BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS. Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KERJA KAMAR OPERASI RSUD Dr.ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Anestesi dan Ilmu Bedah Jantung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa kesehatan dimana Rumah Sakit selalu dituntut untuk memiliki

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengusahakan keamanan dan kenyamanan pasien perioperatif. Resiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

Kamar Operasi. Dewi Feri, ST., MKes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

BAB I PENDAHULUAN. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. cukup menarik bagi investor. Meningkatnya pendidikan dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

A. PENDAHULUAN Endang Sawitri* Agus Sudaryanto**

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Indikator Hospital Wide Tahun 2017 (Bulan Januari s/d Desember)

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Kepuasan Pelanggan di Atas Segala-galanya. Hasil Capaian. Indikator Hospital Wide

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Divisi Manajemen Bencana PMPK-UGM

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

PENGEMBANGAN MODEL PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN REAGENSIA LABORATORIUM KLINIK RUMAH SAKIT PANTIWILASA CITARUM SEMARANG

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 14

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

EFISIENSI KAMAR BEDAH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Rumah sakit Umum Daerah Mandailing Natal

URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

ANALISIS WAKTU TUNGGU OPERASI ELEKTIF PASIEN RAWAT INAP DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS TAHUN Anasatia Nuansa Fitri

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

TINJAUAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DAN KECEPATAN PENDISTRIBUSIAN REKAM MEDIS KE POLIKLINIK DI RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dapat menggambarkan mutu Rumah Sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kegiatan pembedahan menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik. Kamar Bedah Sentral pada suatu Rumah Sakit merupakan unit dengan biaya yang tinggi namun dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi Rumah Sakit (Daiki Mean, 2010) Tantangan manajemen operasional kamar operasi adalah meningkatkan efisiensi kamar operasi dengan memperhatikan aspek penjadwalan operasi, pelaksanaan operasi dan monitoring kamar operasi (Wright et al., 2010). Penjadwalan operasi dimaksudkan untuk mengatur alur proses yang terjadi di kamar operasi. Tidak semua operasi yang direncanakan atau dijadwalkan dapat terlaksana sesuai waktu yang telah ditentukan dimana bisa terjadi penundaan, percepatan maupun pembatalan operasi. Pandit & Carey.,2006 melaporkan pembatalan operasi terjadi 10% - 40% yang diambil dari laporan beberapa Negara Di RSUP Sarjito terjadi penundaan operasi sebesar 45,76% dari jadwal operasi. North et al., 2012 dalam penelitiannya melaporkan bahwa keterlambatan operasi terjadi karena keterlambatan penegakan diagnosis yang merupakan salah satu penyebab meningkatnya kematian akibat pembedahan dalam laporannya juga menyebutkan bahwa dari laporan WHO audit kematian akibat tindakan bedah di Scotlandia dan QASM (Queensland Audit of Surgical Mortality) Australia bahwa terjadi kematian akibat pembedahan sekitar 5-6 kematian dari 1000 pasien. Penundaan operasi elektif selain meningkatkan kejadian kematian juga meningkatkan resiko operasi ulang, memerlukan perawatan intensif (ICU), dan komplikasi post operasi yang meningkat. Novack et al melaporkan tingkat mortalitas untuk pasien dengan operasi patah tulang femur umur 60 tahun dengan penundaan >48 jam terjadi peningkatan kematian dari 7% menjadi 15,8%

2 Weinbroun et al (2003), melaporkan bahwa terdapat bermacam perbedaan penyebab pembatalan baik yang berhubungan dengan manajemen rumah sakit maupun dari pihak pasien dan ini semua mengakibatkan kerugian materil maupun moril, dilaporkan bahwa 70 jam waktu yang terbuang selama periode 30 hari penelitian yang menunjukkan inefisiensi kamar operasi. Kumar & Gandhi (India 2009-2010) dalam penelitiannya melaporkan terjadi pembatalan 17,6%, dengan pembatalan tertinggi terjadi pada bedah umum 7,1%. Garg et al (2009) dalam penelitiannya melaporkan bahwa terjadi pembatalan operasi 30,3% pasien dari 1590 pasien yang telah dijadwalkan Pembatalan dan penundaan selain membuang waktu sumber daya yang telah disiapkan dan berdampak pada penurunkan utilisasi kamar operasi yang mengakibatkan kerugian rumah sakit. Pembatalan operasi juga berdampak pada gangguan psikologis pasien yaitu gangguan cemas hingga depresi sehingga memerlukan perawatan tambahan yang berdampak terjadi peningkatan biaya yang dikeluarkan (Scofield, 2005), pada akhirnya pembatalan operasi akan menurunkan kepuasan pasien. Dari penelitian Notoprojo (1988) di Rumah Sakit kelas B non pendidikan di Serang dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pembatalan operasi melaporkan pembatalan 6,8% operasi elektif dari 833 kasus. Liana (1996) di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo melaporkan tingkat keterlambatan tindakan operasi yang lebih dari 30 menit dari jadwal yang telah ditentukan terdapat sebesar 90,9% keterlambatan terdiri dari keterlambatan provider sebesar 80,8 % dengan waktu rata-rata keterlambatan 40 menit. Salah satu parameter efisiensi kamar operasi adalah utilisasi yang merupakan indikator yang dipercaya dalam manajemen operasional kamar operasi, utilisasi memiliki acuan 100% dimana waktu sebenarnya yang digunakan untuk melakukan proses operasi dalam satu hari dibagi dengan total waktu yang tersedia (Tyler & Pasquariello, 2003). Menurut Weinbroun et al.,(2003) menyatakan bahwa utilisasi optimal berada pada nilai 97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa utilisasi kamar operasi tergantung pada penjadwalan dan pelaksanaanya.

3 Penjadwalan operasi dimaksudkan untuk mengatur alur proses yang terjadi di kamar operasi, dimana pelaksanaan operasi sesuai penjadwalan masih sering terlambat sehingga mengakibatkan penundaan dan pembatalan operasi, prosedur pendaftaran operasi elektif yaitu pendaftaran dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan operasi dan terakhir pendaftaran pada jam 16.00, sedangkan yang dimaksud dengan durasi sebuah operasi adalah waktu dimulainya proses anastesi sampai pasien dipindahkan dalam ruang pemulihan (Pandit and Carry). Berdasarkan data dari perhimpunan Rumah Sakit Se-Jawa Barat bahwa diketahui bahwa perhitungan utilisasi di rumah sakit berdasarkan kinerja kamar operasi didasarkan pada jumlah operasi yang sanggup dilakukan setiap hari, indikator ini memerlukan pengkajian kembali apakah memberikan informasi efisiensi yang dibutuhkan untuk mengelola kamar operasi (Persi Jawa Barat). Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan telah menjalankan tugas dan fungsinya yaitu dengan menyediakan sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan kompetensi untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Struktur organisasi IBS adalah struktur organisasi secara umum yang memiliki fungsi administratif/manajemen dan pelayanan, dengan jumlah ketenagaan pada laporan akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jenis ketenagaan IBS RSUP Persahabartan tahun 2012 No JENIS TENAGA ADMINISTRASI JUMLAH JABATAN/ 1 Dokter ahli 1 Ka instalasi 2 S1 Keperawatan 2 Waka umum dan waka yan 3 D3 Keperawatan 1 PJ Administrasi 4 S1 keperawatan 1 PJ Logistik 5 D3 Keperawatan 1 PJ mutu pelayanan JENIS TENAGA PELAYANAN 6 D3 20 Perawat pelaksana 7 SPK 3 Pelaksana 8 SLTA 7 Penunjang medis Total tenaga 36 IBS Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan mempunyai 10 kamar operasi, menyediakan sarana pelayanan untuk seluruh SMF yang memerlukan pelayanan

4 pembedahan. Sesuai data yang kami dapatkan dari laporan Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan tahun 2011 dari 4207 tindakan operasi terjadi pembatalan 6,9%, sedangkan laporan mengenai utilisasi atau kinerja kamar operasi didasarkan pada jumlah operasi yang sanggup dilakukan setiap hari, dilaporkan utilisasi berada antara 1,74/hari/OK sampai dengan 1,92/hari/OK pada Januari 2012. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan. B. Rumusan Masalah Pembatalan operasi elektif adalah merupakan parameter untuk menilai kualitas perawatan pasien dan kualitas sistim manajemen. Makin tinggi jumlah kasus pembatalan makin menggambarkan kualitas perawatan dan kualitas manajemen yang rendah. Penggunaan ruang OK yang belum maksimal dapat dilihat dengan masih tingginya waktu OK yang terbuang, ini menggambarkan utilisasi kamar operasi belum maksimal. Dengan melihat penelitian sebelumnya dengan berbagai macam penyebab pembatalan dan penundaan serta akibat dari pembatalan dan penundaan itu sendiri serta terbuangnya waktu yang telah dijadwalkan sangat mempengaruhi utilisasi penggunaan OK yang mengakibatkan kerugian Rumah Sakit, dari data Rumah Sakit Persahabatan pembatalan operasi elektif masih tinggi dan perhitungan utilisasi yang belum bisa menggambarkan effisiensi penggunaan kamar operasi, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian. Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum Mengetahui dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan Jakarta.

5 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui jumlah pembatalan dan penundaan operasi elektif. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mepenyebabkan pembatalan operasi elektif. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mepenyebab penundaan operasi elektif d. Untuk mengetahui tingkat utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. e. Mengetahui pengaruh pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap tingkat utilisasi D.Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit a. Memberikan masukan untuk perbaikan manajemen rumah sakit secara umum khususnya manajemen kamar operasi Rumah Sakit Umum persahabatan b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan untuk memaksimalkan utilisasi kamar operasi dengan meningkatkan jumlah tindakan operasi yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi antrian rencana operasi. c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi kembali kesesuaian antara ketersedian SDM, alat kesehatan/obat-obatan dan tempat tidur OK serta fasilitas ICU. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai tambahan koleksi bahan bacaan pustaka yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi khususnya minat manajemen rumah sakit. 3. Bagi peneliti Untuk peneliti merupakan aplikasi dari hasil pembelajaran selama mengikuti kuliah.

6 E.Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya atau yang mendekati dengan penelitian ini antara lain: 1. Weinbroun et al.,(2002), Efficiency of the Operating Room Suite, dalam penelitiannya yaitu menghitung waktu yang terbuang berjumlah 76 jam selama periode 30 hari (15% dari total waktu), terbuangnya waktu tersebut disebabkan karena persiapan pasien yang tidak tepat (12%), ketidak sediaan ahli bedah (7%). OK dipakai oleh kegiatan emergensi (59%), bangsal post operasi penuh (10), dan keterlambatan pengiriman pasien ke OK (2%), perbedaan pada peneliti ini adalah tempat penelitian dan menghitung utilisasi kamar operasi 2. Wong et al., (2010), Delay in the Operating Room Sign an Imperfect System, dalam penelitiannya melaporkan bahwa penyebab utama dari penundaan operasi adalah kerena alat medis yang tidak berfungsi, juga dilaporkan dengan adanya penundaan berdampak pada alur pasien dan utilisasi, perbedakan pada penelitian ini adalah mengetahui dampak pembatalan terhadap utilisasi kamar operasi. 3. Daumi et al., (2008), Cencelled Elektive Surgical Operations at El Obeid Hospital, Western Sudan, dalam penelitiannya melaporkan bahwa dari 1633 operasi bedah umum 9,9% terjadi pembatalan dengan usia 2-80 tahun yang terdiri dari 55% wanita dan 46,5% adalah pria, dilaporkan juga penyebab pembatalan karena faktor pasien 34,6%, karena faktor staf 32,1% dan 33,3% karena alasan prosedur. Perbedaan pada penelitian ini adalah mengetahui dampak pembatalan dan penundaan terhadap utilisasi kamar operasi. 4. Vogel et al.,(2010), Impect on Infektious Complications In-Hospital Delay of Elektive Surgery for High Volume Prosedures, melaporkan dari 87.318 pasien operasi CABG, 46.728 reseksi kolon, 28.960 reseksi paru yang dievaluasi tingkat infeksi meningkat secara signifikan setelah penundaan operasi elektif dan terjadi peningkatan biaya operasi dari CABG (P<0,0001), reseksi kolon (P<0,0001), dan reseksi paru (p<0.0032), perbedaan dalam penelitian ini

7 adalah mengetahui dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi. 5. Dalam penelitian Liana (1996), faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan operasi di IBP Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo dlaiporkan tingkat keterlambatan tindakan operasi 90,9% diantaranya dari keterlambatan provider adalah terbesar yaitu 80,8 % dengan waktu rata-rata 40 menit, keterlambatan PPDS anastesi 60,6% (37,6 menit) dan keterlambatan pasien 62,1 %, sehingga terdapat rata-rata waktu keterlambatan 42 menit. Dilaporkan juga terjadi pembatalan 12,4% dengan alasan terbanyak adalah faktor subjektif pasien misalnya menunggu kedatangan keluarga (28,6%), sedangkan penyebab lainnya adalah lamanya operasi yang memanjang, serta tidak tersedianya logistik yang berhubungan dengan operasi ( linen pasien, linen operasi). perbedaan dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat utilisasi kamar operasi. 6. Schofield et al.,(2005) dalam penelitiannya berjudul Cancellation of Operations on the Day of Intended Surgery at a Mayor Australian Refferal Hospital, dalam laporannya bahwa terdapat pembatalan operasi sebesar 11,9% dengan alasan kamar operasi penuh, karena masih mengerjakan operasi yang pertama (18,7%), tidak adanya tempat tidur post operasi (17,8,1%), dibatalkan oleh pasien (17.1%), dan perubahan status pasien (17,1%), dan lainnya adalah alasan prosedural, Perbedaan dengan penelitian ini adalah dampaknya pembatalan dan penundaan terhadap utilisasi kamar operasi.