BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Obyek. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Kesenian dan kerajinan ini merupakan aset penting budaya lokal yang

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PASIR KENCANA DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR REGIONALISM BERTEMA EKOTURISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN WISATA BUDAYA DI PANTAI NGEBOOM TUBAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

MUSEUM DAN PUSAT INFORMASI KEDIRGANTARAAN DI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

MUSEUM TOSAN AJI DI SURAKARTA

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wahyono (2009) mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa dan negara yang

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB III METODE PERANCANGAN

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi kesenian tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERUMUSAN MASALAH Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten Tuban dengan usianya yang lebih dari tujuh ratus tahun menjadikan Tuban salah satu Kabupaten yang tertua di Indonesia. Dengan usia yang cukup tua ini membuat Kabupaten Tuban kaya akan peninggalan bersejarah. Peninggalan bersejarah merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu daerah. Adanya benda-benda bersejarah dapat merekam penggalan-penggalan rentetan perjalanan perkembangan suatu wilayah. Tuban yang dikenal sebagai kota tua pada jaman dahulu memiliki peran penting dalam percaturan sejarah nasional. Banyak benda-benda peninggalan sejak jaman prasejarah, kejayaan Majapahit sampai dengan jaman pergerakan perjuangan melawan penjajah. Benda-benda peninggalan tersebut selain ditampung di Museum Kambang Putih Tuban, sebagian masih tersebar di berbagai lokasi di wilayah Kabupaten Tuban. Upaya-upaya pelestarian dilakukan Pemerintah Kabupaten Tuban dengan melibatkan peran serta masyarakat, khususnya dalam pemeliharaan situs cagar budaya dan benda-benda bersejarah yang belum tertampung di museum. Hal ini terbukti dengan terdapat banyaknya FAUZI EL AZHARI 07660046 1

lokasi peninggalan yang menjadi situs purbakala dan cagar budaya di Kabupaten Tuban, seperti: Makam Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) terletak di kecamatan Tuban. Makam Maulana Ibrahim Asmoro Qondi terletak di kecamatan Palang. Makam Sunan Bejagung Lor terletak di kecamatan Semanding. Makam Sunan Bejagung Kidul terletak di kecamatan Semanding. Situs Goa Suci terletak di kecamatan Palang. Situs Bandung Rejo berupa Yoni di kecamatan Plumpang. Dari beberapa lokasi penyebaran situs purbakala di sekitar wilayah Tuban tersebut diatas, banyak sekali benda-benda sejarah/artefak-artefak berupa arca, prasasti (yoni/lingga), inskripsi/tulisan pahat, dsb yang kondisinya lebih tepat untuk dipindah ke Museum Kambang Putih demi menjaga keselamatan dan pelestariannya akibat faktor cuaca, iklim, serta kerusakan dari campur tangan manusia maupun pencurian. Tuban juga memiliki eksotisme wisata dan budaya yang mengagumkan. Sunan Bonang dan Klenteng Kwan Sing Bio sebagai wisata religi, banyaknya goa yang terdapat di Tuban seperti: Gua Akbar, Gua Putri Asih, dan Gua Ngerong. Tuban juga memiliki warisan sandang yang sangat artistik, yaitu batik gedog. Hal ini semua merupakan faktor pendukung untuk menarik banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Tuban sekaligus untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Tuban dalam koleksi yang dimiliki Museum Kambang Putih Tuban sehingga sangat bagus untuk meningkatkan prospek pariwisata Tuban. FAUZI EL AZHARI 07660046 2

Melihat peran penting Tuban dalam percaturan sejarah maupun potensi keanekaragaman budaya serta ciri khas yang dimilikinya. berkaitan upaya mempertahankan eksistensinya sebagai kota pelabuhan di zaman dahulu, salah satu hal yang menarik untuk dikaji menurut perjalanan pemerintahan Tuban dari zaman awal berdirinya Kabupaten ini sampai era sekarang. Tentu saja kita akan dihadapkan pada tantangan yang berat karena tidak mudah menemukan sumbersumber tertulis yang relevan untuk menjawab tantangan tersebut. Sejalan dengan berkembangnya Kabupaten Tuban, aspirasi masyarakat terhadap peninggalan sejarah dan budaya cenderung kurang baik, bahkan pada kondisi kritis. Mereka kurang merespon akan keberadaan situs cagar budaya dan benda-benda peninggalan bersejarah yang tersimpan dalam Museum Kembang Putih Tuban tersebut. Kepedulian masyarakat terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut pada titik minim sekali, sudah hampir tidak peduli lagi. Perawataan dan pemeliharaan bangunan, yang kurang maksimal tidak mampu menjadi daya tarik pengunjung. Faktor lain yang menjadi masalah crucial di Museum Kambang Putih Tuban yaitu besarnya jumlah koleksi dan terbatasnya volume ruang pameran serta fasilitas ruang penunjang pameran menimbulkan kesulitan dalam pengembangan tata penyajian koleksi, bangunan museum yang terletak pada lahan sempit berbatasan dengan bangunan permanent lainnya menyebabkan tidak mungkin dilaksanakannya pengembangan gudang tempat penyimpanan koleksi dan ruang kerja pengelola serta Kondisi ruangan yang sebagian kurang terawat dan pada waktu hujan terjadi kebocoran pada atap mengakibatkan genangan air pada ruang FAUZI EL AZHARI 07660046 3

pamer. Hal ini menyebabkan bertambah lembabnya udara di dalam ruang pameran sehingga dapat mempercepat proses kerusakan dan memungkinkan berkembang biaknya rayap yang dapat merusak bangunan museum maupun koleksinya, serta luasan bangunan yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bangunan museum. Padahal selama ini sudah dilakukan beberapa kali pemeliharaan /perbaikan untuk memelihara kenyamanan bagi pengunjung. Karena usia bangunan yang sudah tua, kualitas keamanan dan kenyamanan bangunan sudah banyak berkurang. Perawatan dan pemeliharaan artefak-artefak tersebut kurang diperhatikan. Padahal dalam aktivitasnya suatu museum itu mengutamakan dan mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya. Luas museum yang tidak sesuai kriteria. Kondisi bangunan yang kurang terawat. Lahan yang sempit Volume koleksi yang semakin bertambah. Gambar 1.1 Kondisi Museum kambang Putih Tuban Sumber : Survey Lapangan (2010) Dari tinjauan luas Museum Kambang Putih Tuban yang memiliki luasan total 600 m², sangat tidak memenuhi untuk dijadikan sebuah Museum tingkat Kabupaten. Permasalahan tersebut ditunjang dengan adanya standart luasan tanah dan bangunan berkaitan dengan objek museum yang menyebutkan bahwasanya Museum Kambang Putih Tuban memiliki luasan lahan yang tidak memenuhi standart luasan museum, sesuai yang tercantum dalam tabel berikut ini: FAUZI EL AZHARI 07660046 4

Tabel 1.1 : Tabel Standar Luasan Museum Berdasarkan Tipe Museum Luas Tanah dan Tipe Museum Nasional Provinsi Lokal/kabupaten Bangunan Minimal Ideal (m²) Minimal Ideal (m²) Minimal Ideal (m²) (m²) (m²) (m²) 1.Tanah 30.000 40.000 20.000 30.000 15.000 20.000 2.Bangunan 12.500 16.000 10.000 12.000.000 10.000 Sumber: Buku Pedoman Pendirian Museum Dari standart luasan museum yang tertera pada tabel diatas, sangat jelas sekali tercantum bahwasanya Museum Kambang Putih Tuban memiliki luasan lahan dan bangunan yang masih belum layak untuk dijadikan sebuah museum tingkat kabupaten, melihat hal ini perlu adanya suatu perubahaan untuk mengembalikan lagi museum pada fungsi yang sebenarnya, yaitu sebagai wadah atau sarana untuk melestarikan, menjaga, menampung dan mengkomunikasikan situs cagar budaya dan benda-benda bersejarah oleh Pemerintah Daerah dan peran serta dari masyarakat. Kabupaten Tuban membutuhkan media pembelajaran yang mampu mempresentasikan sejarah dan budaya kabupatennya beserta perkembangannya yang akan mampu memacu masyarakat untuk lebih mencintai kabupatennya dengan segala kekayaan yang akan mengangkat potensi dan kepribadian kabupatennya sebagai wujud jatidiri. Sebagaimana tercantum dalam al-qur an surat Yusuf ayat 111: Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. al-qur an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan FAUZI EL AZHARI 07660046 5

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. {Q.S. Yusuf [12]:111} Berangkat dari ayat ini maka suatu peristiwa sejarah diharapkan bisa menjadi pelajaran bagi umat kini maupun yang akan datang supaya bisa mengambil sebuah hikmah dan pelajaran dari sejarah di zaman dahulu. Peranan al-qur an merupakan sebagai pedoman/petunjuk sejarah, bukanlah untuk kembali kemasa lalu, atau sebaliknya membebaskan diri kemasa lalu, melainkan peristiwa sejarah dijadikan sebagai kunci untuk memahami peristiwa yang terjadi disini dan masa kini. Ada beberapa bukti catatan sejarah yang memuat nama tempat dan data-data tokohnya, namun hal tersebut untuk memandu orang-orang masa kini maupun yang akan datang untuk mendapatkan bukti arkeologisnya. Berdasarkan permasalahan di atas, maka setiap potensi yang ada pada suatu daerah harus digali, diselamatkan, diperbaiki, untuk kemudian dikomunikasikan dan diperkenalkan kepada masyarakat terutama sejarah dan budaya yang sejalan dengan apa yang terkandung dalam al-qur an, hadist maupun wawasan keislaman. Sebagai wadah untuk bisa mengembangkan itu semua, perlu adanya perubahan dari Museum Kembang Putih Tuban. Hal ini dalam upaya melestarikan dan merawat peninggalan artefak sejarah Tuban yang banyak tersebar di kawasan sekitar Tuban, melihat kondisi museum yang belum mampu menampung semua koleksi peninggalan sejarah, serta dengan maraknya jual beli/pencurian koleksi cagar budaya yang bisa menghilangkan koleksi sejarah. Dari perancangan ini nantinya, diharapkan bisa menjadi penguat ciri khas Kota Tuban. FAUZI EL AZHARI 07660046 6

Rentetan masa sejarah yang terjadi di Tuban memiliki karakter/ciri khas tersendiri sesuai dengan waktu sejarah tersebut. Dari hal ini dapat diterapkan pada sebuah rancangan bangunan Museum Kambang Putih Tuban dengan mengambil nilai/makna yang terkandung maupun hal unik yang menjadikan ciri khas bangunan, sistem pemerintahan, serta budaya yang ada. hal tersebut sejalan dengan adanya sejarah panjang perjalanan Kota Tuban dalam menemukan jatidirinya. Perancangan akan lebih maksimal manfaatnya apabila penerapan dalam sebuah rancangan bangunan disertai pengolahan bentuk-bentuk, serta penataan ruang yang tepat guna. Sebab itulah yang menjadi alasan bagi perancang dalam penerapan tema perancangan pada bangunan yaitu Movement in History dengan menekankan pada bangunan yang sesuai dengan perjalanan/masa sejarah Tuban dengan berbagai aspek yang mendukung perancangan. Penerapan tema dasar Movement in History pada rancangan bangunan ini mengkreasikan sebuah arsitektur yang bertradisi lokal setempat dengan sebuah penerapan dan perpaduan unsur-unsur sejarah dan tradisi Tuban dari masa dahulu sampai sekarang yang diorientasikan dengan tujuan estetika pada desain bangunan tanpa menghilangkan sejarah Tuban masa lampau. sehingga lebih tercapai penggambaran manusia sebagai pengguna (user), dan lokalitas sebagai ekspresi estetisnya. Hal ini dimunculkan dalam penerapan pada bangunan yaitu dengan hal- hal yang mempengaruhi sejarah dan budaya Tuban sebagai ide dari bentuk bangunan/fasade, penataan ruang, sirkulasi, dll sehingga bangunan ini dapat tercipta dari adanya pejalanan sebuah sejarah Tuban dalam menentukan jatidirinya sebagai salah satu kota tua dengan Kekhasan yang dimilikinya, dengan ditunjang pemenuhan berbagai macam fasilitas dalam museum yang dipadukan dengan FAUZI EL AZHARI 07660046 7

teknologi, fungsi dan penerapan tema serta konsep yang diselaraskan dengan lokalitas sekitar. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana perancangan Museum Kambang Putih di Kota Tuban yang menitikberatkan pada bentuk dan sirkulasi? Bagaimana menerapkan tema Movement in History dalam rancangan Museum Kambang Putih di Tuban? 1.3. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan Museum Kambang Putih Tuban adalah sebagai berikut : Perancangan Museum Kambang Putih di Kota Tuban yang menitikberatkan pada bentuk dan sirkulasi. Menerapkan tema Movement in History dalam rancangan Museum Kambang Putih di Tuban. 1.3. Batasan Adanya batasan yang akan dibahas dalam masahah ini agar pembahasan tidak melebar jauh. Batasan-batasannya yaitu : Lingkup layanan objek museum kabupaten. FAUZI EL AZHARI 07660046 8