PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN 9 TASIKMALAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENANGANAN DISMENORE DI SMA NEGERI 7 MANADO

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMENORE PADA SISWA PUTRI DI MTS NU MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

HUBUNGAN PERAN BIDAN DENGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESARE DI RUANG NIFAS BLUD RSUD KOTA LANGSA 2015

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2009 TENTANG DYSMENORRHOE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

POLA PERILAKU REMAJA UNTUK MENANGANI KELUHAN DYSMENORRHOEA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

Hubungan Stress Pada Remaja Usia Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. menstruasi. Nyeri ini sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP TINGKAT DISMENOREA PADA MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER VIII STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

PENCEGAHAN NYERI HAID MELALUI PEMANFAATAN TERAPI NON-FARMAKOLOGI PADA REMAJA PUTRI SMAN I TAMBUSAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU REMAJA PUTERI DALAM MENGATASI DISMENORE (STUDI KASUS PADA SISWI SMK NEGERI 11 SEMARANG )

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMINORHEA PADA SISWI KELAS XI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

NASKAH PUBLIKASI ENDAH KUSUMAWARDANI I

POLA DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA DI MAN 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

ANEMIA DAN NYERI DISMENOREA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PARA ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN COTRIMOXAZOL SUSPENSI PADA ANAK DI PUSKESMAS KAYU TANGI BANJARMASIN

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Dismenorheayaitu nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN REMAJA. Di SMAN 1 Pulung Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN DISMENOREA DI SMK PGRI SOOKO MOJOKERTO

STUDY PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG EFEK PENGGUNAAN PEREDA NYERI MENSTRUASI (DISMINORHOE)

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALSIUM DAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN SIMPANG HARU PADANG

Transkripsi:

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN 9 TASIKMALAYA Sofia Februanti Dosen Prodi Keperawatan Tasikmalaya sofiafebruanti@gmail.com Abstrak Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang dan punggung bagian bawah, timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche atau pertama kali menstruasi. Dismenore seringkali mengganggu aktifitas sehari hari. Beberapa cara untuk menangani dismenore diantaranya dengan kompres hangat, meminum obat penghilang nyeri, dengan asupan gizi yang baik dan masih banyak lagi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 62 siswi. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tertutup, dan analisa yang digunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya sebanyak 31 orang berpengetahuan baik (50%), 25 orang berpengetahuan cukup (40,3%) dan 6 orang berpengetahuan kurang (9,7%). Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang penanganan dismenore agar informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh responden mengenai menstruasi, dismenore dan penanganannya terpenuhi. Kata Kunci: Penanganan dismenore, pengetahuan, remaja putri Abstract Dysmenorrhoea is lower abdominal pain that sometimes the pain extends to the waist and lower back, usually only arise 2 or 3 years after menarche, or first menstrual period. Dysmenorrhea often interfere with daily activities. Some of the ways that can be done to handling dysmenorrhea such as with warm compresses, take a medicine, with a good nutrition, and esc. This research used descriptive quantitative research methods, with a sample of 62 students. The sampling technique used the purposive sample. The instrument used was a closed instrument, and analysis used was a univariate analysis. The results showed the level of knowledge s student about the handling of dysmenorrhea in Tasikmalaya SMP 9 of 31 people knowledgeable good (50%), 25 persons knowledgeable enough (40.3%) and 6 people knowledgeable less (9.7%). Based on this research was recommended for health care workers to further improve the handling of dysmenorrhea counseling on a regular basis, especially to secondary schools and high schools, so that health information needed by respondents regarding menstruation, dysmenorrhea and handling are met. Keywords: Handling of dysmenorrhea, knowledge, female student PENDAHULUAN Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan. Gejala gejalanya dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, kram, dan masih banyak lagi (Maulana, 2008). Salah satu yang paling sering sekali di keluhkan oleh wanita saat menstruasi adalah dismenore. Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003 dalam Mulyani, 2012). Dismenore biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche atau pertama kali menstruasi. Dismenore ada yang ringan 157

dan ada yang samar samar, ada pula yang berat bahkan beberapa wanita telah pingsan dan ada yang harus ke dokter karena nyeri yang dialaminya mengganggu aktivitasnya (Asrinah, 2011 dalam Mulyani, 2012). Ternyata hampir 30 % wanita yang mengeluhkan dismenore adalah anak gadis dari ibu yang dulunya dismenore, serta sebanyak 7% saudara wanita yang mengalami dismenore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu mereka dulunya tidak mengeluhkan dismenore (Yatim, 2001 dalam Mulyani, 2012). Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata rata lebih dari 50% wanita di setiap Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka persentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% wanita produktif yang terganggu oleh dismenore. Karena penderita terbanyak adalah pada wanita usia produktif, akibatnya dismenorea juga menyebabkan ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita telah absen sekali dan 5-14% berulang kali absen (Anurogo, 2008 dalam Yuniarti, Rejo, & Handayani, 2012). Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30-50% wanita usia reproduksi dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga (Paramita, 2010 dalam Purba, Rompas, & Karundeng, 2014). Beberapa hal yang dilakukan beberapa wanita untuk mengatasi sakit saat menstruasi adalah kompres dengan botol hangat, mandi air hangat minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, menggosok-gosokan perut/pinggang yang sakit, sambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah dan tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi (Misaroh, 2009 dalam Purba, Rompas, & Karundeng, 2014). Tetapi ada juga beberapa orang yang mengatasinya dengan tidur, bahkan ada yang hanya dibiarkan saja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan metode kuisioner tentang cara menangani dismenore yang dilakukan oleh peneliti kepada 15 siswi kelas 8i di SMPN 9 Tasikmalaya, 3 orang menjawab dengan cara tidur, 2 orang menjawab dengan minum obat, dan 10 orang menjawab tidak diatasi atau dibiarkan saja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 158

di SMPN 9 Tasikmalaya dengan jumlah 127 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, sebanyak 62 orang, dengan kriteria inklusi siswi SMPN 9 Tasikmalaya yang mengalami dismenore pada saat menstruasi, bersedia menjadi responden, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariate. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya Kota Tasikmalaya mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Akhir Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 31 50 Cukup 25 40,3 Kurang 6 9,7 Total 62 100 Berdasarkan tabel diatas, menunjukan tingkat pengetahuan remaja putri yang pernah mengalami dismenore tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya Kota Tasikmalaya yaitu dalam tingkat baik sebanyak 31 orang siswi (50%), dan kurang sebanyak 6 orang siswi (9,7%). Tabel 2 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan pemanasan di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 30 48,4 Cukup 32 51,6 Kurang 0 0 Total 62 100 tentang penanganan dengan pemanasan cukup yaitu sebanyak 32 orang (51,6%). Sedangkan yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 30 orang (48,4%). Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan cara mengkonsumsi obat penghilang nyeri di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 45 72,6 Cukup 10 16,1 Kurang 7 11,3 Total 62 100 tentang penanganan dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri baik yaitu sebanyak 45 orang (72,6%) dan kurang sebanyak 7 orang (11,3%). 159

Tabel 4 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan cara melakukan peregangan di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 20 32,3 Cukup 18 29,0 Kurang 24 38,7 Total 62 100,0 tentang penanganan dengan cara melakukan peregangan sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 24 orang (38,7%) dan cukup sebanyak 18 orang (29%). Tabel 5 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan cara menghindari konsumsi kafein di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 38 61,3 Cukup 18 29,0 Kurang 6 9,7 Total 62 100.0 tentang penanganan dengan cara menghindari konsumsi kafein sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 38 orang (61,3%) dan kurang sebanyak 6 orang (9,7%). Tabel 6 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan asupan gizi yang baik di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 38 61.3 Cukup 17 27,4 Kurang 7 11.3 Total 62 100.0 tentang penanganan dengan asupan gizi yang baik sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 38 orang (61,3%) dan kurang sebanyak 7 orang (11,3%). Tabel 7 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri dengan cara lain - lain di SMPN 9 Tasikmalaya Baik 32 51,6 Cukup 22 35,5 Kurang 8 12,9 Total 62 100,0 tentang penanganan dengan cara lain - lain baik yaitu sebanyak 32 orang (51,6%) dan kurang sebanyak 8 orang (12,9%). PEMBAHASAN 160

Tasikmalaya tentang penanganan dismenore dengan pemanasan sebagian besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 32 orang (51,6%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh informasi yang di dapat oleh responden dari orang tuanya, teman sebayanya, internet maupun dari petugas kesehatan terdekat. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Soekanto (2002 dalam Paramita, 2010) yang mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi yang diperoleh dari beberapa sumber akan meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Irmayanti, 2007 dalam Paramita, 2010). mengkonsumsi obat penghilang nyeri baik yaitu sebanyak 45 orang (72,6%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan responden dari orang lain baik orang tua ataupun teman, karena penanganan dengan cara meminum obat penghilang nyeri merupakan cara yang paling umum di masyarakat. Selain karena caranya yang praktis dan murah, mengkonsumsi obat juga cepat menghilangkan rasa nyeri saat dismenore. Tetapi dalam dosis yang diperbolehkan dan jangka waktu yang ditetapkan. Sesuai dengan teori Oetomo (2006) yang menyebutkan bahwa bagi kebanyakan wanita, pil penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti aspirin dan ibuprofen sangat efektif untuk menghentikan kram. Obat ini menghalangi pengaruh proses kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin, yang banyak bertanggung jawab menyebabkan rasa sakit. Wanita bisa mulai mengkonsumsi obat ini ketika kram menyerang, tetapi akan lebih efektif jika anda meminumnya satu atau dua hari sebelumnya dan dilanjutkan sampai kramnya hilang. cara melakukan peregangan sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 24 orang (38,7%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang di dapatkan oleh responden karena memang masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa peregangan bisa mengurangi nyeri haid. cara menghindari konsumsi kafein baik yaitu sebanyak 38 orang (61,3%). Sejalan dengan pendapat dari beberapa penelitian epidemiologi yang diterbitkan oleh Epidemiologi (2010) mengenai konsumsi kafein dan menstruasi. Kafein menyebabkan konstriksi pembuluh darah 161

uterus (rahim) sehingga menyebabkan nyeri saat menstruasi terasa lebih berat. Sesuai juga dengan pendapat Oetomo (2006) yang mengatakan bahwa bagi beberapa wanita, menghentikan konsumsi kafein (ditemukan tidak hanya dalam kopi tetapi juga dalam coklat, cola dan beberapa teh) membantu meredakan kram saat menstruasi. asupan gizi yang baik sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 38 orang (61,3%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan responden dari orang tua ataupun dari internet. Sesuai dengan teori oleh Devi (2012) yang mengatakan bahwa terdapat beberapa kandungan gizi yang bisa membantu mengurangi nyeri haid diantanya vitamin yang terdiri dari vitamin A, E, B6 dan C, serta mineral yang terdiri dari kalsium dan magnesium. cara lain - lain sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 32 orang (51,6%). Dengan cara lain lain merupakan beberapa cara selain yang sudah dibahas sebelumnya, diantaranya dengan melakukan hobi, mendengarkan musik, relaksasi dan masih banyak lagi. Hasil penelitian ini berada dalam kategori baik kemungkinan dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan oleh responden dan pengalaman sebelumnya responden saat mengalami dismenore. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan tingkat pengetahuan remaja putri yang pernah mengalami dismenore tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya yang meliputi: penanganan dengan cara pemanasan, dengan cara mengkonsumsi obat penghilang nyeri, dengan melakukan peregangan, dengan cara menghindari konsumsi kafein, dengan asupan gizi yang baik, dan lain lain, ada pada kategori baik yaitu sebanyak 31 orang siswi (50%). Begitupun dengan hasil penelitian Dharmauni (2012) dalam Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri tentang Penanganan Dismenore Primer Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 4 Unggaran, yaitu sebanyak 61 orang dari 110 responden berada dalam kategori baik (55,5%), sebanyak 44 orang berada dalam kategori cukup (40%) dan 5 orang berada dalam kategori kurang (4,5%). Juga pada hasil penelitian Sulistina (2009) dalam Hubungan Pengetahuan Menstruasi Dengan Perilaku Kesehatan Remaja Puteri tentang Menstruasi Di SMPN 1Trenggalek, hasil penelitian ini menunjukkan 50 siswi dari 107 orang berada dalam kategori baik (46,73%), 31 siswi berada dalam kategori cukup (28,97%) dan 26 siswi berada dalam kategori kurang (24,30%). Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) dalam Wawan, A., & Dewi (2011) yang menyatakan bahwa 162

pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Peneliti berpendapat, hasil penelitian ini dipengaruhi oleh pengalaman responden ketika mereka sedang merasakan dismenore. Atau karena informasi yang mereka dapatkan dari orang tuanya, dari TV ataupun internet, maupun dari penyuluhan kesehatan yang diadakan di sekolah. Sehingga responden menjadi tahu bagaimana cara mengatasi atau cara menangani dismenore yang tepat dan menjadikan pengetahuan responden menjadi baik. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hana (2009) dalam Sulistina (2009) yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya yaitu oleh pengalaman dan informasi. Berbeda dengan penelitian Nafiroh, D., & Indrawati (2013) dalam Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Dismenore Pada Siswa Putri Di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak, didapatkan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu 36 orang dari 46 responden memiliki pengetahuan kurang (78,3%). Sedangkan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang (4,3%) dan pengetahuan cukup sebanyak 8 orang (17,4%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh instrumen penelitian yang lebih banyak membahas tentang dismenore secara umum meliputi: pengertian, waktu terjadinya, bagian tubuh yang merasa sakit, dan lain lain, sementara yang membahas tentang penanganan hanya sebagian kecil dari keseluruhan soal. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan remaja putri tentang dismenore secara umum hasilnya kurang karena sebagian besar responden belum mempelajarinya secara teoritis, sedangkan bila pengetahuan tentang penanganan dismenore hasilnya baik karena responden memiliki pengalaman untuk mengatasi hal tersebut. Informasi tentang cara penanaganannya kemungkinan di dapat dari orang tua, saudara, internet maupun teman - temannya. Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri yang disebut dismenore (Sukarni, I.K., & P, 2013). Ada beberapa strategi yang akan membantu mengurangi rasa sakit saat menstruasi menurut Oetomo (2006), diantaranya dengan cara pemanasan atau kompres dengan menggunakan botol berisi air hangat pada bagian perut yang 163

terasa sakit, dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri, dengan asupan makanan yang bergizi, dengan peregangan, dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini pengetahuan responden tentang penanganan dismenore yang paling tinggi adalah dengan cara meminum obat penghilang nyeri (analgetik) yaitu sebanyak 45 orang dari 62 responden berada dalam kategori baik (72,6%). Sedangkan pada penelitian oleh Paramita (2010) dalam Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Dismenore dengan Perilaku Penanganan Dismenore pada Siswi SMK/YPKK 1 Sleman Yogyakarta, pengetahuan tentang penanganan dismenore yang paling tinggi adalah dengan cara kompres hangat yaitu sebanyak 28 orang dari 58 responden (48,3%). Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik responden, pada penelitian ini responden penelitian adalah siswi kelas 8 SMP yang kemungkinan masih kurang pengetahuan tentang penanganan dismenore dengan cara lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri yang pernah mengalami dismenore tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya terbanyak pada kategori baik. KESIMPULAN Tingkat pengetahuan siswi SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8 tentang penanganan dismenore dengan cara pemanasan dalam kategori baik sebanyak 30 orang siswi (48,4%), penanganan dismenore dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam kategori baik yaitu sebanyak 45 orang (72,6%), penanganan dismenore dengan cara melakukan peregangan dalam kategori kurang sebanyak 24 orang (38,7%), penanganan dismenore dengan cara menghindari konsumsi kafein dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan dismenore dengan asupan gizi yang baik dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan dismenore dengan cara lain - lain dalam kategori baik sebanyak 32 orang (51,6%). SARAN Diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang penanganan dismenore terutama ke sekolah - sekolah menengah pertama dan sekolah - sekolah menengah atas karena pada usia tersebut siswi akan lebih membutuhkan informasi sebanyak banyaknya agar bisa mengaplikasikannya di kehidupan sehari - hari. DAFTAR PUSTAKA Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Dharmauni, N. P. D. (2012). Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri tentang Penanganan Dismenore Primer Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 4 Unggaran. Retrieved June 25, 2015, from http://perpusnwu.web.id/karyailmiah Epidemiologi, A. J. of. (2010). Penelitian 164

Epidemiologi mengenai Konsumsi Kafein dan Fungsi Menstruasi. Retrieved July 10, 2015, from http://googleweblight.com Maulana, M. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati. Mulyani, S. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Disminorea Kelas VIII di SMPN 1 Kedawaung Sragen. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Nafiroh, D., & Indrawati, N. D. (2013). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Dismenore Pada Siswa Putri Di Mts Nu Mranggen Kabupaten Demak. Retrieved February 17, 2015, from http://ojs.akbidylpp.ac.id Oetomo, L. H. (2006). Rahasia Penyembuhan Alami: Cara Sederhana untuk Mengobati Lebih dari 70 Penyakit yang Sering Menyerang Anda. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Paramita, D.. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Siswi Smk Ypkk I Sleman Yogyakarta. Retrieved February 17, 2015, from http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/195 Purba, E. N. T., Rompas, S., & Karundeng, M. (2014). Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penanganan dismenore di SMAN 7 Manado. Retrieved February 10, 2015, from http://ejournal.unsrat.ac.id Sukarni, I.K., & P, W. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Sulistina, D.. (2009). Hubungan Pengetahuan Menstruasi dengan Perilaku Kesehatan Remaja Putri Tentang Menstruasi di SMPN 1 Trenggalek. Retrieved February 17, 2016, from http://eprints.uns.ac.id Wawan, A., & Dewi, M. (2011). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Yuniarti, T., Rejo, & Handayani, T.. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Semester 1 dengan Menstruasi dan Penanganan Dismenore di Akper Mamba ul ulum Surakarta. 165