Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

Account Representative

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

Analisis Perkembangan Industri

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Kementerian Perindustrian

BMDTP TAHUN 2014 UNTUK SEKTOR INDUSTRI

JAKARTA, 12 DESEMBER Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua.

Analisis Perkembangan Industri

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

2 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komer

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Arah Kebijakan Pembangunan Industri Nasional dan Daerah. Palangkaraya, 28 September 2016

BAB VII PERPAJAKAN. Tahun 8 10: pengurangan pajak penghasilan badan dan perorangan sebesar 50%

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

DUKUNGAN PEMERINTAH KEPADA INDUSTRI SEKTOR TERTENTU MELALUI KEBIJAKAN BMDTP TA 2012

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang terdiri dari pulau. Dan dengan luas wilayah ,32

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PARLIAMENTARY STATE SECRETARY (DEPUTY MINISTER) JERMAN JAKARTA, RABU 18 MEI 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

Menperin Sebut Fasilitas Fiskal Tax Holiday Terbukti Mampu Tingkatkan Investasi Dalam Negeri

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

FASILITAS PPh Energi Terbarukan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

Lampiran 2. Realisasi investasi industri pionir 2009-k1 2012

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

Transkripsi:

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015

DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan Industri 6 III Sasaran dan Tahapan Pembangunan Industri 8 IV Bangun Industri Nasional 11 V Arah Kebijakan dan Strategi Industri Manufaktur 15 VI Beberapa Fasilitasi/Insentif Untuk Investor 16 VII Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 20

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Industri Non-Migas Indonesia Triwulan II Tahun 2015 8 7.46 (tahun dasar 2010, persen) 6 4 6.17 6.98 6.03 5.58 5.45 5.61 5.59 5.02 5.03 5.27 4,67 2 2011 2012 2013 2014 2014 TW I 2015 TW I Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Pertumbuhan PDB Ekonomi Jenis Pertumbuhan PDB INDUSTRI NON MIGAS Sumber : BPS diolah Kemenperin PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS 2011 2012 2013 2014 2014 TW II 2015 TW II 7,46 6,98 5,45 5,61 5,59 5,27 PDB EKONOMI 6,17 6,03 5,58 5,02 5,03 4,67 Pertumbuhan Industri Non Migas pada triwulan II tahun 2015 sebesar 5,27%, atau mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 sebesar 5,59%. Pertumbuhan industri Non Migas tersebut lebih besar dari pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,67%. 3

B. Perkembangan Ekspor Dan Impor Industri Non-Migas s.d Juli Tahun 2015 (US$ Juta) PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI NON-MIGAS S.D JULI TAHUN 2015 Jenis Perkembangan 2011 2012 2013 2014 s.d Juli 2014 s.d Juli 2015 Ekspor (US$ Juta) 122.188,7 116.125,1 113.030,0 117.329,9 68.506,5 63.268,4 Impor (US$ Juta) 126.099,5 139.734,1 131.400,7 123.826,4 71.633,3 63.038,2 Neraca Defisit (US$ Juta) -3.910,80-23.609,00-18.370,70-6.496,50-3.126,80 230,20 Sumber : BPS diolah Kemenperin Ekspor produk industri s.d Juli tahun 2015 sebesar US$ 63,27 miliar turun sebesar 7,65% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$ 68,51 miliar. Ekspor produk industri ini memberikan kontribusi sebesar 70,49% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 89,76 miliar. Impor produk industri s.d Juli tahun 2015 sebesar US$ 63,04 miliar turun sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar US$ 71,63 miliar. Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas s.d Juli tahun 2015 adalah US$ 0,23 miliar (neraca surplus) sedangkan pada periode yang sama tahun lalu defisit sebesar 3,13 miliar. 4

C. Perkembangan Investasi PMDN dan PMA Sektor Industri Triwulan II Tahun 2015 65.000 50.000 35.000 20.000 5.000 38.533,80 49.888,90 51.171,10 59.034,70 25.562,80 2011 2012 2013 2014 TW II 2015 PMDN PMA PERKEMBANGAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI s.d TW II TAHUN 2015 2011 2012 2013 2014 2014 TW II 2015 TW II Jenis Investasi P I P I P I P I P I P I PMDN 706 38.533,8 714 49.888,9 1.225 51.171,1 942 59.034,7 264 12.067,6 811 25.562,8 (Rp Miliar) PMA 1.643 6.789,6 1.714 11.770,0 3.322 15.858,8 3.075 13.019.3 1231 3.218,6 1.886 2.508,9 (US$ Juta) Total Investasi 2.349 10.643,0 2.428 16.758,9 4.547 20.975,9 4.017 18.922,8 1.495 4.425,4 2,697 5.065,2 (US$ Juta) Sumber : BPS diolah Kemenperin 22.000 17.000 12.000 7.000 2.000 6.789,60 11.770,00 15.858,80 13.019,30 2.508,90 2011 2012 2013 2014 TW II 2015 Nilai investasi PMDN sektor industri triwulan II pada tahun 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar 111,83% dibanding triwulan II tahun 2014 sebesar Rp 12,06 triliun. Sedangkan nilai investasi PMA sektor industri pada triwulan II tahun 2015 mencapai US$ 2,51 miliar atau menurun sebesar 22,05% dibandingkan triwulan II tahun 2014 sebesar US$ 3,21 miliar. Sehingga nilai total investasi yang masuk pada triwulan II pada tahun 2015 mencapai US$ 5,07 miliar. 5

II. VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI A. Visi Pembangunan Industri Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan: 1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global 3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi B. Misi Pembangunan Industri 1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; 2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; 3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; 4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; 5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan 7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. 6

C. Strategi Pembangunan Industri Nasional Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan industri nasional adalah sebagai berikut: 1. mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber daya alam; 2. pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi; 3. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri; 4. menetapkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI); 5. mengembangkan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Industri, dan Sentra Industri Kecil dan Menengah; 6. menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas kepada industri kecil dan menengah; 7. pembangunan sarana dan prasarana Industri; 8. pembangunan industri hijau; 9. pembangunan industri strategis; 10. peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan 11. kerjasama internasional bidang industri. 7

III. SASARAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI A.Sasaran Pembangunan Industri 1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri a. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035 sehingga kontribusi industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen); b. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri; c. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Indonesia; d. Meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri nasional; e. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi; f. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri; dan g. Menguatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan industri antara yang berbasis sumber daya alam. 8

2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2015 2020 2025 2035 1 Pertumbuhan sektor industri % 6,8 8,5 9,1 10,5 nonmigas 2 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB 3 Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor % 21,2 24,9 27,4 30,0 % 67,3 69,8 73,5 78,4 4 Jumlah tenaga kerja di sektor Juta 15,5 18,5 21,7 29,2 industri orang 5 Persentase tenaga kerja di sektor % 14,1 15,7 17,6 22,0 industri terhadap total pekerja 6 Rasio impor bahan baku sektor % 43,1 26,9 23,0 20,0 industri terhadap PDB sektor industri nonmigas 7 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun 270 618 1.000 4.150 8 Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 27,7 29,9 33,9 40,0 9

B. Penahapan Capaian Pembangunan Industri Tahap I 2015-2019 Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Tahap II 2020-2024 Keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan Tahap III 2025-2035 Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh Catatan : Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunan industri dalam RPJPN 2005-2025. 10

A. Bangun Industri Nasional 11

B. Penetapan Industri Prioritas KRITERIA KUANTITATIF (BERDASARKAN PAST PERFORMANCE) 1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (memiliki potensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri); 2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja ( berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja produktif); 3. Memiliki daya saing internasional (memiliki potensi untuk tumbuh danbersaing di pasar global); 4. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri ( memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian); 5. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri; dan 6. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan teknologi. KRITERIA KUALITATIF (BERDASARKAN VISI KEDEPAN) 1. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional. 2. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi. 3. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri. 12

C. Industri Prioritas Tahun 2015-2035 Industri Pangan Industri Pembangkit Energi Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Hulu Agro Industri Alat Transportasi Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Elektronika dan Telematika / ICT Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara 13

D. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Industri 1 PENETAPAN INDUSTRI PRIORITAS Pembangunan 10 (sepuluh) Kelompok Industri yaitu: (1) Industri Pangan; (2) Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan; (3) Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka; (4) Industri Alat Transportasi; (5) Industri Elektronika dan Telematika/ICT; (6) Industri Pembangkit Energi; (7) Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong; (8) Industri Hulu Agro; (9) Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan (10) Industri Kimia Dasar Berbasis PEMBANGUNAN Migas dan Batubara 2 SUMBER DAYA INDUSTRI 1. Pembangunan Sumber Daya Manusia; 2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam; 3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri; 4. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi; 5. Penyediaan Sumber Pembiayaan 3 PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI 1. Pengembangan Standardisasi Industri 2. Pembangunan Infrastruktur Industri 3. Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional 4 PEMBERDAYAAN INDUSTRI 1. Pengembangan Industri Hijau 2. Pengembangan Industri Strategis, 3. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan 4. Kerjasama Internasional di bidang industri. 5 PERWILAYAHAN INDUSTRI 1. Penetapan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI); 2. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri; 3. Pembangunan Kawasan Industri; 4. Pengembangan Sentra IKM 6 PENGEMBANGAN IKM 1. Pemberian insentif; 2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan; 3. Standardisasi, procurement dan pemasaran bersama; 4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru 5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan ekspor 6. Peningkatan kemampuan kelembagaan; 7. Kerjasama kelembagaan. 14

V. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI INDUSTRI MANUFAKTUR A. Pengembangan Perwilayahan Industri Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau Jawa dilakukan melalui beberapa hal, antara lain: (1) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) Kawasan Peruntukan Industri; (3) Kawasan Industri; (4) Sentra IKM; (5) Kawasan Ekonomi Khusus; (6) Kawasan Berikat / Export Processing Zone (EPZ); dan (7) Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ). Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah: 1. Fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) di luar pulau Jawa. 2. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari 11 di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia. B. Penumbuhan Populasi Industri Penumbuhan Populasi Industri dilakukan dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50% tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. Strategi utama penumbuhan populasi adalah dengan mendorong investasi baik melalui penanaman modal asing maupun modal dalam negeri. C. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas Peningkatan daya saing dan produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja). 15

VI. BEBERAPA FASILITASI/INSENTIF UNTUK INVESTOR : 1. Fasilitas Tax Holiday 1 Industri logam dasar Diberikan kepada industri pionir: Minimal investasi Rp. 1 Triliun Badan Hukum setelah 15 Agustus 2010 2 4 3 Industri pengilangan minyak bumi dan/atau industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam Industri permesinan Industri di bidang sumber daya alam terbarukan Bentuk fasilitas: Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sampai paling lama 10 (sepuluh) tahun Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2 (dua) tahun 5 Industri peralatan komunikasi 16

2. Fasilitas Tax Allowance Fasilitas ini diberikan kepada investasi baru atau perluasan di sektor industri yang memenuhi syarat tertentu. Kriteria umum sesuai PP No. 18 Tahun 2015, antara lain: 1) Memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor; 2) Memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau 3) Memiliki kandungan lokal yang tinggi. Bentuk fasilitas yang diberikan: 1) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun; 2) Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; 3) Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku; dan 4) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan beberapa ketentuan. 17

3. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) a. Dasar Hukum. UU APBN PMK Induk PMK Sektor Perdijen DJBC Tata cara pemberian BMDTP Peraturan Menteri Perindustrian (Verifikasi Industri) Peraturan Menteri Perindustrian (Penunjukan Verifikator) Peraturan Kepala BPKIMI (Juknis Pelaksanaan Verifikasi Industri) Peraturan Dirjen Pembina Sektor Industri (Tata cara penandasahan RIB dan Penetapan Alokasi Pagu Anggran BMDTP) 18

19

VII. PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) 1. Tujuan dan Sasaran P3DN Tujuan : 1. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan usaha dan masyarakat. 2. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik, mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. 3. Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahan baku, komponen, teknolog i dan SDM dari dalam negeri. P3DN Sasaran : 1. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh Kementerian / Lembaga Negara, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupun masyarakat. 2. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 3. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN. 4. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan produk dalam negeri. 20

2. Kewajiban Pengguna P3DN a) Kewajiban bagi Kementerian, Lembaga dan satuan kerja perangkat daerah dalam pengadaan barang/jasa dengan sumber pembiayaannya dari APBN, APBD, termasuk pinjaman atau hibah dari dalam dan luar negeri; (Pemerintah & Pemerintah Daerah) b) BUMN, BUMD dan swasta dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari APBN, APBD dan/atau pekerjaannya dilakukan melalui pola kerjasama antara Pemerintah dengan badan usaha swasta dan/atau mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara. c) Wajib menggunakan barang produksi dalam negeri, apabila terdapat produk dalam negeri yang memiliki penjumlahan nilai TKDN barang dan nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) minimal 40% dengan nilai TKDN Barang minimal 25%. d) Wajib mencantumkan persyaratan Produk dalam negeri yang wajib digunakan; e) Harus memberikan informasi mengenai rencana kebutuhan barang/jasa termasuk spesifikasi teknis, jumlah, harga dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. f) Harus mempertimbangkan kemampuan industri dalam negeri; g) Informasi harus diumumkan melalui media elektronik, media cetak dan/atau melalui Sistem Informasi Industri Nasional Kementerian Perindustrian. h) Wajib memberikan preferensi harga atas produk dalam negeri yang memiliki nilai TKDN barang lebih besar atau sama dengan 25); dan jasa konstruksi yang dikerjakan oleh perusahaan jasa dalam negeri paling tinggi 7,5% di atas harga penawaran terendah dari perusahaan jasa asing. 21

3. Proyek Proyek Infrastruktur Yang Menggunakan P3DN a) Usaha Hulu Migas yang dikoordinasikan oleh SKK Migas dan di lakukan oleh Kontrak Karya Kerjasama (K3S) dibawah Kementerian ESDM. b) Pembangunan Power Plant & Transmisi, Energi, PT. PLN, PT. PGN dibawah Kementerian BUMN. c) Pembangunan Infrastruktur jalan, bendungan, jembatan, gedung perumahan dibawah Kementerian PU & Perumahan Rakyat. d) Pembangunan Jalan Kereta Api, Pelabuhan, Bandara, Transportasi, poros maritim, dibawah Kementerian Perhubungan. e) Pembangunan Telekomunikasi & IT PT. Telkom dibawah Kementerian Komunikasi dan Informasi. 22

Menteri Perindustrian Republik Indonesia TERIMAKASIH 23