EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT KECEMASAN BAGI KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners ABSTRAK Latar Belakang Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap perubahan lingkungan yang membawa perasaan yang tidak senang atau tidak nyaman yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam, membahayakan rasa aman, keseimbangan atau kehidupan seorang individu atau kelompok biososialnya. Informed consent merupakan suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan terhadap pasien Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi. Metode Jenis penelitian ini adalah pra eksperiment dengan pendekatan one group pre post test design dengan tehnik accident sampling dan didapatkan 52 responden yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang dilakukan sebelum dan sesudah diberikan inform consent terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien. Hasil Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan pemberian informed consent efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU). Dengan menggunakan uji Paired t Test didapatkan hasil t hitung (10,237) > t table (2,008) dengan p-value (0,000) < sig (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian informed consent efektif terhadap tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi. Sebelum dilakukan uji Paired t Test dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan didapatkan hasil datanya normal sehingga menggunakan uji Paired t Test. Kesimpulan Hasil Uji Paired t test disimpulkan bahwa pemberian informed consent efektif terhadap tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi. Kata kunci : informed consent, kecemasan 37
PENDAHULUAN WHO memperkirakan angka kejadian kematian dirawat di ICU 11 % sampai dengan 16 % di negara maju dan 15% sampai dengan 21% di negara di negara berkembang (Cunningham, 2005). Masalah yang dirasakan keluarga pasien yang keluarganya dirawat di ruang ICU salah satunya adalah kecemasan. Menurut data yang telah diperoleh jumlah pasien yang dirawat diruang ICU RSUD dr. Sayidiman pada tahun 2006 sebanyak 354 pasien. Keluarga pasien yang mengalami kecemasan berat sebesar 33% dan 67% mengalami kecemasan ringan. Kecemasan tersebut banyak berkaitan dengan penyakit, proses Hospitalisasi prosedur tindakan dan lain-lain 30-60% (Wilson & Knels, 2003). Sulastri (2012) Tingkat kecemasan keluarga pasien saat menunggu anggota keluarga yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Hasil penelitian dari 40 responden, secara umum mayoritas responden merasakan kecemasan sedang dengan persentase sebesar 72,5%, sebagian kecil responden merasakan kecemasan ringan dengan persentase 15% dan sebagian kecil responden merasakan kecemasan berat dengan persentase 12,5%. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien, sehingga mempunyai kewajiban membantu pasien mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi tindakan medis atau pemeriksaan penunjang, termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan. Penjelasan perawat akan sangat membantu menumbuhkan rasa kepercayaan pasien (Widodo, 2009). Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat dan professional kesehatan lain, serta perawat dan masyarakat. Proses interaksi ini terjadi melalui komunikasi baik verbal dan non verbal, tertulis dan tidak tertulis maupun terencana maupun tidak terencana. Pemberian informasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien sangat diperlukan dalam pemberian tindakan keperawatan, karena jika terjadi hubungan saling percaya, maka klien akan memiliki persepsi yang positif terhadap perawat. Sehingga hal tersebut akan memudahkan perawat dalam membantu pasien. Perawat dituntut untuk memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien agar pasien atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien (Kathleen, 2007). Komunikasi sangat diperlukan dalam hubungan perawat-klien, sering juga disebut hubungan interpersonal atau hubungan membantu (helping 38
relationship). Perawat yang memiliki keterampilan komunikasi tidak saja akan mudah menjalani hubungan tetapi juga pasien akan percaya dengan perawat, mencegah terjadinya masalah ilegal, memberi kepuasan profesional keperawatan serta citra dari rumah sakit (Kathleen, 2007). Informed consent merupakan suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan terhadap pasien. Suatu pemahaman yang jelas mengenai informed consent dapat mengurangi respon yang tidak menguntungkan. Tujuan dari Informed Consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien (Romadhon, 2008). Setelah hubungan perawat pasien terbentuk, perawat memiliki kewajiban untuk memberitahukan pasien mengenai kondisinya; diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan harapan. perawat seharusnya tidak mengurangi materi informasi atau memaksa pasien untuk segera memberi keputusan. Informasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Secara psikologis pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi tindakan medis karena kebanyakan pasien sebelum dilakukan tindakan medis akan merasa cemas dan takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anastesi bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Maka dalam hal ini hubungan baik antara pasien, keluarga, dan perawat sangat menentukan. Pemberian informasi yang lengkap serta dipahami sebelum pembedahan sangat penting dampaknya, selain dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien juga sebagai dasar atau landasan bagi persetujuan yang akan diberitahukan kepada dokter (Kathleen, 2007). Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi (2013), menunjukkan bahwa penyakit tertinggi di ruang ICU RS Panti Rahayu Purwodadi adalah gangguan fungsi jantung. Kejadian penyakit gangguan fungsi jantung di ruang perawatan intensif (ICU) RS Panti Rahayu Purwodadi cukup tinggi. Sejak bulan Januari hingga 39
Desember 2013 tercatat 117 orang penderita, atau rerata per bulan mencapai 9 orang (20,74%) dengan angka kematian mencapai 24 orang, atau rerata per bulan 2,67 orang (29,47%). Angka ini tidak menyimpang jauh dari angka kematian di seluruh Indonesia. Length Of Stay di Ruang ICU Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi adalah 8 Hari. Selama 8 hari tersebut keluarga pasien sangat khawatir dengan kondisi yang dialami pasien oleh karena pengetahuan tentang penyakit yang kurang. METODOLOGI Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperiment dengan Jenis rancangan penelitian One Group Pre Post Test Design (desain prates postes satu kelompok). Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga pasien yang (ICU) pada bulan Januari September 2013 adalah sebesar 296 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Pemberian Informed Consent dengan Tingkat Kecemasan Bagi Keluarga Pasien yang (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi Variabel n Median (Minimum-maksimun) P-value Tingkat Kecemasan Pre 52 93 (140-60) 0,000 Intervensi * Tingkat Kecemasan Post Intervensi 52 75.5(111-57) Berdasarkan tabel diatas Analisis Dari hasil tersebut dapat ditarik bivariat digunakan untuk uji hipotesis, yakni dengan menghubungkan pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi. Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan komputerisasi. Merujuk pada tabel didapatkan hasil uji Wilcoxon diketahui p-value (0,000) < sig (0,05). kesimpulan bahwa pemberian informed consent efektif terhadap tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah Ada perbedaan rata-rata pre dan post kelompok intervensi dengan nilai t 40
hitung (10,237) > t table (2,008) dengan demikian pemberian informed consent efektif terhadap tingkat kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi dengan p-value (0,000) < sig (0,05). DAFTAR PUSTAKA Amir, A. (2007). Bunga Rampai Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya Medica. Balion, Salvicion & Aracelis Meglaya. (2008). Kesehatan Keluarga editor Suryapranata. Yogyakarta: CV. Anugerah Jaya Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Keluarga. Jakarta: Direktorat Pembinaan Keluarga Guwandi. (2008). Persetujuan Tindakan Medik Informed Consent. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kerbala. (2008). Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kozier, B. (2007). Fundamental Of Nursing: Concepts, Proces and Practice. 7 th ed. New Jersey : Pearson Education, Inc Levine, Robert. J. (2006). Ethics and Regulation Of Clinical Research. Second Edition. London: Yale University Long, B. C. (2008). Perawatan Medical Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. (Edisi Kedua). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Universitas Padjajaran Molly, M. (2010). Psychiatric Mental Health Nursing. Second Edition. St. Louis : Mosby, Inc Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Potter, Patricia. A, Perry, Anne. G. (2005). Fundamental Of Nursing: Concepts Proces and Practice. Third Edition. Morby Year Book Inc Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogjakarta: Mitra Cendekia Press Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan: Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 127, 162-163, 183-184 Soetedjo. (2010). Pedoman Profesi Dokter. Ed-3. Semarang: Badan Penerbit Undip Stuart, G. W & Sundeen, S. J. (2007). Keperawatan Jiwa. (Edisi Keenam). Jakarta : EGC 41