pihak pasti memiliki potensi resiko berbeda yang dapat dieksploitasi oleh pihak lain yang berniat tidak baik/kriminal. Misalnya, bank tidak mungkin melakukan pengamanan apabila nasabah tidak memiliki pemahaman mengenai kemungkinan resiko kerawanan dan kelemahan pada sistem elektronik yang digunakan. Sebaliknya, nasabah yang telah berhati-hati sekalipun akan dapat menjadi korban apabila bank lalai atau gagal di dalam pengawasan dan upaya peningkatan pengamanan sistem tidak dilakukan secara terus-menerus. Demikian juga apabila aturan dari pemerintah lemah dan penegak hukum tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk terus mengikuti perkembangan sistem dan teknologi maka ketika terjadi insiden akan sulit untuk melakukan penindakan. Hal yang harus 5

diingat adalah pengguna layanan elektonik perbankan mayoritas adalah golongan menengah ke atas, cara edukasi dan sosialisasi kepada mereka dapat dengan mudah dilakukan, tentunya dengan memperhatikan karakteristik demografi mereka. Di Jepang, pemerintah menerapkan aturan yang mengubah mindset dunia perbankan di dalam mensikapi terjadinya insiden keamanan. Pemerintah Jepang mewajibkan kepada pihak bank yang mengalami insiden/serangan untuk membuka atau sharing informasi secara detail bukan hanya kepada nasabah melainkan juga kepada publik sehingga terjadi proses pembelajaran dan terbentuk kesadaran terhadap aspek keamanan dan pengamanan. Bank lain dapat secepatnya melakukan antisipasi seandainya memiliki kejadian serupa. Karena ini adalah tanggung jawab semua pihak termasuk negara, your security is my security. Sekian, Terima Kasih dan Selamat Berseminar. Jakarta, 5 Juli 2012 Ronald Waas 6