BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang W.H Mosley, J.H Bungey, 1989 Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003 Ferguson,P.M; Sutanto,B;Setianto,K.

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUMUSAN MASALAH

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

menggunakan ketebalan 300 mm.

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG UNIVERSAL MEDICAL CENTER DI PANDAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA (DUAL SISTEM) Alexander Vedy Christianto ABSTRAK

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

MAKALAH TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI KEDIRI DENGAN SISTEM GANDA MENGGUNAKAN BASEMENT

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN THE BELLEZZEA OFFICE JAKARTA SELATAN MENGGUNAKAN FLAT SLAB

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL NAWASAKA SURABAYA DENGAN SISTEM GANDA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

TUGAS AKHIR RC

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PANDAN WANGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA UNTUK DIBANGUN DI BENGKULU

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

TUGAS AKHIR RC

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

Gedung yang dibangun dengan sistem rangka pemikul momen (SRPM) dengan balok masih mempunyai kekurangan bila ditinjau dari segi tinggi gedung dan

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

MODIFIKASI GEDUNG FAKULTAS HUKUM UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE FLAT SLAB TUGAS AKHIR

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PRAKATA. Akhirnya penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya insan Teknik Sipil.

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Modifikasi Struktur Gedung Hotel Nawasaka Surabaya dengan Sistem Ganda

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

PRESENTASI TUGAS AKHIR

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

BAB I PENDAHULUAN. Pelat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah.

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

Perhitungan Struktur Bab IV

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing Tugas Akhir Prof.Dr.Ir. I Gusti PutuRaka,DEA Dr.Ir.DjokoUntung EKO SIHONO

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG SANTIKA HOTEL BEKASI DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang dengan Luas wilayah administasi 4.576 km² dan Dengan jumlah penduduk pada Tahun 2003 sebanyak 2,239 Juta jiwa serta Kepadatan Penduduk 511 Jiwa/Km². maka Pemerintah Kab. Malang segera membenahi diri dalam banyak aspek yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan & pelayanan terhadap masyarakat. Dan salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Guna menunjang aktivitas pelayanan kesehatan di Kota Kepanjen, maka diperlukan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi segenap masyarakat Kabupaten malang yang khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Kepanjen. Proyek pembangunan gedung RSUD Kepanjen berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Kepanjen Malang yang memiliki Ukuran Bangunan 17.60 m x 29.30 m (515.68 m 2 ) adalah proyek milik Dinas Pemukiman, Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Malang, merupakan gedung berlantai 2 yang direncanakan oleh Karya Nugraha Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu pelat dua arah dengan balok-balok penumpu. Pada tugas akhir ini bangunan gedung RSUD Kepanjen tersebut direncanakan ulang dengan menggunakan perencanaan struktur flat slab di wilayah gempa menengah dengan menambahkan struktur dinding geser sebagai penahan gaya lateral akibat gempa. Dengan memperhatikan kemungkinan penambahan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 2 lantai menjadi 10 lantai dengan ukuran bangunan hasil modifikasi 18 m x 30 m. Perkembangan dibidang teknik sipil yang begitu pesat mendorong seorang engineer untuk melakukan inovasi dalam merencanakan suatu gedung. Salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan struktur flat slab. Struktur flat slab ini sendiri adalah pelat beton bertulang yang ditumpu secara langsung oleh kolom-kolom beton tanpa memakai balok-balok perantara. Pelat dapat mempunyai tebal konstan seluruhnya atau dapat dipertebal di daerah kolom dengan suatu pelat tiang (drop panel). (W.H Mosley, J.H Bungey, 1989). Flat slab merupakan sistem yang relatif baru bagi negara kita karena aplikasinya masih sangat sedikit dibandingkan sistem konvensional. Mengapa flat slab?, karena flat slab ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah : (Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003). fleksibilitas terhadap tata letak ruang waktu pengerjaan yang relatif pendek menghemat tinggi bangunan Plat rata merupakan bagian konstruksi yang tipis, tidak ekonomis dalam hal baja tulangan, tetapi ekonomis dalam hal bekistingnya. Karena bekisting mewakili lebih dari separo biaya beton bertulang, maka bekisting yang ekonomis sering berarti ekonomis secara keseluruhan.(ferguson,p.m; Sutanto,B;Setianto,K. 1991) Perhitungan penulangan pada struktur gedung ini dilakukan dengan mengacu pada SNI 03-2847-2002 tentang perhitungan struktur beton, yaitu dengan kriteria struktur sebagai rangka pemikul momen menengah dan dinding struktural, serta dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum pada peraturan Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03 1726 2002). 1.2 Rumusan Masalah Perencanaan struktur ini akan menyelesaikan permasalahan - permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menentukan dimensi struktur, meliputi : Bangunan atas : Str. primer : Kolom, flat slab dan Dinding struktural 1

Str. sekunder : Tangga dan Balok lift Bangunan bawah : pondasi tiang dan sloof 2. Beban apa saja yang bekerja pada struktur gedung tersebut. 3. Bagaimana cara menganalisa gaya-gaya dalam struktur gedung tersebut. 4. Bagaimana merencanakan struktur yang diperlukan untuk mendapatkan struktur tahan gempa resiko menengah. 5. Bagaimana merencanakan pondasi yang menyalurkan beban gempa dan gravitasi ke tanah. 6. Bagaimana mengambar hasil perencanaan menjadi bentuk gambar kerja dengan program bantu Auto Cad. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan dimensi struktur. 2. Menentukan beban-beban yang bekerja pada struktur gedung. 3. Menganalisa struktur flat slab yang mampu memikul beban-beban yang ada sesuai SNI-03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002. 4. Melakukan pendetailan elemen struktur untuk menahan beban gravitasi dan gempa yang terjadi pada resiko menengah. 5. Merencanakan pondasi yang efisien dan aman untuk menahan beban yang terjadi pada struktur. 6. Menggambar struktur yang dihasilkan dari perhitungan yang telah dilakukan. 1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup pembahasan dalam proyek akhir ini meliputi perencanaan sebagai berikut : 1. Struktur yang direncanakan berupa gedung RSUD Kepanjen bertingkat 10. 2. Zona gempa 4 (Kab. Malang). 3. Peraturan gempa yang digunakan adalah SNI 03 1726 2002. 4. Perhitungan struktur beton bertulang dengan Tata cara perencanaan perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002). 5. Perhitungan pembebanan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG 1983). 6. Perhitungan Struktur dengan metode Flat Slab, SRPMM dan Dinding Struktural. 7. Analisa struktur dengan menggunakan program bantu komputer SAP 2000, PCACOL dan perencanaan penggambaran dengan AUTO CAD. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Flat Slab Flat Slab atau disebut juga lantai cendawan adalah pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom, dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak disesuaikan dengan kebutuhan. Flat slab mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya drop panel yang merupakan penebalan plat di daerah kolom atau dibuatnya kepala kolom, yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom atas. Secara relatif dapat dikatakan bahwa flat slab lebih cocok untuk panel yang lebih besar atau beban yang lebih berat, dibandingkan dengan flat plate (C.K.Wang, Charles G.Salmon, 1992). Penggunaan flat slab memberikan keuntungan yaitu memungkinkan ketinggian struktur yang maksimum, fleksibilitas pemasangan saluran penghawaan (AC) dan alat-alat penerangan. Flat slab sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang, meskipun bekisting lebih mahal dibandingkan dengan pelat datar. Flat slab akan memerlukan beton dan tulangan yang lebih sedikit dibandingkan pelat datar untuk beban dan bentang yang sama (J.O. Mccormac, 2000). Dalam perencanaan flat slab dikenal istilah dengan jalur kolom dan jalur tengah. Jalur kolom adalah pelat dengan lebar disetiap sisi garis tengah kolom sama dengan ¼ dimensi panel terkecil l 1 atau l 2. Sedangkan jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua jalur kolom. Konsep perencanaan umum menurut peraturan ACI untuk analisa flat slab dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metoda perencanaan langsung (direct design method) dan metoda portal ekivalen 2

(equivalent frame method). Dalam analisa dengan metoda perencaan langsung, sistem plat harus memenuhi batasan-batasan sebagai berikut : 1. Minimum harus ada tiga bentang menerus dalam masing-masing arah. 2. Panel plat harus berbentuk persegi dengan perbandingan antara bentang panjang terhadap bentang pendek diukur antara sumbu-sumbu tumpuan, tidak lebih dari 2. 3. Panjang bentang yang bersebelahan, diukur antara sumbu-ke-sumbu tumpuan, dalam masing-masing arah tidak boleh berbeda lebih dari sepertiga bentang terpanjang. 4. Posisi kolom boleh menyimpang maksimum sejauh 10% panjang bentang (dalam arah penyimpangan) dari garis-garis yang menghubungkan sumbu-sumbu kolom yang berdekatan. 5. Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada seluruh panel pelat. Beban hidup tidak boleh melebihi 2 kali beban mati. 6. Untuk suatu panel dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya, kekakuan relatif balok dalam dua arah yang tegak lurus tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak boleh lebih dari 5,0. Untuk beban gravitasi saja dan untuk sistem lantai dengan batasan-batasan yang diberikan, momen-momen dan geser dapat ditentukan secara pendekatan menggunakan koefisien-koefisien momen dan geser yang diberikan oleh metoda perencanaan langsung. Sedangkan metoda portal ekivalen menggunakan cara yang lebih teliti dengan menggunakan analisa struktur setelah memisahkan kekakuan relatif dari unsurunsur. Metoda portal ekivalen digunakan untuk beban lateral biarpun sistem lantai memenuhi batasan-batasan dari metoda perencanaan langsung untuk beban gravitasi (C.K.Wang, Charles G.Salmon, 1992). 2.2 Konsep Desain Perancangan 1. Gambar Denah Gambar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan sesuai dengan gambar arsitek yang terdiri dari gambar denah, tampak, potongan, denah kolom, denah flat slab dan pembalokan. Gambar 2.1 Denah Lantai 1 Gambar 2.2 Denah Lantai 2 s/d 10 Gambar 2.3 Denah Kolom dan Flat Slab Lantai 1-10 2. Beban Bangunan Beban-beban yang diterima oleh bangunan antara lain beban gravitasi yang terdiri dari beban mati dan beban hidup dan beban lateral yaitu beban gempa. a. Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat bangunan dan unsur bangunan, termasuk semua unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan dengan bangunan. Yang termasuk dalam beban mati sesuai PPIUG 1983 antara lain : beton 3

bertulang 2400 kg/m 3, tegel 2400 kg/m 3, spesi 2100 kg/m 3, penggantung langit-langit 7 kg/m 2, plafond 11 kg/m 2, saluran perpipaan 40 kg/m 2, dan dinding 250 kg/m 2. b. Beban hidup adalah semua beban yang tidak tetap, antara lain beban pekerja dan beban hidup pada lantai bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan. Gedung RSUD Kepanjen - Malang berfungsi sebagai gedung rumah sakit, maka sesuai PPIUG 1983 beban hidupnya antara lain untuk lantai rumah sakit 250 kg/m 2. Beban hidup pada atap diambil minimum 100 kg/m 2. c. Beban gempa diasumsikan sebagai beban dinamis, sehingga analisa beban gempa dapat menggunakan analisis ragam spektrum respon ataupun analisis respons dinamik riwayat waktu sesuai yang diatur dalam SNI 03-1726 2002 Ps 7.2. Dari gambar denah diatas menunjukkan bahwa gedung RSUD Kepanjen - Malang mempunyai ketinggihan 40 meter, hal ini sesuai yang diatur dalam SNI 03 1726 2002 Ps. 4.2 tentang konfigurasi gedung yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 meter. Gedung ini tidak memenuhi syarat yang disebutkan diatas sehingga struktur gedung ditetapkan sebagai struktur gedung tidak beraturan. Sehingga analisa beban gempa menggunakan analisis ragam spektrum respon dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut Gambar 2 SNI 03-1726 2002 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I, dimana I adalah Faktor R Keutamaan Gedung dan R adalah Faktor Reduksi Gempa. Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%. 3. Kombinasi Beban Berfaktor Kombinasi beban yang dipakai sesuai dengan SNI 03 2847 2002 Ps.11.2. 4. Wilayah Gempa (WG) Malang termasuk dalam wilayah gempa 4 dengan resiko gempa menengah sesuai Gambar 1 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun, SNI 03 1726 2002, sehingga perhitungan menggunakan metoda Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah. 5. Kategori Gedung Menurut SNI 03 1726 2002 Tabel 1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan, gedung RSUD Kepanjen Malang. termasuk Gedung Umum dengan Faktor Keutamaan (I) 1,0. 6. Analisa Struktur Dalam analisa struktur digunakan program bantu SAP 2000 untuk mendapatkan gayagaya dalam, antara lain momen, gaya lintang dan gaya normal. Beban mati dan beban hidup dari pelat menjadi beban merata yang membebani portal, sedangkan beban gempa menggunakan ragam respon spectrum untuk zona gempa 4. 7. Pengaruh Arah Pembebanan Gempa Untuk memperhitungkan pengaruh arah gempa yang kemungkinan tidak searah sumbu utama struktur gedung, maka sesuai SNI 03 1726 2002 Ps.5.8.2 menetapkan pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama (kritis) harus dianggap 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%. 8. Eksentrisitas Rencana e d Eksentrisitas rencana e d antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat dihitung menurut SNI 03 1726-2002 Ps 5.4.3. Dimana pusat massa gedung ini adalah titik tangkap gaya gempa dinamik, sedangkan pusat rotasi adalah titik pada lantai yang ditinjau yang bila suatu beban horizontal bekerja padanya. 4

9. Perancangan Struktur Sekunder a. Tangga Dalam perencanaan tangga, diasumsikan kondisi ujung perletakan dianggap sendi, sedangkan pada bordes dianggap perletakan rol. Pembebanan pada tangga terdiri dari beban mati dan beban hidup. Untuk penulangan lentur pelat dan bordes, menentukan batasan harga tulangan dengan menggunakan rasio tulangan yang disyaratkan SNI 03 2847 2002 Ps.9.12, Ps. 12.3. b. Balok Lift Perencanaan sesuai dengan SNI 03 2847 2002 pasal 11.5 Tabel 8 Tebal minimum balok non prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung. Untuk penulangan geser sesuai SNI 03 2847 2002 Ps.13.3. 10. Perancangan Struktur Utama a. Kolom Dalam penentuan dimensi kolom menggunakan cara tributary area dimana pembebanan pada kolom terdiri dari beban mati dan beban hidup. Untuk perencanaan kolom sesuai SNI 03 2847 2002 Ps.12.9 dan Ps.12.12. serta Ps. 23.10 yang merupakan pendetailan khusus untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah. b. Flat Slab Untuk perencanaan struktur flat slab menggunakan metode portal ekivalen sesuai SNI 03 2847 2002 Ps.15.7 dan Ps.11.5 Tabel 10 Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok Interior. c. Dinding Struktural Penulangan shearwall direncanakan sesuai SNI-2002 Ps.3 s/d 20, dengan beban rencana 100% gaya lateral (gempa). Namun pada kenyataannya gaya lateral yang terjadi masih sedikit didistribusikan ke rangka utama sehingga dalam perencanaan rangka utama masih mampu memikul 10% gaya lateral. Perencanaan tulangan dapat dimodelkan sebagai kolom dinding sehingga dapat direncanakan dengan menggunakan bantuan program PCACOL. BAB III METODOLOGI START PENGUMPULAN DATA STUDI LITERATUR PRELIMINARY DESIGN - Struktur primer meliputi rencana : Flat Slab, Kolom dan dinding structural. - Struktur sekunder meliputi rencana : Tangga dan balok litf. PEMBEBANAN Berdasarkan PPIUG 1983, SNI 03 2847 2002 : - Beban : - Beban mati (D) - Beban Gempa (E) - Beban hidup (L) - Kombinasi Pembebanan : U = 1.4 D U = 1.2 D + 1.6 L U = 1.2 D + 1.0 L ± 1.0 E U = 0.9 D ± 1.0 E PERUBAHAN DIMENSI PERHITUNGAN A STRUKTUR - Struktur sekunder meliputi : 1. Pembebanan pada tangga dan balok lift 2. Analisa struktur 3. Perencanaan tangga & balok lift. - Struktur utama meliputi : 1. Pembebanan pada portal. 2. Analisa struktur utama dengan SAP 2000 3. Perencanaan flat slab 4. Perencanaan kolom 5. Perencanaan dinding struktural - Struktur bawah meliputi : 1. Perencanaan dimensi pondasi. 2. Perencanaan tebal poer NOT OK KONTROL DESIGN FINISH OK KESIMPULAN PERHITUNGAN GAMBAR AUTO CAD 5

BAB IV DESAIN STRUKTUR 4.1 Desain Dimensi Pelat 4.2 Desain Dimensi Kolom FLOW CHART DESAIN KOLOM FLOW CHART DESAIN PLAT FLOW CHART DESAIN PANEL SETEMPAT Data hasil perencanaan dimensi kolom : Kolom Lt. 1 s/d 3 : 80 x 80 cm Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm 4.3 Desain Dimensi Dinding Struktural FLOW CHART DESAIN DINDINGSTRUKTURAL Data hasil perencanaan dimensi flat slab : Tebal plat : 20 cm Lebar plat setempat : 240 x 240 cm Tebal : 12 cm 6

Data hasil perencanaan dimensi DS : Tebal DS : 30 cm Kolom Lt. 4 s/d 6 : 70 x 70 cm Kolom Lt. 7 s/d 10 : 60 x 60 cm BAB V PERANCANGAN STRUKTUR SEKUNDER Dalam tugas akhir ini struktur sekunder yang direncanakan terdiri atas : 5.1 Perancangan tangga 5.2 Perancangan balok lift 5.1. Perancangan Tangga Dimensi tangga : 4.50 2,57 m 2 Spesifikasi tangga : - Tebal pelat tangga : 15 cm - Tebal pelat bordes : 15 cm - Tul tangga arah x : D16 150 - Tul tangga arah y : Ø10 250 - Tul bordes arah x : D16 150 - Tul bordes arah y : Ø10 250 Gambar 5.1 Denah Penulangan Tangga Gambar 5.2 Potongan 1-1 tangga Gambar 5.3 Potongan 2-2 Tangga 5.2. Perancangan Balok Lift Pada perancangan lift ini meliputi balok balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok pemisah sangkar. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan lift penumpang yang diproduksi oleh Hyundai Elevator Co, Ltd dengan data data sebagai berikut : Tipe Lift : Passenger Merk : Hyundai Kapasitas : 20 orang/ 1350 kg Lebar pintu (opening width) : 1100 mm Kecepatan : 105 m/min Dimensi sangkar (car size) Internal : 2000 1550 mm 2 Eksternal : 2100 1720 mm 2 Dimensi ruang luncur (hoistway) : 2550 2330 mm 2 Beban reaksi ruang mesin : R 1 = 7800 kg (berat mesin penggerak lift + beban kereta + perlengkapan) R 2 = 6000 kg (berat bandul pemberat + perlengkapan) 7

BAB VI PERANCANGAN STRUKTUR UTAMA Gambar 5.4 Balok Penumpu Lift Pada perencanaan gedung ini yang termasuk dalam komponen struktur utama antara lain : Flat Slab Kolom Dinding Struktural Data perencanaan Gedung ini didasarkan atas data data sebagai berikut : Mutu beton : 30 MPa Mutu baja : 400 MPa Jumlah lantai : 10 lantai Tinggi tiap lantai : 4 m Tinggi total bang. : 40 m Luas bangunan : 540 m2 Lokasi : Kepanjen malang Zona Gempa : 4 (menengah) 6.1 Perancangan Pelat dan Flat Slab Penulangan pelat arah sumbu X Jalur kolom = D16-100 Jalur tengah = D13-100 Penulangan pelat arah sumbu Y Jalur kolom = D16-100 Jalur tengah = D13 100 Gambar 5.5. Balok Penumpu Depan Detail Gambar 5.6 Balok Penumpu belakang Gambar 5.7 Balok Pemisah Sangkar Gambar 6.1 Penulangan Pelat dan Flat Slab 8

Gambar 6.5 Penulangan Kolom 60 60 Gambar 6.2 Detail Pelat dan Flat Slab 6.2 Perancangan Kolom Kolom Lt. 1 s/d 3 Dimensi kolom 80 80 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 150 6.3 Perancangan Dinding Struktural Detail Gambar 6.6 Penulangan Shear Wall Gambar 6.3 Penulangan Kolom 80 80 Kolom Lt. 4 s/d 6 Dimensi kolom 70 70 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 150 Gambar 6.7 Detail Penulangan Gambar 6.4 Penulangan Kolom 70 70 Kolom Lt. 7 s/d 10 Dimensi kolom 70 70 cm Tulangan lentur = 12 D25 Tulangan geser = D12 150 Dinding Struktural: - Tebal 40 cm - Tulangan geser horisontal : 2D13-100 - Tulangan geser vertikal : 2D13-100 - Tulangan komponen batas : 16-D25 5D12-200 9

BAB VII PERANCANGAN STRUKTUR PONDASI 7.1 Perancangan Pondasi Daya dukung tiang pancang : Dari hasil sondir yang memberikan data-data dalam bentuk grafik hubungan antara besarnya conus dan hambatan pelekat pada suatu kedalaman. Dengan menggunakan grafik tersebut dapat ditentukan kedalam dari pondasi tiang yang kemudian daya dukungnya dapat ditentukan dengan perumusan : C. A JHP. P Q ult = + SF1 SF2 Dimana : C : Nilai conus yang besarnya ditentukan diantaranya menurut : Mayerhof : Nilai C diambil harga rata-rata dari C yang berada 4D iatas tiang sampai 4D dibawah ujung tiang. A : Luas penampang tiang JHP : Jumlah Hambatan Pelekat P : Keliling Penampang tiang pancang SF 1,SF 2 : Angka keamanan yang besarnya masing-masing 3 & 5 P ijin 1 tiang = Qu Jumlah tiang pancang yang diperlukan ( n ) : ΣPu n = Pijin Perhitungan jarak tiang berdasarkan Dirjen Bina Marga Departemen PU sebagai berikut : 1.5 D S 3D Untuk jarak tepi tiang pancang : D S1 1,5 D dimana : S = jarak antar tiang pancang D = diameter tiang pancang Kontrol kebutuhan tiang pancang : Σ P My xmak Mx ymak P = ± ± 2 2 n Σ x Σ y Efisiensi : D ( m 1) n + ( n 1) m η= 1 arctg S 90 m n Dimana : D = diameter tiang pancang S = jarak antar tiang pancang m = jumlah tiang pancang dalam 1 kolom n = jumlah tiang pancang dalam 1 baris Cek kekuatan : P maks < (P ijin η) Gambar 7.1 Denah Pondasi 7.2 Perancangan Poer Perhitungan tulangan lentur : Untuk menghitung penulangan lentur poer, diasumsikan poer sebagai balok kantilever dan terjepit pada kolom (irisan as kolom) seperti gambar dibawah ini. Gambar 7.2 Gaya gaya yang bekerja 10

Gambar 7.3 Penulangan pondasi P1 Gambar 7.4 Pot. 1-1 P1 Gambar 7.6 Pot. 1-1 P2 Perhitungan geser ponds : Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil terkecil dari : V c = 2 1 + β c f ' c b d 6 α f ' b d s d c o V c = + 2 b o 6 1 V c = f ' c bo d 3 Dimana : β c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom b o = keliling dari penampang kritis pada poer α s = 40, untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi, 20 untuk kolom pojok (SNI 03 2847 2002 Ps.13.12.2.b) o Gambar 7.5 Penulangan pondasi P2 Gambar 7.7 Penampang Kritis Pondasi 11

dengan menggunakan SRPMM didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut : Mutu Beton : 30 Mpa Mutu Baja : 400 Mpa Gambar 7.8 Penampang Kritis Pondasi (potongan melintang) 7.3 Perancangan Sloof Tulangan lentur = 5 D19 Tulangan geser = 10 200 Gambar 7.9 Penampang Sloof pada Tumpuan dan Lapangan BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kami ambil dari keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sebagai berikut : 1. Dalam perencanaan struktur dengan metode Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding struktural yang terletak pada daerah yang memiliki intensitas gempa sedang perlu dipertimbangkan adanya gaya lateral yang bekerja terhadap struktur SPBL (Struktur Penahan Beban Lateral). Dalam hal ini, beban gempa struktur bangunan dipikulkan pada struktur SPBL yaitu dinding struktural. 2. Dari hasil perencanaan struktur gedung RSUD Kepanjen - Malang Tebal Pelat Lantai : 20 cm Jumlah Lantai : 10 Lantai Ketinggian /Lantai : 4 m Tinggi Total Bang. : 40 m Bangunan : 540 m 2 Dimensi Pelat : 600 600 cm Pelat arah sumbu X Jalur kolom : D16 100 Jalur tengah : D13 100 Pelat arah sumbu Y Jalur kolom : D16 100 Jalur tengah : D13 100 Dimensi Kolom Lantai 1 s/d 3 : 80 80 cm (16-D25) Lantai 4 s/d 6 : 70x70 cm (12-D25) Lantai 7 s/d 10 : 60x60 cm (8-D25) Dimensi Dinding struktural Tebal dinding : 30 cm Tul. Vertikal : D13 100 Tul. Harizontal : D13 100 Panjang Pondasi tiang Diameter TP : 50 cm Kedalaman : 9 meter Produksi : PT. WIKA 3. Dengan struktur flat slab, Gedung akan tampak tinggi karena tanpa adanya balok-balok. Pemasangan ME akan semakin dipermudah dalam pemasangannya. 4. Struktur bawah bangunan terdiri dari 2 jenis pilecap untuk pondasi kolom dan pondasi dinding struktural yang menggunakan tiang pancang pracetak dengan dia. 50 cm. 8.2 Saran Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk perancangan struktur dengan sistem flat slab agar menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, 12

dan estetika, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Husin, Nur Ahmad. 2006. Struktur Beton I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : itspress. Purwono, Rachmat, dkk. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-03-2847- 2002 Dilengkapi Penjelasan (S- 2002). Surabaya : itspress. Wang, C.K.; Charles G Salmon. 1992. Desain Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga. Untung, Djoko. 2000. Teknik pondasi.surabaya : Teknik Sipil. ITS. 13