I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penampilan fisik yang baik terutama penampilan gigi-geligi adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan pasien merupakan konsep multidimensi. Dimensi kepuasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sehingga apabila kehilangan gigi akan memilih menggunakan gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. insisal sehingga mendapatkan hubungan oklusi yang baik (Siti-Bahirrah, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2012). Perawatan ortodontik mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis

BAB 1 PENDAHULUAN. menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

Analisa Ruang Metode Moyers

PERBEDAAN POLA MAKAN ANTARA REMAJA YANG MENJALANI PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK CEKAT SKRIPSI ILKHANA WINDAH J

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lain dan diperkirakan pada dua dekade abad 21 mengalami aged population boom,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan yang diminati banyak orang untuk merapikan susunan gigi. Tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 6 Evaluasi pasca perawatan penting untuk mendeteksi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Penampilan fisik mempunyai peranan yang besar dalam interaksi sosial.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sangatlah tinggi. Gaya hidup dan tren mempengaruhi seseorang untuk

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik adalah salah satu jenis perawatan dibidang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

III. RENCANA PERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan ortodonsi salah satunya

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. terus meningkat. Perawatan ortodonsi bertujuan untuk memperbaiki oklusi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

EVALUASI KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTI PIRANTI CEKAT PADA TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN PEER ASSESMENT RATING INDEX

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional. Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan penurunan kondisi tidak

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. alat ortodontik cekat telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maloklusi adalah hubungan yang tidak benar antara lengkung di setiap bidang spatial atau posisi gigi yang abnormal (Sumawinata, 2004). Maloklusi dapat mengakibatkan fungsi fisiologis pengunyahan menjadi kurang efektif dan memberikan estetik wajah yang kurang baik (Wong, dkk., 2008). Prevalensi maloklusi pada remaja di Indonesia masih tinggi, yaitu mencapai 86% pada tahun 2006, sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja terhadap maloklusi belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi masih belum optimal (Dewi, 2008). Maloklusi yang dibiarkan tanpa perawatan dapat menimbulkan kelainan gigi dan wajah yang kemudian dapat menghambat perkembangan fisik dan mental (Sony, 2005). Penampilan fisik dengan susunan gigi yang rapi merupakan aspek yang sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang (Bagio, 2003). Perawatan ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur, memperbaiki hubungan oklusi antara rahang atas dengan rahang bawah, serta dapat memperbaiki posisi rahang dan permintaan perawatan ortodontik makin meningkat karena estetika wajah sangat berpengaruh bagi persepsi diri dan sosial (Bos, dkk., 2003). Perawatan ortodontik ditujukan untuk memelihara oklusi normal atau oklusi fungsional, meningkatkan penampilan estetik wajah, mengatasi masalah-masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan normal dari gigi-geligi serta struktur wajah (Phinney dan Halstead, 2003). 1

2 Kegagalan perawatan ortodontik dapat disebabkan karena diagnosis yang tidak tepat, perawatan yang tidak tepat, dan ketidakpatuhan pasien (Ellis, 2002). Keberhasilan perawatan ortodontik tidak hanya bergantung pada kemampuan dan teknik ortodontis serta peralatan dan perlengkapannya tetapi juga dipengaruhi oleh motivasi pasien itu sendiri. Seorang ortodontis harus dapat menentukan motivasi pasien yang mencari perawatan ortodontik sebelum perawatan dimulai karena langkah awal ini dapat meningkatkan kesempatan untuk memperoleh hasil yang memuaskan bagi pasien dan ortodontis (Arnett dan Worley, 1999). Tingkatan dan derajat motivasi pasien selama masa perawatan ortodontik merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi durasi dan kualitas proses ortodontik korektif (Gabriel, 1968). Seseorang membutuhkan desakan atau dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan yaitu motivasi (Ali dan Asrori, 2010). Motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik diklasifikasikan menjadi 2, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal timbul dari diri sendiri yang didasarkan pada penilaian terhadap kondisi gigi-geligi dan keinginan untuk melakukan perawatan. Motivasi eksternal diperoleh seseorang dari individu lain misalnya orang tua, saudara, dan teman-teman yang menginginkan giginya terlihat lebih rapi (Proffit, 2007). Motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik antara lain: 1) mencapai susunan gigi yang rapi; 2) meningkatkan penampilan wajah; 3) memperbaiki fungsi bicara; 4) memperbaiki kesehatan gigi; 5) meningkatkan rasa percaya diri; dan 6) memperbaiki fungsi pengunyahan (Rajagopal, dkk.,

3 2011). Menurut hasil penelitian Uslu dan Akcam (2007) alasan utama seseorang melakukan perawatan ortodontik adalah untuk memperbaiki penampilan wajahnya. Hasil penelitian yang dilakukan pada orangtua dan anaknya mengenai motivasi utama melakukan perawatan ortodontik menunjukkan sebesar 91,6% orangtua dan 93,4% anaknya melakukan perawatan ortodontik untuk memperbaiki estetika wajah (Daniels, dkk., 2009). Kebutuhan perawatan ortodontik dipengaruhi oleh faktor individu antara lain kultur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan ketersediaan akses untuk melakukan perawatan ortodontik (Li, dkk., 2010). Keputusan tiap orang dalam mencari perawatan ortodontik didasari beberapa faktor, yaitu peningkatan penampilan, umur, jenis kelamin, pengaruh lingkungan dan kelas sosial. (Berk, 2002; Flores-Mir dkk., 2004). Perawatan maloklusi dapat dilakukan di tempat praktek mandiri dokter gigi, klinik gigi dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut, salah satunya Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Prof. Soedomo. RSGMP Prof. Soedomo diresmikan pada tanggal 31 Desember 2005 didalamnya terdapat SMF Periodonsia, Prostodonsia, Ortodonsia, Peyakit Mulut, Konservasi Gigi, Kesehatan Gigi Anak, Bedah Mulut, Unit Pelayanan Umum. Menurut data RSGMP Prof. Soedomo jumlah pasien ortodonsia pada tahun 2010 adalah 394 orang dan mengalami peningkatan ditahun 2011 yaitu 805 orang. Peningkatan jumlah pasien ortodontik ini juga dapat menunjukkan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan perawatan ortodontik juga meningkat. Tenaga kesehatan yang tersedia di klinik ortodonsia adalah dokter gigi spesialis, residen, dan mahasiswa tingkat profesi.

4 Pasien yang datang ke RSGMP Prof. Soedomo ada yang datang untuk merawatkan giginya atas kemuan sendiri, namun ada pula yang datang atas ajakan mahasiswa tingkat profesi. Berdasar uraian diatas, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik. Pada penelitian ini peneliti memilih pasien yang melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo karena jumlah pasien yang melakukan perawatan ortodontik cukup banyak sehingga menandakan kepercayaan pasien yang cukup tinggi terhadap RSGMP Prof. Soedomo. Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof.Soedomo, karena motivasi dapat menentukan keberhasilan perawatan ortodontik sehingga motivasi perlu ditingkatkan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut timbul suatu permasalahan: Apakah faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo? C. Keaslian Penelitian Penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain: 1. Warasdani (2010) dengan judul Hubungan Antara Overjet Berlebih Dan Motivasi Perawatan Ortodontik. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah overjet berlebih dan variabel terpengaruhnya adalah motivasi

5 perawatan ortodontik. Analisis data yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Product Moment Pearson dan uji regresi. 2. Khanan (2010) dengan judul Perbandingan Motivasi Perawatan Ortodontik antara Mahasiswa Berpengetahuan Ortodonsia dengan Mahasiswa Tidak Berpengetahuan Ortodonsia. Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah pengetahuan ortodonsia dan variabel terpengaruhnya adalah motivasi perawatan ortodontik. Analisis data yang digunakan adalah uji-t tidak berpasangan (Independent t-test). Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pengaruh, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, suku, jarak tempat tinggal ke RSGMP Prof. Soedomo. Analisis data yang digunakan uji statistik regresi linear sederhana dan regresi berganda. Penulis melakukan penelitian di RSGMP Prof. Soedomo. D. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1. Menambah ilmu pengetahuan kedokteran khususnya bidang ortodonsi bagi para dokter gigi khususnya dokter gigi spesialis ortodonsi.

6 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi peneletian sejenis yang akan dilakukan. 3. Dapat melakukan usaha untuk meningkatkan motivasi pasien melakukan perawatan ortodontik di RSGMP Prof. Soedomo dengan mengetahui faktor yang paling berpengaruh.