BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan sumber daya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

Pemerintahan Government

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penduduk dan Tenaga Kerja Population and Labour Force III

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Bappenas. Peran Propinsi dalam Pembentukan Daerah Otonom Baru dan Fasilitasi

BUPATI BANDUNG BARAT

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SAGULING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang. umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI. NOMOR : 115 TAHUN : 2011 SERI : D aa PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN SERTA HIRARKI WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Industri, Listrik, dan Air Minum Manufacturing, Electricity, and Water Supply

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB IV Strategi Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keuangan dan Perbankan Finance and Banking

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur, serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur. Sedangkan ibu kota Kabupaten Bandung Barat berlokasi di Kecamatan Ngamprah, yang terletak di jalur Bandung-Jakarta. Undang-undang No.12 Tahun 2007 merupakan landasan dan payung hukum berdiri dan berjalannya roda pemerintahan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Menyangkut Ibu kota Kabupaten Bandung Barat sudah jelas tercantum dalam pasal 7 Undang-undang No.12 tahun 2007 yang berbunyi: ibu kota Kabupaten Bandung Barat berkedudukan di Kecamatan Ngamprah. Kendala yang masih dihadapi Kabupaten baru seperti Bandung Barat saat ini antara lain masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk kebutuhan masyarakat yaitu terlihat pada minimnya jumlah sarana perbankan, koperasi, dan sarana kesehatan. Selain itu, panjang jalan pun masih sedikit. Kendala tersebut menimbulkan ongkos cukup tinggi. Alokasi biaya sebagian besar harus diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana sosial serta fisik, agar aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan publik meningkat. 1

2 Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 mewarisi sekitar 1,4 juta penduduk atau lebih tepatnya 1.357.194 dengan kepadatan 1.114,74 jiwa/km² dari 42,9% wilayah lama Kabupaten Bandung. Kapadatan penduduk suatu kabupaten ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi kelahiran, kematian dan perpidahan (migrasi). Kecepatan pertumbuhan penduduk menjadi ciri utama sebuah daerah berkembang. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Besarnya pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh penyediaan sarana dan prasarana akan menyebabkan kemiskinan dan kesulitan untuk berinteraksi. Untuk berinteraksi penduduk memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan dalam bermasyarakat antara lain berupa sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan sekaligus pelatihan hidup berinteraksi yang diwujudkan melalui berbagai pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti jalan dan alat transportasi. Pertumbuhan peduduk ini pula berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan, peningkatan pengangguran, peningkatan urbanisasi, Tuntutan penyediaan pangan meningkat, tuntutan penyediaan tempat tinggal meningkat, serta tuntutan penyediaan berbagai sarana dan prasarana pendidikan meningkat. Dengan jumlah penduduk yang tidak merata di Kabupaten Bandung Barat, pemerintah harus mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kualitas penduduk merupakan komponen penting dalam setiap setiap gerak pembangunan, sebab hanya dari penduduk berkualitas upaya pembangunan

3 dapat dilaksanakan dengan baik. Jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan kualitas yang memadai hanya akan menimbulkan masalah dan menjadi beban pembangunan. Untuk mengukur tingkat kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat kesehatan serta pendapatan. Tentunya hal tersebut harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Mobilitas penduduk dalam memenuhi kebutuhannya dalam berinteraksi pun sangat membutuhkan sarana dan prasarana, contohnya untuk sarana dan prasarana transportasi seperti jalan dan trayek angkutan umum. Hal tersebut sangat mempengaruhi mobilitas penduduk untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Jumlah penduduk yang cukup besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata adalah permasalahan penduduk yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Dampak dari permasalahan terebut menyentuh segala bidang. Mulai dari bidang sosial, ekonomi, keamanan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan. Berikut ini adalah tabel luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Bandung Barat :

4 Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Luas Kecamatan (Km2) Ha (%) Lembang 982654 9.826,54 7.44 Parongpong 433938 4.339,38 3.45 Cisarua 553641 5.536,41 4.24 Cikalongwetan 1120781 11.207,81 8.68 Cipeundeuy 1012466 10.124,66 7.74 Ngamprah** 360858 3.608,58 2.76 Cipatat 1254969 12.549,69 9.59 Padalarang 515763 5.157,63 3.94 Batujajar 836839 8.368,39 6.4 Cihampelas 466271 4.662,71 3.57 Cililin 815452 8.154,52 6.23 Cipongkor 761465 7.614,65 5.82 Rongga 1131200 11.312,00 8.65 Sindangkerta 1203479 12.034,79 9.2 Gununghalu* 1607962 16.079,62 12.29 Total 1.305,774 130.577,40 100,00 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 ( dalam BAPPEDA Kabupaten Bandung Barat ) Keterangan: * Kecamatan Terluas ** Kecamatan Terkecil Dari tabel di atas dapat dilihat luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 1.305,774 km 2 atau sekitar 130.577,40 ha, dengan Kecamatan terluas berada di Kecamatan Gunung Halu yaitu sebesar 16.079, 62 Ha, dan Kecamatan dengan luasan terkecil berada di Kecamatan Ngamprah yaitu sebesar 3.608, 58 Ha. Di bawah ini merupakan tabel pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung Barat :

5 Tabel I.2 Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Data Penduduk No Kecamatan 1995 2000 2005 1 Padalarang 89701 125457 144064 2 Batujajar 69640 91931 103707 3 Cipatat 74885 99362 144217 4 Ngamprah 77339 111135 129290 5 Cililin 131874 156259 82260 6 Sindangkerta 48061 53885 61124 7 Cipongkor 63972 72979 79812 8 Gununghalu 97928 111535 70434 9 Cikalongwetan 78797 93337 105737 10 Cipeundeuy 54362 64824 75052 11 Lembang 107061 138928 156607 12 Cisarua 45836 56235 60396 13 Parongpong 54875 69759 82310 14 Rongga 54366 15 Cihampelas 95064 Jumlah penduduk 994331 1245626 1444440 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah pertumbuhan penduduk terbesar adalah Kecamatan Padalarang, ini dikarenakan peningkatan dan pemanfaatan sarana serta prasarana yang meningkat cukup cepat di Kecamatan Padalarang. Untuk Kecamatan Sindangkerta, Cisarua dan Parongpong dapat terlihat tidak terlalu besar pertumbuhan penduduk yang terjadi pada tiap lima tahunnya. Kabupaten Bandung Barat merupakan Kabupaten yang baru terbentuk selama 2 tahun, dan belum dirasakan pembangunannya oleh masyarakat sekitar. Bagaimana kebutuhan sarana dan prasarana fisik serta sosial seperti pendidikan, kesehatan dan transportasi di Kabupaten Bandung Barat, bagaimanakah letak persebaran untuk pembangunan sarana

6 prasarana tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian, maka untuk memperjelas pembahasannya maka diambil judul Persebaran dan Kebutuhan Sarana Prasarana di Kabupaten Bandung Barat ( Studi berdasarkan data sekunder di Kecamatan Cikalong Wetan, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Cisarua ) B. Rumusan Masalah Masalah Geografi adalah berkenaan dengan ketidakseimbangan asosiasi gejala atau variabel geografi yang pada sistem keruangan (Sumaatmadja, 1988;96). Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana persebaran dan kebutuhan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana persebaran dan kebutuhan sarana prasarana kesehatan di Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas penulis merumuskan beberapan tujuan dari penlitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi persebaran dan kebutuhan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi persebaran dan kebutuhan sarana prasarana kesehatan di Kabupaten Bandung Barat.

7 3. Mengetahui kondisi sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bandung Barat. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Diperolehnya informasi mengenai persebaran sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan transportasi di Kabupaten Bandung Barat. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam upaya untuk lebih mengembangkan wilayahnya. 3. Menjadi Bahan Informasi untuk keilmuan Geografi E. Definisi Operasional Peneitian ini berjudul Persebaran dan Kebutuhan Sarana Prasarana di Kabupaten Bandung Barat ( Studi berdasarkan data sekunder di Kecamatan Cikalong Wetan, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Cisarua ). Agar lebih terarah dalam memaknai konsep-konsep yang ada dalam variabel penelitian ini akan di uraikan kedalam bentuk yang lebih operasional. Menurut Singarimbun (1987:76) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur suatu variabel dalam suatu penelitian. Disini akan dijelaskan mengenai konsep yang ada dalam variabel penelitian ini, yaitu :

8 1. Kebutuhan Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Manusia memerlukan banyak kebutuhan, memerlukan banyak barang dan jasa untuk memenuhi barbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia semakin lama semakin banyak, tidak terbatas dan beragam. Hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti : a. Sifat manusia yang tidak pernah merasa puas sehingga kebutuhannya semakin banyak. b. Mata pencaharian seseorang menyebabkan adanya kebutuhan yang berkaitan dengan profesi. c. Tingkat pendidikan, cara berfikir, dan peradaban manusia yang semakin maju menuntut kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana serta kebutuhan barang dan jasa. d. Perbedaan tempat tinggal mengakibatkan semakin bervariasi kebutuhan yang ingin dipenuhi. e. Pendapatan seseorang yang semakin besar mengakibatkan semakin banyak pula kenutuhan manusia yang ingin dipenuhi. f. Lingkungan masyarakat yang lebih maju menuntun kebutuhan yang semakin banyak pula untuk dipenuhi

9 2. Sarana dan Prasarana Menurut kamus Bahasa Indonesia, Sarana adalah segala sesuatu yang yang dapat yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses baik itu usaha maupun pembangunan, proyek, dan sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang subtantif menunjang proses pelaksanaan dan membantu tercapainya tujuan kegiatan, baik berupa benda-benda fisik maupun benda-benda non fisik Secara jelas, sarana sebagai alat yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan kegiatan merupakan semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses kegiatan. Pelaksanaan prasarana disini terdiri dari dua cakupan, yaitu prasarana fisik dan sosial. Prasarana fisik merupakan (physical infrastructure) biasanya disediakan oleh sektor publik yaitu pemerintah.hal tersebut disebabkan sifat atau karakteristik yang ada dalam penyediaan prasarana fisik. Terpusatnya penyediaan prasarana fisik oleh pemerintah menyebabkan perencanaan dan pembangunan menjadi sangat bersifat sentralistis. Kuatnya birokrasi menyebabkan penyediaan prasarana oleh pemerintah menjadi sangat bersifat sektoral tanpa adanya koordinasi yang baik sehingga banyak terjadi tumpang tindih (over lapping) proyek antar suatu daerah. Prasarana dapat dikatakan pula sebagai fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.