BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU A. Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat Zakat adalah istilah sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang lain yang berhak menerimanya. Agar menjadi sumber dana yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelola zakat secara profesional dan bertanggungjawab yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki. Dalam buku Manajemen Pengelola Zakat Departemen Agama disebutkan ada tiga strategi dalam pengumpulan zakat seperti yang telah dikutip oleh Fakhrudin, strategi tersebut antara lain : 1 1. Pembentukan unit pengumpulan zakat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi lembaga pengelola zakat dalam menjangkau para muzakki maupun kemudahan bagi para muzakki untuk membayar zakatnya. hlm. 310 1 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), 55
56 2. Pembukaan outlet penerimaan zakat. Selain membuka unit pengumpul zakat diberbagai tempat, lembaga pengelola zakat dapat membuka kounter atau loket tempat pembayaran zakat dikantor atau sekretariat lembaga yang bersangkutan. 3. Pembukaan rekening bank. Dalam pembukaan rekening hendaklah dipisahkan antara masing-masing rekening sehingga dengan demikian akan memudahkan para muzakki dalam pengiriman zakatnya. Pengelolaan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dapat dilakukan melalui beberapa lembaga yang berperan sebagai pengelola dana ZIS, baik lembaga masyarakat maupun pemerintah salah satunya melalui Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). BMT memiliki dua kelebihan : Pertama, BMT merupakan baitul mal dimana salah satu kegiatannya berupa penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS). Penggalangan dana ZIS akan semakin besar, ketika baitul mal tersebut mampu mengelola secara amanah dan professional. Dengan kepercayaan yang semakin tinggi, diharapkan akan semakin banyak donatur dan masyarakat yang memanfaatkan jasa BMT tersebut. Kedua, BMT merupakan Baitut Tamwil. Dalam hal ini fungsi BMT sama seperti lembaga keuangan lainnya yang berfungsi mengoptimalkan laba (profit). Sebagai lembaga baitul mal, BMT Bahtera Pekalongan mempunyai peranan penting dalam penghimpunan dana zakat, infaq, dan shadaqah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam perjalanannya
57 sebagai pengelola dana ZIS, BMT Bahtera Pekalongan telah mengalami perkembangan dalam penerimaan dana ZIS sepanjang tahun 2013 yang tergambar dalam tabel berikut: 2 Perkembangan Penerimaan Dana Baitul Maal Tahun 2013 Tabel 1.1 NO BLN ZAKAT INFAQ ANGS. QH LAIN 2 JUMLAH 1 JAN 7.171.730 7.586.800 - - 14.758.530 2 FEB 2.099.300 11.664.700 - - 13.764.000 3 MAR 71.986.199 33.405.253 - - 105.391.452 4 APR 2.235.000 17.517.311 - - 19.752.311 5 MEI 2.129.000 13.124.630 2.425.000 200.000 17.878.630 6 JUN 2.259.500 6.290.741 2.085.000 5.000 10.640.241 7 JUL 8.664.342 23.143.282 2.615.000 16.301 34.438.925 8 AGUST 3.219.000 4.504.752 17.365.000 30.000 25.118.752 9 SEP 2.154.000 10.127.981 2.915.000 86.384 15.283.365 10 OKT 2.138.500 45.565.197 2.615.000 84.000 50.402.697 11 NOP 2.258.500 13.210.942 4.306.000 35.000 19.810.442 12 DES 2.195.000 10.087.308 5.165.000 12.196 17.459.504 TOTAL 108.510.071 196.228.897 39.491.000 468.881 344.698.849 Rata-rata 9.042.506 16.352.408 3.290.917 39.073 28.724.904 Sumber : Laporan Penerimaan Dana Zakat Tahun 2013 Dana zakat yang dimaksud dalam tabel di atas merupakan dana zakat dari zakat karyawan BMT Bahtera, zakat lembaga dan zakat mal dari berbagai 2 Laporan Baitul Mal Bahtera untuk RAT, tahun 2013, hlm. 1
58 muzakki. Sedangkan pemasukan lain-lain adalah biaya operasional dan juga infaq khusus dari muzakki yang mengkhususkan dananya untuk hal-hal tertentu yang diinginkan muzakki, misalnya infaq tersebut diberikan kepada mustahik tertentu sesuai keinginan muzakki. Penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh Baitul Mal Bahtera Pekalongan diambil dari gaji pokok karyawan sebesar 2,5%, hasil pemotongan zakat dari simpanan nasabah melalui uang simpanan tabungan, pembiayaan dan lain-lain, serta zakat lembaga dan zakat mal dari berbagai muzakki. Sedangkan pemasukan lain-lain adalah biaya operasional dan juga infaq khusus dari muzakki yang mengkhususkan dananya untuk hal-hal tertentu yang diinginkan muzakki, misalnya infaq tersebut diberikan kepada mustahik tertentu sesuai keinginan muzakki. Akan tetapi BMT Bahtera belum bekerja sama dengan masjid-masjid yang dijadikan sebagai tempat pengumpulan dana ZIS masyarakat ataupun dengan lembaga-lembaga lain untuk mensosialisasikan Baitul Mal Bahtera, oleh karena itu belum bisa terealisasikan secara maksimal. Dan juga belum ada donatur tetap tiap bulannya, misalnya dari instansi-instansi yang bisa mendonasikan dana sosialnya untuk peningkatan taraf hidup masyarakat Pekalongan. Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Dalam penyaluran zakatnya Baitul Mal Bahtera
59 Pekalongan mengelompokan beberapa program untuk mempermudah pendistribusiannya, diantaranya adalah: 1. Beasiswa Bahtera 2. MPU (Mobil Peduli Umat) 3. Pembiayaan Qardhul Hasan 4. Santunan dan Buka bersama anak yatim 5. Bahtera berbagi Lebaran 6. Renovasi tempat Ibadah dan Lembaga Pendidikan 7. Tabur hewan qurban 8. Santunan sepuluh muharrom 9. Khitanan massal 10. Kajian rutin Siswa Binaan Bahtera (Jum at awal bulan) 11. Milad (baksos, bazar, pengobatan gratis, dan donor darah) 12. Majlis dhuha Bahtera 13. Program PERAHU (Penumbuhan Wirausaha Baru) 14. Sinergi program dompet dhuafa Cab. Jateng Menurut Didin Hafidhuddin, yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut : 3 3 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah Gerakan Membudayakan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf, (Jakarta : Gema Insani Press, 2007), hlm. 171
60 1. Beragama Islam, zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam yang ketiga. Karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim. 2. Muallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya dan yang siap menerima tanggung jawab mengurus umat. 3. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariah. 4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. 5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat penting, tetapi juga harus ditunjang oleh kemampuan dalam melaksanakan tugas. 6. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang full time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan.
61 Dalam penyaluran zakat dibagi menjadi dua, yaitu pendistribusian secara konsumtif dan produktif : 4 1. Penyaluran Konsumtif Maksudnya adalah bahwa zakat diperuntukkan bagi pemenuhan hajat hidup para mustahik yang tergabung dalam delapan golongan (ashnaf). Penyaluran konsumtif dikategorikan menjadi dua, yaitu : a. Konsumtif tradisional Yaitu zakat yang dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana alam. b. Konsumtif kreatif Yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya yang semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa. 2. Penyaluran Produktif Penyaluran hasil pengumpulan zakat untuk kebutuhan usaha produktif, dikategorikan sebagai berikut: a. Produktif tradisional Adalah dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, mesin jahit dan lain sebagainya. 4 Arif Mufraeni, Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 147
62 Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin. b. Produktif kreatif Yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan, baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil. B. Pendayagunaan Zakat Dalam Program Penumbuhan Wirausaha Baru Lembaga-lembaga pengelola zakat dituntut merancang program secara terencana dan terukur. Parameter keberhasilan yang digunakan lebih menitikberatkan pada efek pemberdayaan masyarakat bukan pada populis atau tidaknya suatu program. Selain perancangan program yang baik, lembaga-lembaga pengelola zakat perlu melakukan skala prioritas program. Program yang diprioritaskan tentu saja program-program yang berefek luas dan jangka panjang, serta tepat pada akar permasalahan. Manfaat yang didapatkan ketika selektif dalam memberikan zakat adalah terhindarnya duplikasi atau penumpukan bantuan kepada mustahik yang sama. Dengan adanya manajemen dapat menyelamatkan potensi dana zakat yang ada dimasyarakat, karena adanya perencanaan, pengawasan yang ketat, adanya pengetahuan lembaga pengelola zakat terhadap masyarakat yang berhak
63 menerima zakat, serta adanya bukti-bukti administratif dan pembuktian aktif yang berupa investigasi. 5 Sosialisasi yang dilakukan oleh Baitul Mal Bahtera dalam memperkenalkan program pengelolaan dan pemberdayaan ZIS biasanya dengan mengadakan even-even tertentu, yang melibatkan masyarakat supaya dapat ikut bergabung dengan even yang diadakan oleh Baitul Mal Bahtera. Dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, secara otomatis akan menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat dengan BMT. Dan dengan mengadakan kegiatan tersebut BMT lebih mudah menghimpun dana ZIS dari masyarakat muzakki. Karena muzakki sudah melihat program-program BMT secara langsung di lapangan. Kegiatan pengelolaan dan pemberdayaan ZIS di Baitul Mal Bahtera dinilai sudah banyak membantu mustahik untuk meningkatkan taraf hidupnya. Karena program-program Baitul Mal Bahtera kebanyakan bersifat penyaluran dana produktif dan konsumtif kreatif seperti beasiswa untuk anak yatim dan kurang mampu, ada juga program perahu (pelatihan wirausaha baru). Program Penumbuhan Wirausaha Baru (PERAHU) 2014 ini merupakan program pemberdayaan zakat untuk pengusaha kecil dengan pemberian pinjaman modal dengan skim qardhul hasan. Pada tahun 2014 ini akan dipilih 19 peserta yang memenuhi kriteria untuk menjadi penerima Program PERAHU. Pinjaman hlm. 313 5 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
64 modal Program PERAHU untuk tiap peserta maksimal Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Program ini bertujuan membantu mustahik dalam mengembangkan atau membangun usaha sendiri sehingga melatih mustahik untuk lebih mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain (muzakki). Disini para mustahik akan diberikan pengarahan sebagai berikut: 1. Pelatihan khusus pengembangan bisnis dalam rangka mempersiapkan usaha baru yang akan dilakukan selama 2 hari 2. Pemberian modal awal usaha baru bagi setiap peserta sebesar maksimal Rp. 2.000.000,- dalam bentuk hibah 3. Pendampingan usaha dan pelatihan berkesinambungan selama 12 bulan sejak modal Hibbah diberikan 4. Pendampingan khusus oleh para sukarelawan BEF ( Bahtera Economic Forum) satu peserta satu pendamping, sebagai fasilitator untuk pengembangan dan pemecahan problem manajemen usaha. Baitul Mal Bahtera memilih 19 peserta yang memenuhi kriteria untuk menjadi penerima program PERAHU tahun 2014. Bagi peserta program PERAHU ini diwajibkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Peserta adalah individu atau perorangan b. Peserta termasuk salah satu kategori mustahik (8 ashnaf) c. Berdomisili tetap dengan batasan usia 18-40 tahun d. Peserta mempunyai usaha kecil dengan skala modal dibawah 5 juta rupiah
65 e. Jenis usaha yang dijalankan sesuai syariah dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, dan norma kesusilaan f. Jenis usaha yang dijalankan bukan merupakan skema distributor MLM, agen asuransi, member property, agen penjualan investasi bursa berjangka, dan semua sistem keagenan yang serupa dengan skema tersebut g. Peserta bersedia dibimbing atau diarahkan oleh pendamping program PERAHU dan diawasi penggunaan modalnya. Seperti yang telah dilakukan diakhir tahun 2012, BMT Bahtera mengadakan pelatihan kepada guru-guru honorer disekitar wilayah Pekalongan. Mereka dibekali ilmu untuk berwirausaha, dan awal tahun 2013 para guru honorer tersebut dipinjami sejumlah uang untuk modal usaha baru atau pengembangan usaha yang sudah dilakukan sebelumnya. 6 Dalam hasil wawancara kepada penerima dana zakat untuk program PERAHU, mereka mengatakan : 7 Bahwa bantuan yang diberikan kepada kami berupa uang untuk modal usaha maksimal dua juta per orang, dan kami juga diberi pelatihan khusus pengembangan bisnis yang dilakukan selama 2 hari. Dengan adanya bantuan zakat dan bimibingan dari Baitul Mal Bahtera usaha kami sudah berjalan lancar dan bisa membantu ekonomi keluarga. 6 Wawancara dengan Ahmad Munasir, pada tanggal 28 Oktober 2014, pukul 16:15 7 Wawancara dengan Zahrotun dan Sudiasih, Penerima Dana Zakat Program PERAHU pada tanggal 20 Maret 2015, pukul 14:00
66 C. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Pendayagunaan Zakat Semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di Indonesia ternyata membawa berbagai persoalan multidimensi bagi bangsa ini, untuk mengurangi atau jika bisa menghilangkan kemiskinan ini diperlukan usaha keras yang harus didukung oleh seluruh komponen bangsa. Dalam Islam salah satu dari usaha untuk mengurangi serta mengentaskan kemiskinan adalah dengan adanya syariat zakat yang berfungsi sebagai pemerataan kekayaan. Pendistribusian zakat bagi mustahik tidak hanya untuk menutupi kebutuhan konsumtif saja melainkan lebih dari itu, esensi dari zakat sendiri adalah selain untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya juga memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Dari sinilah pola pemberian zakat kepada mustahik tidak hanya bersifat konsumtif saja, namun dapat pula bersifat produktif. Sifat distribusi zakat yang bersifat produktif berarti memberikan zakat kepada mustahik untuk dijadikan modal usaha yang dapat menjadi mata pencaharian mereka, dengan usaha ini diharapkan mereka akan mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Tujuan lebih jauhnya adalah menjadikan mustahik zakat menjadi muzakki zakat. Pembuatan suatu program Baitul Mal Bahtera sudah tepat pada akar permasalahan atau sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh mustahik. Baitul Mal Bahtera memperhatikan masyarakat menengah ke bawah dalam mengatasi masalah kemiskinan. Ditunjukkan dari adanya program PERAHU yang
67 dirancang untuk membantu para mustahik yang memang sedang membutuhkan sesuai kebutuhan. Program penumbuhan wirausaha baru (PERAHU) yaitu program penguatan UMKM dengan melalui pemberian modal kerja hibah sehingga dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan bisnis UMKM dalam memulai usaha baru. Penguatan dari sisi manajemen usaha menjadi pilihan yang tepat untuk lebih mengoptimalkan pencapaian hasil dari usaha baru yang akan dijalankan. Kelemahan utama mustahik serta usaha kecil yang dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan kesiapan manajemen usaha. Untuk itu, zakat produktif pada tahap awal harus mampu mendidik mustahik sehingga benar-benar siap untuk berubah. Oleh karena itu efektivitas dari program perguliran dana hibah atau modal kerja tidak boleh hanya berhenti pada dataran penyaluran dana saja, melainkan harus ada program lanjutan yang berupa pendampingan dalam hal manajemen usaha kecil. Maka dibutuhkan wahana untuk melakukan transfer knowledge dari Baitul Mal Bahtera sebagai pelaksana program PERAHU kepada UMKM mitra binaannya melalui pelatihan dan pendampingan usaha. Karena dengan program ini diharapkan dana yang diberikan kepada mustahik dapat digunakan sesuai kebutuhan. Dengan adanya program-program BMT yang mendukung para mustahik dalam memperbaharui dan meningkatkan kreatifitas mereka, maka akan
68 membantu mengurangi masalah pengangguran di Indonesia khususnya di wilayah Pekalongan. Secara perlahan tapi pasti para mustahik tersebut akan bertransformasi dari yang semula mustahik maka akan menjadi muzakki.