BAB I PENDAHULUAN total penduduk di DKI Jakarta mencapai jiwa 1. Dengan jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Pelayanan untuk Riau Sehat. Riau Sehat Pemprov Riau melalui dinas terkait terus memberikan pelayanan kesehatan terbaik pada masyarakat.

Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

Notulen Diskusi Komuitas Informasi Pojok JKN Kebumen. dengan Peserta Jamkesmas Desa Jogomulyo Kec. Buayan Kab. Kebumen

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

Analisa Media Edisi Januari 2014

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahan 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 6.

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dewasa ini sasaran utama ialah lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang awalnya bertujuan sosial untuk memberikan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB. I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan hak-haknya

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

Marita Ahdiyana, M. Si

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Oleh : Misnaniarti FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang

PENGALAMAN BAIK KOTA TANGERANG DALAM PENYEDIAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH SERTA TANTANGAN YANG DIHADAPI PASKA PEMBERLAKUAN JKN

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 169 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian sebagai berikut:

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara, DKI Jakarta merupakan pusat Pemerintahan dan perekonomian yang sangat padat penduduknya di negeri ini. Tercatat pada tahun 2011 total penduduk di DKI Jakarta mencapai 10.187.595 jiwa 1. Dengan jumlah penduduk yang padat tersebut, ternyata menimbulkan sejumlah masalah, diantaranya ialah masalah jaminan sosial. Masalah jaminan sosial terutama jaminan kesehatan merupakan isu yang hangat dibicarakan oleh warga DKI Jakarta mengingat ketimpangan sosial yang tinggi di masyarakat menimbulkan perbedaan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Bagi warga kelas menengah keatas dapat dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, namun tidak demikian bagi warga miskin yang hidup di pemukiman padat penduduk atau di bantaran kali. Jumlah penduduk miskin sendiri di DKI Jakarta makin bertambah sebanyak 51,24 ribu jiwa yang semula pada Maret 2010 hanya 312,18 ribu jiwa menjadi 363,42 ribu jiwa pada Maret 2011 2. Bagi penduduk miskin Jakarta, pelayanan kesehatan yang berkualitas hanyalah mimpi belaka. Bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa orang miskin dilarang sakit. Merespon masalah jaminan sosial dan kesehatan tersebut, Gubernur DKI Jakarta pada masa itu, Joko Widodo mengeluarkan kebijakan dibidang jaminan 1 dki.kependudukancapil.go.id. Anonym. Tth. Jumlah Penduduk DKI Jakarta. Dapat diakses pada : http://dki.kependudukancapil.go.id/?itemid=63&id=4&option=com_content&view=article. Diakses pada 15 April 2013 pukul 11.00 wib. 2 www.menkokesra.go.id. Anonym. Tth. BPS: Warga Miskin Jakarta Bertambah. Dapat diakses pada: http://www.menkokesra.go.id/content/bps-.warga-miskin-jakarta-bertambah.diakses pada 11 April 2013 pukul 09.30 wib.

kesehatan yaitu program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang juga merupakan janji politik pasangan Jokowi-Ahok saat kampanye. Masyarakat DKI Jakarta sendiri menilai bahwa, program ini cukup menyakinkan dan reliable untuk dilaksanakan, pasalnya Jokowi saat menjabat sebagai Walikota Solo pernah melaksanakan program yang serupa yaitu Kartu Solo Sehat. Program ini juga menjadi salah satu program unggulan ditengah masalah buruknya pelayanan kesehatan yang sedang meradang di DKI Jakarta. Potret buruknya pelayanan kesehatan seringkali diberitakan di media massa antara lain masalah biaya pengobatan penyakit yang sangat mahal hingga penolakan terhadap pasien yang kurang mampu. A.1 Gambaran Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan di DKI Jakarta Program KJS sendiri merupakan program kartu jaminan asuransi kesehatan yang diberikan kepada warga yang miskin dan warga yang memiliki potensi miskin yang berdomisili di wilyah DKI Jakarta yang telah diimplementasikan sejak bulan November 2012. Selain dinilai cukup menyakinkan untuk diimplementasikan, Program KJS juga dinilai sangat menguntungkan bagi warga Jakarta. Pasalnya dengan menggunakan KJS setiap warga Jakarta yang berobat ke Rumah Sakit (RS) yang bekerjasama dalam program KJS tidak dipungut biaya sedikitpun alias gratis. Adapaun syarat berobat di RS yang bekerjasama dengan KJS, warga yang tidak mampu membayar dan belum terdaftar dalam Jamkesda hanya cukup membawa KTP DKI Jakarta saja setelah mendapat rujukan dari Puskesmas.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta sendiri menargetkan 4,7 juta peserta KJS dengan rincian 1,2 juta peserta Jamkesmas dan 3,5 juta peserta dari penduduk DKI yang kurang mampu 3. Dengan total target 4,7 juta peserta KJS, DPRD DKI Jakarta menyetujui anggaran kesehatan pemprov DKI Jakarta sebesar Rp 1,2 triliun untuk tahun 2013, dimana sebanyak Rp 300 miliar digunakan untuk membayar utang Jamkesda tahun sebelumnya, dan sisanya untuk program KJS. Sedangkan untuk tahun 2014, anggaran KJS telah disepakati bertambah Rp 200 miliar 4. Program KJS pada tahun 2013 juga merupakan program uji coba untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan di kelola oleh Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan menggunakan sistem tariff INACBGS. Ditingkat pemeritah pusat sendiri, juga terdapat program dibidang jaminan kesehatan yang serupa dengan KJS yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang resmi diimpelmentasikan pada 1 Januari 2014. JKN sendiri merupakan program jaminan kesehatan Pemerintah dan masyarakat/rakyat secara nasional. Tujuan dari JKN sendiri yaitu memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Program JKN dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam prakteknya JKN dilaksanakan dibawah naungan BPJS Kesehatan. 3 Jakarta.go.id. Erna. Tth. PT Askes Resmi Kelola Dana KJS. Diunduh pada: http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/04/pt-askes-resmi-kelola-dana-kjs#.uztbthbrfqw tanggal 28 maret 2014 puku 09.27 wib. 4 metro.news.viva.co.id. Susila, Suryanta Bakti & Eka Permadi. 2 Oktober 2013. Ini Besaran Dana yang Diajukan Ahok Untuk KJS. Diunduh pada: http://metro.news.viva.co.id/news/read/448495- ini-besaran-dana-yang-diajukan-ahok-untuk-kjs tanggal 26 Agustus 2014 pukul 08.00 wib.

Tidak jauh berbeda dengan KJS, kepersertaan JKN sendiri memang tidak sepenuhnya melingkupi jaminan kesehatan gratis bagi seluruh warga Indonesia namun kepesertaannya dibagi menjadi dua jenis yaitu kepesertaan mandiri dan kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Untuk kepesertaan mandiri merupakan peserta dari golongan mampu untuk membayar iuran yang mendaftar langsung ke kantor BPJS Kesehatan. Sedangkan peserta PBI ialah peserta yang dari golongan fakir miskin dan orang tidak mampu yang seluruh iurannya ditanggung oleh Pemerintah. Kepesertaan PBI ditetapkan berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh lembaga statistik Negara (BPS), berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh pemeritah dengan begitu, tentunya peserta Jamkesmas yang telah terdata sebelumnya secara otomatis terintegrasi sebagai peseta PBI. Karena JKN merupakan program beskala nasional maka ditargetkan seluruh warga Negara Indonesia menjadi peserta JKN dan nantinya akan bersifat wajib. Anggaran untuk kepesertaan PBI sendiri Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar 19,8 triliun Rupiah dari APBN 2014 untuk membayar iuran 86,4 juta peserta PBI 5. Dari 86,4 juta peserta PBI, data Dinas Kesehatan DKI yang bersumber dari data BPS menyatakan bahwa di DKI Jakarta hanya terdapat 1,1 juta jiwa yang terdaftar sebagai PBI JKN BPJS Kesehatan 6. 5 Jpnn.com. Anonym. 15 Maret 2014. Kemenkes: BPJS Kesehatan Masih Sehat. Diunduh pada http://www.jpnn.com/read/2014/03/15/222099/kemenkes:-bpjs-kesehatan-masih-sehat- tanggal 27 Agustus 2014, pukul 11.04 wib. 6 Mentro.sindonews.com. yuanita. 18 Juni 2014. Kadinkes DKI: KJS tak Mati! Diunduh pada http://metro.sindonews.com/read/874531/31/kadinkes-dki-kjs-tak-mati tanggal 27 Agustus 2014 pukul 11.06 wib.

A.2 Masalah Kepesertaan, Pelayanan dan Pembiayaan Pada awal tahun 2014, proses implementasi kebijakan KJS dan JKN- BPJS Kesehatan ternyata mengalami permasalahan. Terdapat sekitar 1,1 juta jiwa penduduk DKI yang terdaftarar dalam KJS juga terdaftar sebagai penerima Jamkesmas yang secara otomatis menjadi peserta PBI JKN-BPJS. Dari 1,1 juta jiwa tersebut, ada sebagian yang sudah terintegrasi dengan JKN merasa kecewa karena harus membayar pelayanan kesehatan yang tidak tercakup dalam pelayanan JKN, padahal sebelummnya pelayanan tersebut digratiskan dalam KJS. Pelayanan kesehatan yang belum tercakup dalam JKN tersebut seperti pelayanan cek darah dan cek jantung. Akar masalah tersebut bersumber dari premi JKN yang lebih rendah dari premi KJS yaitu hanya Rp 19.000 sedangkan premi KJS mencapai Rp 23.000 sehingga menyebabkan pelayanan yang berbeda pula. Belum lagi penggunaan tariff Indonesian Case Base Groups (INACBGS) dalam program KJS dan JKN yang menurut beberapa pihak kususnya rumah sakit menyebabkan kerugian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Barry selaku Wakil Direktur Rumah Saktit MH Thamrin yang menyatakan bahwa program KJS yang menggunakan tariff INACBGS rata-rata hanya mengcover biaya 30 persen saja dari biaya seharusnya sehingga pihak RS merugi 7. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2014, peneliti tidak menemukan fenomena tumpang tindih kebijakan baik dari segi kepesertaan, pembiayaan maupun pelayanan. Hal tersebut disebabkan karena 7 news.detik.com. Rivki. 23 Mei 2013. Ini Alasan 2 Rumah Sakit Swasta Tolak Program KJS. Dapat diakses di: http://news.detik.com/read/2013/05/23/123655/2253896/10/ini-alasan-2-rumahsakit-swasta-tolak-program-kjs. Diakses pada 28 Maret 2014 pukul 06:55 wib.

sejumlah permasalahan yang muncul telah teratasi pada masa awal pengimplementasian kebijakan JKN. Selain itu juga dikarenakan kebijakan KJS yang berjalan pada tahun 2013 telah dilebur dan diintegrasikan pengimplementasiaannya dengan kebijakan JKN di tahun 2014. Dengan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah/tindakan yang telah dilakukan baik oleh pihak Pemda Provinsi DKI Jakarta dan pihak BPJS Kesehatan dalam mengatasi masalah yang muncul selama proses Implementasi JKN di DKI Jakarta pada tahun 2014 khususnya dalam hal proses pengintegrasian kebijakan KJS dengan JKN. Langkah-langkah dari kedua pihak tersebut dalam menangani masalah dapat dijadikan acuan best practice bagi wilayah/daerah lain yang mengalami hal serupa mengingat kebijakan JKN merupakan kebijakan tingkat Nasional serta munculnya kebijakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada awal November 2014 yang cukup rentan akan munculnya masalah tumpang tindih dengan kebijkan JKN yang telah berjalan sebelumnya. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses integrasi implementasi kedua kebijakan yaitu KJS dan JKN di DKI Jakarta pada tahun 2014.

B. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana proses implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan di DKI Jakarta?, khususnya dalam proses integrasi program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dengan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2014? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan di DKI Jakarta pada tahun 2014? C. Tujuan Mengetahui langkah-langkah/tindakan yang dilakukan baik oleh pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pihak BPJS Kesehatan selama proses implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan di DKI Jakarta?, terutama dalam pengintegrasian kebijakan KJS dengan JKN? Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses integrasi implementasi kebijakan KJS dan JKN di DKI Jakarta pada tahun 2014? D. Manfaat Bagi pihak Pemerintah : memberikan informasi dan rujukan kepada pihak Pemda DKI Jakarta dan pusat tentang kondisi nyata penyelenggaraan Jaminan sosial kesehatan masyarakat di DKI jakarta.

Bagi pihak Masyarakat : memberikan informasi kepada masayarakat mengenai gambaran umum tentang penerapan program KJS dan JKN. Bagi Akademisi : menjadi bahan rujukan yang relevan dengan data yang valid untuk penelitian tentang penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan berikutnya.