BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Aditama, 2013). Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. poitif. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari serta untuk menjaga kontinuitas, sehingga modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur, dimana perusahaan tersebut bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

: Yoga Wicaksana NPM :

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan. satu dengan yang lainnya (Martono dan Agus, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang perekonomian negara, hal ini senada dengan

DAFTAR ISI. Halaman. viii

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Dalam hal ini menyebabkan. dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba.

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (Obyek) Penelitian

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

Yuliana I. Dj. Uloli 1, Abd. Rahman Pakaya 2, Selvi 3. Jurusan Manajemen ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya selalu membutuhkan modal, baik itu modal kerja maupun modal tetap. Modal kerja merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Statistik Pasar Modal Minggu ke-2 Desember 2012, Bapepam

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan electronic research melalui situs IDX dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada. Sementara tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Omzet Penjualan Sektor Food And Beverage Tahun (dalam Triliun Rupiah) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau keuntungan agar tersedia dana yang berkesinambungan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Jasa jasa perbankan memang

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang dialami pada berbagai sektor industri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasi. Aktiva ini sekali berputar kembali dalam bentuk semula dan

SKRIPSI. Diajukan oleh : CANDRA PUSPITA /FE/EA. Kepada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

2.4. Hipotesis Penelitian Bursa Efek Jakarta Kelompok Industri Makanan dan Minuman

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ABSTRAK. Kata Kunci: Return on Assets, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Book Value Equity per Share, dan Harga Saham.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha saat ini ditandai dengan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kebijakan hutang terhadap para investornya terutama pada pemegang saham

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan untuk membuat strategi-strategi yang lebih baik dari

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi demi memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimiliki perusahaan secara efisien dan efektif, selain itu juga dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur saat ini. konsumen terhadap produk.namun, industri manufaktur di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau dana

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS HARGA SAHAM PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI

ANALISIS FUNDAMENTAL FAKTOR PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BEI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk dapat

Grey Area (1,1 s/d 2,6). Hal ini menunjukkan bahwa industri ini secara keseluruhan berada

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. depresiasi mata uang dinegara-negara tersebut, berdampak signifikan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. besar. Hal ini terbukti dari usaha-usaha mereka yang mencari pendapatan

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Pertumbuhan industri makanan dan minuman akan tetap baik bahkan

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

Tabel 4.1 Daftar Populasi Perusahaan Food and Beverages

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 67% per tahun dari

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut yaitu dengan cara memperoleh pendanaan tambahan. Kebijakan

RASIO KEUANGAN DAN PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI

ABSTRACT Keyword : Return on Assets (ROA), Net Profit Margin, and Basic Earnings Power (BEP) and Corporation Tax to Turn Over Ratio (CTTOR).

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi. dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan

diperdagangkan dalam pasar modal adalah saham. Investasi saham merupakan salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun beresiko tinggi. Secara

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR TABEL... v. DAFTAR GAMBAR... vi. ABSTRAKSI... vii BAB I PENDAHULUAN Manfaat penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Houston, 2010: 294). Nilai perusahaan merupakan hal yang harus terus

BAB III METODE PENELITIAN. Gajayana N0.50 Malang. Penentuan lokasi ini dilakukan pertimbangan bahwa di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian melibatkan 4 variabel yang terdiri atas 1 variabel terikat dan 3 variabel

BAB I PENDAHULUAN. mendorong keberlangsungan globalisasi dunia dengan cepat dan dinamis. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan dalam menjalankan usahanya berkeinginan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (Aditama, 2013). Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Nilai perusahaan merupakan suatu kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan yang selalu meningkat adalah sebuah prestasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik dan pemangku kepentingan dalam perusahaan. Nilai kekayaan dapat dilihat melalui perkembangan harga saham (common stock) perusahaan di pasar (Harmono, 2011:1). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Larasati (2011), untuk mencapai tujuan tersebut para pemegang saham (sebagai principal) bisa mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada profesional (pihak manajerial) untuk bekerja meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham. Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, yang berarti meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan ukuran nilai objektif oleh publik dan orientasi pada kelangsungan hidup perusahaan (Harmono, 2011:1). 1

Pada hakikatnya manajer harus mengambil keputusan terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Akan tetapi seringkali terjadi konflik antara pemegang saham dan manajer karena berbeda kepentingan. Konflik kepentingan terjadi ketika manajer lebih cenderung menempatkan kepentingan pribadi dan kesempatan investasi yang unprofitable diatas kepentingan perusahaan, terutama kepentingan pemegang saham sehingga menimbulkan masalah yang disebut agency conflict (Sugiarto, 2011). Hal ini dapat menimbulkan penurunan terhadap nilai perusahaan. Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) mengungkapkan bahwa penyebab konflik antara pemegang saham dan manajer adalah pada saat pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana tersebut diperoleh dan kemana dana tersebut diinvestasikan. Untuk itu pemegang saham perlu melakukan pengawasan terhadap perilaku manajer. Dalam mengawasi kinerja manajer pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut dengan agency cost. Biaya ini akan digunakan untuk mengawasi dan memonitori kinerja daripada manajer agar tidak mementingkan kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan perusahaan termasuk pemegang saham. Kepemilikan institusional merupakan salah satu dari struktur kepemilikan yang dapat mengurangi besarnya agency cost. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh lembaga yang berbadan hukum seperti bank, asuransi, institusi pemerintahan dan sebagainya. Pada umumnya pihak institusional 2

bertindak sebagai pengawas dalam perusahaan. Dengan adanya kepemilikan institusional didalam perusahaan maka akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih maksimal terhadap kinerja manajer. Kekuasaan yang dimiliki pihak institusional untuk mengawasi manajer sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Susanti dan Mildawati, 2014). Dengan mensejajarkan kepentingan antara pemegang saham, pihak manajer, dan kepemilikan institusional, maka diharapkan pengambilan keputusan dalam setiap aktivitas didalam perusahaan dapat dilakukan secara fair. Sehingga mengurangi adanya konflik kepentingan didalam perusahaan yang akan berdampak kepada meningkatnya kesejahteraan pihak-pihak yang bersangkutan didalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai perusahaan yang dapat diukur dari harga saham perusahaan di pasar. Harga saham merupakan harga yang mau dikeluarkan oleh investor sebagi bukti kepemilikan perusahaan (Nasehah dan Widyarti, 2012). Semakin tinggi harga saham perusahaan di pasar maka nilai perusahaan juga akan meningkat, sebaliknya ketika harga saham perusahaan di pasar rendah maka nilai perusahaan juga akan ikut turun. Harga saham merupakan salah satu indikator yang mencerminkan baik atau tidaknya kinerja sebuah perusahaan. Pergerakan harga saham akan mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan tersebut. Minat investor tergantung pada tinggi rendahnya harga saham di pasar. Kinerja perusahaan yang 3

No baik akan direspon secara positif oleh investor dilihat dari banyaknya permintaan akan saham perusahaan. Apabila permintan akan saham meningkat maka harga saham juga akan melambung naik, tentu hal ini juga akan mempengaruhi nilai perusahaan. Berikut perkembangan harga saham perusahaan makanan dan minuman selama periode 2010 sampai 2015. Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015 (Dalam Rupiah) Tahun Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 274.950 359.000 740.000 1.200.000 12.100 8.650 2 PT. Delta Djakarta Tbk 120.000 111.500 255.000 380.000 390.000 5.200 3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 4.875 4.600 5.850 6.600 6.750 5.175 4 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk 2.650 3.325 6.900 1.020 1.385 1.265 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading 5 Company Tbk 1.210 1.080 1.330 4.500 3.720 3.945 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Setiap Perusahaan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan data tersebut memperlihatkan persaingan di industri makanan dan minuman sangat ketat, hal tersebut dapat dilihat dari harga saham setiap perusahaan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Harga saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2014 bukan mengalami penurunan harga, tetapi perusahaan tersebut melakukan kebijakan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp 1000 per saham menjadi Rp 10 per saham. Hal serupa juga dilakukan oleh PT Delta Djakarta Tbk pada tahun 2015, melakukan stock split dari Rp 1000 per saham menjadi Rp 20 per saham. 4

Tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas dan yang paling umum digunakan adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Meilani dan Putri, 2014). Angka ROA merupakan ukuran keberhasilan yang telah berhasil dicapai oleh perusahaan. Semakin besar angka ROA berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga akan semakin besar. Perkembangan sektor industri barang konsumsi pada sub sektor makanan dan minuman dapat digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi suatu negara terutama Indonesia karena didalamnya mencakup kebutuhan masyarakat. Perkembangan sub sektor makanan dan minuman dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan makanan dan minuman maka setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan meningkatkan nilai perusahaan dengan menghasilkan laba yang tinggi. Data yang diperoleh dari Kementrian Perindustrian, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk industri makanan dan minuman setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan tempat penanaman modal yang menguntungkan bagi para investor, baik investor dalam negeri maupun investor asing. 5

Peningkatan jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar 1.1 sebagai berikut: Sumber: Kemenperin Gambar 1.1 Investasi Makanan dan Minuman Peningkatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk industri makanan dan minuman tidak sejalan dengan jumlah perusahaan pada industri tersebut. Dimana dengan meningkatnya jumlah investasi tetapi malah mengurangi jumlah perusahaan yang ikut bersaing. Tercatat selama kurun waktu 2010 hingga 2015 terdapat tiga perusahaan yang keluar dari sub sektor makanan dan minuman. Perusahaan tersebut antara lain adalah PT Akasha Wira International Tbk yang pindah ke sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga, PT Davomas Abadi Tbk yang delisting karena tidak memiliki keberlangsungan usaha, dan PT Aqua Golden Missisipi Tbk yang delisting dari bursa karena go private. Sedangkan PT Sekar Bumi mengalami re-listing pada tahun 2012 setelah sebelumnya sempat delisting. 6

Pada tahun 2010 saat terjadi krisis global, sektor industri makanan dan minuman sempat mengalami penurunan yang cukup hebat menjadi 2,73% walaupun omsetnya masih tetap tinggi yaitu menyentuh angka Rp 605 Triliun. Akan tetapi pada tahun 2011 industri makanan dan minuman kembali bersinar dengan mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada kuartal kedua. Hal ini berlanjut hingga tahun 2012, pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil dan daya beli masyarakat yang cukup baik membuat konsumsi makanan dan minuman di Indonesia mengalami peningkatan tajam. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) memprediksi pertumbuhan industri makanan dan minuman akan mencapai 8,2%, tetapi kenyataannya pertumbuhan industri makanan dan minuman telah mencapai 12,75%. Sektor makanan dan minuman di Indonesia memang mengalami pasang surut. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, nilai tukar rupiah yang semakin terus melemah berdampak pada meningkatnya harga pokok produksi. Tercatat hingga akhir 2013, nilai kurs dollar mencapai Rp 12.000 menurun tajam dibandingkan awal tahun 2013 yaitu Rp 9.500. Nilai tukar ini terutama terasa untuk pembelian bahan baku industri makanan dan minuman yang masih impor. Tekanan ini masih terasa hingga 2014, industri makanan dan minuman diperkirakan masih akan menghadapi sejumlah tantangan. Meskipun dihadapkan pada peluang meningkatnya konsumsi masyarakat karena penyelenggaraan pemilu 2014, berbagai kebijakan dan kondisi perekonomian nasional masih akan berpotensi menekan pertumbuhan sektor ini. 7

Untuk mengukur nilai perusahaan penelitian ini menggunakan Price to Book Value (PBV) sebagai proksinya. Rasio ini digunakan untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh nilai buku. Rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham (Sugiarto, 2011). Oleh beberapa peneliti rasio ini dianggap mampu menggambarkan nilai perusahaan. Investor dapat menggunakan nilai buku untuk memperkirakan batas bawah harga saham sehingga nilai ini dapat digunakan sebagai batas aman mengukur nilai perusahaan untuk keperluan investasi. No Tabel 1.2 Jumlah Price to Book Value (PBV) Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015 Nama Perusahaan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1. PT. Cahaya Kalbar Tbk 1,06 0,7 0,83 0,65 0,87 2. PT. Delta Djakarta Tbk 3,24 3,12 6,83 8,99 9,33 3. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2,55 2,83 3,79 4,48 5,26 4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 1,72 1,28 1,5 1,51 1,45 5. PT. Mayora Indah Tbk 4,04 4,51 5 5,9 4,74 6. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 12,29 14,26 47,27 25,6 48,67 7. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk 5,89 6,16 10,48 6,56 7,76 8. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 0,6 2,16 0,72 0,52 0,52 9. PT. Sekar Laut Tbk 0,82 0,79 0,96 0,89 1,36 10. PT. Siantar Top Tbk 1,13 1,84 2,37 2,93 4,8 11. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2,15 0,79 1,55 1,78 2,05 12. PT. Ultrajaya Milk Industry Trading & Co 2,69 2,61 2,29 6,45 4,91 Sumber: Indonesia Capital Market Directory (ICMD) Dari data yang ditampilkan pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa besarnya Price to Book Value (PBV) setiap perusahaan mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh ketatnya persaingan antar perusahaan di industri makanan dan minuman di Indonesia. Bahkan ada perusahaan yang memiliki PBV diatas ratarata, dimana selisih nilainya jauh meninggalkan perusahaan lainnya. Tahun 2010 8

rata-rata PBV perusahaan makanan dan minuman mencapai 2,3 X, sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan nilai yang dimiliki PT. Multi Bintang Indonesia Tbk yang menembus angka 12,39 X. Berbanding terbalik dengan yang dialami oleh PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT. Sekar Laut Tbk, dan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk, ketiga perusahaan ini mengalami kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan lainnya, dari data dapat dilihat bahwa PBV perusahaan ini hanya sekali menyentuh angka 1 X dalam kurun waktu lima tahun dimulai dari tahun 2010-2014. Perkembangan teknologi dan semakin meningkatnya konsumsi masyarakat memacu setiap perusahaan untuk selalu berinovasi sehingga mendapatkan pangsa pasar yang menguntungkan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi besarnya nilai perusahaan, peneliti menggunakan beberapa variabel dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA). Berdasarkan penelitian terdahulu yang menguji pengaruh variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, DER, dan ROA terhadap nilai perusahaan terdapat hasil yang inkonsisten antara penelitian satu dengan yang lainnya. Penelitian yang dilakukan Susanti dan Mildawati (2014) menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan, hasil yang sama dikemukakan oleh Sholekah dan Venusita (2014) dimana besarnya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga membuat manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang 9

notabene adalah dirinya sendiri. Sedangkan hasil yang berbeda diungkapkan oleh Senda (2011) dan Wida dan Suartana (2014), mereka menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan dimana mereka merasa bahwa para manajer memiliki kepentingan pribadi yang cenderung dipenuhinya dibandingkan pencapaian tujuan perusahaan. Kepemilikan institusional sebagai pihak yang memonitor para manajemen dalam kegiatannya memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan hasil ini terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Thanatawee (2014), besarnya kepemilikan institusional juga akan memperbesar pengawasan terhadap kinerja perusahaan, hasil ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Dari hasil ini disimpulkan bahwa jumlah pemegang saham yang besar tidak efektif dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya asimetri informasi antara investor dengan manajer, investor belum tentu sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer (sebagai pengelola perusahaan) sehingga manajer sulit dikendalikan oleh investor institusional. Variabel lain dalam penelitian ini yaitu Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan, hasil ini dikemukakan oleh Nugraha (2014) dan Wihardjo (2014). Penelitiannya menemukan bahwa semakin besar DER yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar juga nilai perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang didapat oleh Meilani dan Putri (2014) yang menemukan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Anzlina dan Rustam (2013), DER tidak berpengaruh 10

terhadap nilai perusahaan yang berarti informasi mengenai rasio tersebut tidak dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Tingkat ROA bergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan (Wihardjo, 2014). Hasil dari penelitiannya menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil ini konsisten dengan hasil yang diperoleh oleh Pertiwi dan Pratama (2012). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA, maka semakin baik nilai perusahaan tersebut. Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya atau research gap yang telah dikemukakan diatas maka penelitian serupa diangkat lagi dalam penelitian ini dengan judul Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets Terhadap Nilai Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Nilai Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 11

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Nilai Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan saham dan struktur modal terhadap nilai perusahaan yang penjadi portofolio investasinya. 2. Bagi Dunia Akademik Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan kajian tentang struktur modal dan pengaruh mediasinya terhadap hubungan antara struktur kepemilikan saham dan nilai perusahaan. 3. Bagi Pemerintah dan Kreditor Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah dan kreditor dalam memberikan kredit atau pinjaman kapada emiten supaya diperoleh struktur permodalan yang optimal. 12