PENGARUH INDOOR AIR HEALTH AND COMFORT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SERTIFIKASI GREENSHIP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

Green Building Concepts

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Mada Asawidya [ ] Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP


ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

LAMPIRAN A1 KUISIONER

GREENSHIP HOMES Version 1.0

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI HOTEL DI MALUKU TENGGARA YANG MENERAPKAN KONSEP ENERGY EFFICIENCY DAN INDOOR AIR HEALTH

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

KUISIONER. Analisis Persepsi Cendikiawan Muslim Terhadap Peningkatan Potensi Ekonomi Tanah Wakaf di Kota Medan

STUDI TENTANG PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP KEBERHASILAN BANGUNAN HIJAU

Konsep Bangunan Hijau Pada Gedung E Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

BAB V HASIL PENELITIAN

KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TOLOK UKUR GREENSHIP PADA BANGUNAN

BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU

MODEL RUMAH-C3 (CEDHAK-CILIK-CIUT) SEBAGAI SOLUSI GREEN BUILDING PADA RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1) Faktor-faktor yang dinyatakan menentukan kualitas pekerja proyek. dievaluasi dalam penelitian ini adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. Pemahaman. Penilaian. Eksplorasi Data. Sumber Data. Ml S. J TJ GBCI Pernc dll m tm OD G M S. m tm m tm

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

1. LAMPIRAN 1 : KUISIONER

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MARGA JALAN ACHMAD YANI NO. 90 DENPASAR TUGAS AKHIR. Oleh : A.A I. Agung Semarayanthi NIM: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Prosedur audit energi pada bagunan gedung

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Reliability. Scale: ALL VARIABLES. Case Processing Summary N %

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

Transkripsi:

PENGARUH INDOOR AIR HEALTH AND COMFORT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING Oghie M. Purnomo, Yusuf Latief, Suratman Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia ABSTRAK Dunia gencar membangun bangunan hijau termasuk Indonesia. Konsep green bukan sekedar penggunaan material dan penghematan energi, namun mengenai kualitas udara dalam ruangan (indoor air health and comfort/ihc). Aspek ini berkolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Pemenuhan konsep hijau akan mempengaruhi biaya konstruksi. Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi biaya konstruksi dan besar pengaruhnya terhadap biaya konstruksi dengan melakukan survey dan studi kasus di proyek kantor pusat Jasa Marga. Penelitian ini mendapatkan faktor yang paling dominan adalah instalasi sensor gas karbon dioksida dan penambahan biaya untuk memenuhi aspek IHC secara keseluruhan adalah sebesar 0,01%. Kata kunci: bangunan hijau; kualitas udara dalam ruang; biaya konstruksi ABSTRACT More nations including Indonesia tend to develop the green building. The green concept is not only using of materials and energy consumption saving, but also concerning to indoor air health and comfort (IHC). This aspect has correlation to the health and the comfort of the building occupants. The Application of green building concept will have significant effect on construction cost. This thesis is aimed to identify the aspect which influences on construction cost and how much it affects the construction cost with survey method and case study on Jasa Marga Main Office project. This research found that the most dominant factor of this aspect is carbon dioxide gas censor installation and the additional costs to fulfill the whole aspects of IHC is 0.01 percents. Keywords: green building; indoor air quality; construction cost

PENDAHULUAN Perkembangan konstruksi di Indonesia berkembang sangat pesat. Namun perkembangan konstruksi ini tidak sebanding dengan pengaruh baiknya terhadap lingkungan. Atas dasar itu, dunia semakin gencar membangun green building atau bangunan hijau termasuk Indonesia. Menurut Rana Y. Nasir [1], aspek indoor air health and comfort, salah satu aspek penting dalam konsep green building bukan sekedar kualitas udara dalam ruangan, namun juga mempunyai kolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Kualitas udara di dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena 80-90% kegiatan manusia berada dalam ruangan [2]. Laporan dari WHO yang dikemukakan oleh Dr. Faisal Yatim, peneliti Litbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada acara GBCI menyatakan bahwa 30% dari seluruh bangunan komersial di dunia mempunyai masalah kualitas udara dalam ruang [3]. Pengendalian kualitas udara dalam ruang mempengaruhi biaya konstruksi. Pelaku industri konstruksi perlu melakukan penambahan untuk dari segi teknis dibanding dengan proses konstruksi biasa. Perbedaan biaya konstruksi antara green building dengan conventional building terdapat pada biaya investasi green building yang mencapai 5-10%, namun apabila tidak ada perencanaan yang matang oeh pengembang diperkirakan kenaikan harga pembangunan green building dapat bertambah hingga 20% [4]. Dari laporan akhir proyek Kantor Pusat PT Dahana di Subang tahun 2011 disebutkan bahwa penerapan green building menambah biaya pembangunan sebesar 13,4%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam aspek Indoor Air Health and Comfort yang mempengaruhi biaya konstruksi proyek serta menganalisis besar pengaruh dari penerapan aspek indoor air health and comfort terhadap biaya proyek dalam proyek konstruksi green building dibandingkan dengan bangunan konvensional. TINJAUAN TEORITIS Menurut Chen [5], green building merupakan suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah atau fasilitas lainnya dan dalam pemanfaatannya menggunakan sumber daya alam dan sumber energi rendah limbah dan ramah lingkungan, limbah diusahakan tidak bersifat radioaktif dan dapat didaur ulang oleh alam dalam waktu yang relatif singkat. Green Building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memeperhatikan

lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari mulai pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, renovasi dan perubahan bangunan [6]. Terdapat sistem rating dalam penetapan green building yang merupakan suatu standar terukur yang berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi. Sistem rating di Indonesia dikeluarkan oleh GBCI, Green Building Council Indonesia, suatu LSM yang berafliasi dengan konsil-konsil green building di dunia. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori aspek dalam suatu sistem rating yang bernama GREENSHIP [7]. Aspeknya yakni 1. appropriate site development / ASD (tepat guna lahan) 2. energy efficiency and conservation / EEC (efisiensi dan konservasi energy) 3. water conservation / WC (konservasi air) 4. material resources and cycle / MRC (sumber dan siklus material) 5. indoor air health and comfort / IHC (kualitas udara dan kenyamanan ruangan) 6. building and environment management / BEM (manajemen lingkungan bangunan) Pencapaian aspek ini menuju pada pencapaian nilai hasil rating yang memberikan predikat pada bangunan tersebut dengan predikat penilaian terendah perunggu untuk pencapaian nilai minimal 35, perak dengan pencapaian nilai 47, emas untuk pencapaian nilai 58 dan tertinggi platinum untuk pencapaian nilai minimal 74. Menurut buku Panduan Penerapan GREENSHIP versi 1.0 yang diterbitkan Green Building Council Indonesia, aspek IHC sendiri memiliki satu pra-syarat dan tujuh variabel, yaitu 1. Outdoor Air Introduction Suatu kantor membutuhkan kebutuhan udara luar sebesar 0,15 m 3 /menit/orang sampai 0,6 m 3 /menit/orang. Menurut ASHRAE std. 62.1 2007 kebutuhan udara luar di kantor sebesar 5 cfm/orang. Untuk mencapai kebutuhan yang ditetapkan, diharuskan ada bukaan atau sistem ventilasi yang baik. Ventilasi, terutama ventilasi alami merupakan berupa jendela, kisi-kisi, atau bukaan lain yang dapat mengalirkan udara. 2. CO 2 monitoring Sumber utama karbon dioksida (CO 2 ) di gedung perkantoran berasal dari respirasi penghuni bangunan. Konsentrasi CO 2 yang tinggi dapat membuat konsentrasi O 2

berkurang sehingga menyebabkan kesulitan bernapas hingga keracunan pada penggunanya. Peningkatan kadar CO 2 dalam ruangan juga berdampak terhadap peningkatan prevalensi dari satu atau lebih gejala sick building syndrome (SBS), berupa sakit kepala, iritasi mata, iritasi hidung dan gangguan saluran pernapasan (Seppanen et, al, 1999) [8]. 3. environmental tobacco smoke control Menurut First [9], lingkungan berasap rokok atau Environmental Tobacco Smokes (ETS) adalah campuran asap side stream dan asap mainstream. Berdasarkan perkiraan sekitar 50% asap mainstream perokok dikeluarkan. Lingkungan berasap rokok ini telah diketahui menimbulkan pengaruh terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia yang berada di dalamnya. 4. chemical pollutant Penggunaan material-material seperti cat, coating, olahan kayu, styrofoam, mercury dan asbes mempunyai dampak terhadap kesehatan penghuni bangunan tersebut.sebagian besar material-material yang digunakan dalam suatu bangunan mempunyai zat-zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Sebagian besar mempunyai VOCs (volatile Organic Compounds) yang berbahaya bagi kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan kadar VOCs di dalam ruang lebih tinggi 40% dibanding VOCs diluar ruangan [10]. 5. outside view Kontinuitas visual antara ruang dalam dan ruang luar sangat dibutuhkan oleh penghuni gedung. Secara psikologis, penghuni gedung memerlukan rasa aman dengan sesekali melihat cuaca, kondisi lalu lintas dan akitivitas lain yang ada di luar gedung tersebut. Secara fisiologis, pemandangan luar gedung dapat memberikan relaksasi mata yang kelelahan akibat aktivitas di dalam ruangan.selain itu, terdapat hubungan antara kurangnya jendela di tempat kerja dengan penghuni yang mengalami ketidakpuasan, perasaan isolasi, depresi, klaustrofobia, pembatasan, dan ketegangan [11]. 6. visual comfort Menurut Suma mur dan Manuaba [12], penerangan merupakan faktor lingkungan yang sangat perlu diperhatikan karena banyak pengaruhnya terhadap kelelahan mata dalam bekerja. Kelelahan otot dan saraf mata sebagai akibat dari tegangan yang terus-menerus

pada mata memang tidak menyebabkan kerusakan permanen pada mata, namun menambah beban kerja dan mempercepat kelelahan. Kondisi tersebut mengakibatkan produktivitas penghuni gedung terganggu, ditunjukkan oleh meningkatnya frekuensi kesalahan dan gangguan konsentrasi. Oleh karena itu, penerangan yang baik sangat penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman. 7. thermal comfort Penelitian Karyono [13] mengatakan bahwa, Indonesia, terutama Jakarta, mempunyai suhu rata-rata minimum sebesar 23 C dan maksimum sebesar 33 C serta kelembaban rata-rata relatif sekitar 69 sampai 90%. Berdasarkan penelitian oleh Ellis tahun 1953 di Singapura, suhu yang efektif dan nyaman bagi orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara adalah tak lebih dari 78 F (25,53 C) dan tak kurang dari 73 F (22,76 C) dan kelembaban menurut penelitian Webb tahun 1950 di Singapura adalah 70% [14]. Oleh karena itu diambil rat-rata bahwa suhu yang nyaman adalah 25 C dan kelembaban 60% [15]. 8. acoustic level Menurut Hodgson [16] tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kekesalan, kelelahan, stress dan mengganggu efisiensi dan produktivitas kerja. Tingkat kebisingan yang pas dapat membuat penghuni banguan nyaman, bebas dari gangguan dan bagus dalam berkomunikasi. METODE PENELITIAN Untuk identifikasi faktor IHC yang berpotensi menaikkan biaya konstruksi dilakukan survey pada beberapa proyek bangunan gedung dengan mengunakan metode Delphi untuk melakukan analisis. Sedangkan untuk menganalisis besar pengaruh dari penerapan aspek indoor air health and comfort terhadap biaya proyek dalam proyek konstruksi green building digunakan metode statistik menggunakan AHP (Analytical Hierarcy Process) dan software SPSS dengan obyek yang digunakan adalah gedung kantor pusat PT Jasa Marga yang dikonstruksi oleh kontraktor PT X.

TIDAK YA Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Variabel-variabel dan indikator-indikator yang mempengaruhi biaya proyek dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan. Tabel 1. Variabel dan Sub-variabel Variabel Sub-Variabel Referensi PraSyarat Outdoor Air Introduction IHC 1 (CO 2 Monitoring) desain ruangan menunjukkan potensi introduksi udara luar minimal sesuai SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2 instalasi sensor gas karbon dioksida di ruangan dengan kepadatan tinggi tidak lebih dari 1000 ppm dan diletakkan 1.5 m di atas lantai dekat return air grill GBCI, ASHRAE std 62 GBCI, Indoor Air Quality Handbook

Tabel 1. (sambungan) Variabel Sub-Variabel Referensi IHC 2 (Environmental Tobacco Smoke Control) IHC 3 (Chemical Pollutants) pemasangan tanda "Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung" dan tidak menyediakan area khusus merokok Atau area khusus merokok berada 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake dan bukaan jendela bila disediakan penggunaan cat dan coating rendah VOCs dan dilabel/disertifikat yang diakui GBCI GBCI, Pergub DKI No. 88 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2003 GBCI, Indoor Air Quality Handbook IHC 4 (outside view) IHC 5 (visual comfort) IHC 6 (thermal comfort) IHC 7 (accoustic level) Sumber: data olahan penggunaan kayu komposit dan agrifiber tanpa atau rendah urea formaldehid dan dilabel/disertifikat yang diakui GBCI tidak menggunakan material yang mengandung asbes,merkuri dan Styrofoam 75% dari NLA menghadap langsung ke pemandangan luar Penggunaan lampu dengan iluminasi sesuai SNI 03-6197-2000 tabel 1 perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25 C dan kelembaban 60% tingkat kebisingan pada 90% NLA tidak lebih atau sama dengan SNI 03-6386-2000 tabel 1 GBCI GBCI GBCI GBCI, majalah techno konstruksi GBCI GBCI

Identifikasi akan menghasilkan beberapa calon variabel dan indikator yang kemudian divalidasi ke pakar-pakar di bidang green building. Validasi dilakukan dengan survey yang disebar ke 5 pakar untuk menentukan variabel dan indikator mana yang akan digunakan dari identifikasi. Setelah data dianilisis kesahihannya, serta hasil validasi variabel telah didapat, variabel dan indikator ditentukan dengan melihat pengaruhnya terhadap biaya konstruksi. Apabila pengaruhnya tidak terlalu signifikan maka variabel dan indikator tersebut tidak akan digunakan.setelah validasi dengan pakar, tahap selanjutnya adalah penyebaran variabel dan indikator melalui kuisioner yang disebar ke responden yang merupakan pelaku konstruksi di beberapa proyek bangunan gedung konvensional. Hasil dari penyebaran kuisioner ini dianalisis menggunakan AHP dan software SPSS. Dari analisis tersebut didapatkan faktorfaktor dominan yang mempengaruhi biaya konstruksi. Kemudian data selanjutnya diambil dari studi kasus di gedung kantor pusat PT Jasamarga dengan melihat aspek GREENSHIP mana saja yang digunakan di proyek tersebut. Data-data dari proyek tersebut diambil dari BoQ, shop drawing, serta data-data teknis lainnya. HASIL PENELITIAN Dari validasi yang dilakukan oleh pakar didapatkan beberapa variabel dan indikator yang akan dipakai untuk kuisioner tahap 2. Tabel 2. Variabel yang Telah Valid Hasil Validasi Pakar NO Variabel Sub- No Sub Variabel Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building X1 Pra Syarat Outdoor Air Introduction X.1.1 Introduksi udara luar minimal sesuai SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2 Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan X2 X.2.1 IHC 1 (Co 2 monitoring) Ruangan dengan kepadatan tinggi kadar CO 2 tidak lebih dari 1000 ppm Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill

X3 NO X4 Tabel 2 (Sambungan) IHC 2 (environmental tobacco smoke control) Memasang tanda Dilarang Merokok di Seluruh Area X.3.1 Bangunan dan tidak menyediakan area khusus merokok Atau Menyediakan area khusus merokok X.3.2 5 m dari dari pintu masuk, outdoor air intake dan bukaan jendela Variabel Sub- No Sub Variabel IHC 3 (chemical pollutant) Pemasangan tanda Dilarang Merokok di Seluruh Area Bangunan Pembangunan area khusus merokok Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya dalam Green Building X.4.1 Penggunaan cat dan coating dengan kadar VOCs rendah dan diakui oleh GBCI Menggunakan cat dan coating dengan kadar VOCs rendah dan diakui oleh GBCI X.4.2 Penggunaan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah X.5 IHC 4 (outside view) X.5.1 75% dari Nett Lettable Area menghadap langsung ke pemandangan luar X.6 IHC 5 (Visual Comfort) X.6.1 Penggunaan lampu dengan tingkat pencahayaan sesuai dengan SNI 03-6197-2001 tabel 1 X.7 IHC 6 (Thermal Comfort) X.7.1 Penetapan kondisi termal ruangan pada suhu 25 dan kelembaban relatif 60% X.8 IHC 7 (Acoustic Level) X.8.1 Tingkat kebisingan 90% NLA tidak lebih dari SNI 03-6386-2000 tabel 1 Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke pemandangan luar Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang sesuai Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan kelembaban sesuai Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan Sumber: data olahan Setelah kuisioner disebar kepada 32 responden di beberapa proyek bangunan gedung, dilakukan uji validitas. Uji validitas ini dilakukan guna mengetahui ketepatan alat ukur penelitian. Dalam pengujian ini yang menjadi alat ukurnya adalah angka hasil dari korelasi

antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi pada kuisioner. Dengan menggunakan bantuan software SPSS-20 berikut adalah tabel hasil pengolahan data : Scale Mean if Item Deleted Tabel 3. Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted variabel x.1.1 23.59 31.604.820.813 x.2.1 23.22 36.757.417.851 x.3.1 24.34 40.362.169.868 x.3.2 24.03 38.418.234.870 x.4.1 23.59 33.862.689.827 x.4.2 23.34 35.136.600.835 x.5.1 23.75 33.742.649.831 x.6.1 23.75 35.484.724.829 x.7.1 23.88 33.726.694.827 x.8.1 23.88 34.500.648.831 Sumber: data olahan SPSS Untuk mengukur tingkat valid dan tidaknya dari variabel yang ada, nilai r (Corrected Item- Total Correlation) harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasrkan nilai responden yang berjumlah 32 (nilai N-2) responden didatakan nilai r tabel yaitu r=0,349. Tabel 4. Hasil Validitas Variabel Corrected Item-Total Correlation Keterangan x.1.1.820 VALID x.2.1.417 VALID x.3.1.169 TIDAK VALID x.3.2.234 TIDAK VALID x.4.1.689 VALID x.4.2.600 VALID x.5.1.649 VALID x.6.1.724 VALID x.7.1.694 VALID x.8.1.648 VALID Sumber: data olahan SPSS

Dari hasil validitas, terdapat 2 variabel yang tidak valid, karena berada di bawah r=0,349. Hal ini terjadi karena memang tidak terlalu berpengaruh variabel tersebut terhadap biaya konstruksi. Tabel 5. Reliability Statistics Sumber: data olahan SPSS Cronbach's Alpha N of Items.853 10 Berdasarkan tabel tingkat realible, nilai Alpha Cronbach = 0.853 sehingga tingkat reliabilitasnya tinggi (dapat dipercaya). Perhitungan untuk pengaruh variabel terhadap perubahan biaya konstruksi dilakukan dengan memasukkan bobot elemen masing-masing sesuai dengan hasil. Tabel berikut merupakan perhitungan nilai pengaruh terhadap biaya yang digunakan untuk menentukan rangking atau peringkat dalam analisa AHP. Tabel 6. Hasil Perhitungan AHP Var 1 2 3 4 5 TOT 1 2 3 4 5 NILAI (%) Rank 0.07 0.13 0.27 0.52 1.00 x.1.1 2 14 8 5 3 32 6.25 43.75 25.00 15.63 9.38 30.47 3 x.2.1 0 10 11 7 4 32 0.00 31.25 34.38 21.88 12.50 37.22 1 x.4.1 1 15 8 6 2 32 3.13 46.88 25.00 18.75 6.25 29.17 4 x.4.2 1 9 12 8 2 32 3.13 28.13 37.50 25.00 6.25 33.22 2 x.5.1 3 14 10 2 3 32 9.38 43.75 31.25 6.25 9.38 27.51 5 x.6.1 1 15 11 5 0 32 3.13 46.88 34.38 15.63 0.00 23.81 8 x.7.1 4 15 7 5 1 32 12.50 46.88 21.88 15.63 3.13 24.24 6 x.8.1 4 14 9 4 1 32 12.50 43.75 28.13 12.50 3.13 23.87 7 Sumber: data olahan Angka 1 merupakan tidak berpengaruh, 2 merupakan kurang berpengaruh, 3 merupakan cukup berpengaruh, 4 merupakan berpengaruh dan 5 adalah sangat berpengaruh. Dari tabel di atas, diperoleh nilai proxy utama indikator yang sangat berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi yang mewakili variabel tersebut. Indikator tersebut merupakan indikator yang paling berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi.

Tabel 7. Faktor Pengaruh yang Dominan Terhadap Biaya Variabel Indikator Nilai (%) X.1 Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan 30.47 X.2 Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill 37.22 X.4 Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah 33.22 X.5 Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke pemandangan luar 27.51 X.6 Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang sesuai 23.81 X.7 Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan kelembaban sesuai 24.24 X.8 Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan 23.87 Sumber: data olahan Setelah mendapatkan proxy variabel, penelitian dilanjutkan dengan studi kasus. Hasil penelitian studi kasus dapat disimpulkan sebagai berikut. Pembangunan gedung kantor ini ditargetkan memperoleh 65 poin sistem rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat gold. Desain awal (pada saat tender) merupakan desain gedung konvensional yang selanjutnya diubah menjadi desain green building. Meskipun desain awalnya adalah konvensional tetapi telah memiliki baseline poin green building yaitu sebesar 21 poin. Tabel 8. Target dan Baseline Proyek NO ITEM Baseline Target ELIGIBILITY 1 ASD Appropriate Site Development 4 11 2 EEC Energy Efficiency & Conservation 2 16 3 WAC Water Conservation 4 14 4 MRC Material Resources & Cycle 4 4 5 IHC Indoor Health & Comfort 6 9 6 BEM Building Enviroment Management 1 11 Sumber: data olahan TOTAL 21 65

Aspek indoor air health and comfort (IHC) memiliki target sebanyak 9 poin dari sebelumnya telah memiliki 6 poin baseline. Target poin IHC berasal dari subaspek Prasyarat 1 (outdoor air introduction), IHC 2 (environmental tobacco smoke control), IHC 3 (chemical pollutant), IHC 4 (outside view), IHC 5 (visual comfort), IHC 6 (thermal comfort) dan IHC 7 (acoustic level). Dalam analisis studi kasus, didapat aspek-aspek yang diterapkan di proyek gedung kantor pusat PT Jasamarga, yaitu: a. Prasyarat 1 (outdoor air introduction) Outside air introduction merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu gedung yang akan disertifikasi sebagai green building. Prasyarat ini mewajibkan ruangan dalam gedung mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan sesuai dengan SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2. Dalam proyek PT Jasa Marga ini penggunaan ventilasi buatan berupa Exhaust Fan. Penggunaan Exhaust Fan sudah lazim dalam bangunan tinggi, terlebih adanya SNI membuat ventilasi tersebut diharuskan dilakukan. b. IHC 2 (Environmental Tobacco Smoke Control) Indikator yang dipakai untuk memenuhi IHC 2 adalah pemasangan tanda Dilarang Merokok di Seluruh Area Bangunan. c. IHC 3 (chemical pollutant) Penggunaan cat yang rendah VOCs yang telah bersertifikat green sudah merupakan kebijakan dari kontraktor itu sendiri. Cat yang dipakai adalah ICI paint yang telah meraih ISO 14001. Produk kayu komposit dan agrifiber yang rendah kandungan urea formaldehid juga terbilang mudah dan murah, karena sebagian besar produk tersebut telah rendah urea formaldehid. Kontraktor juga telah mempunyai kebijakan tersebut sehingga tidak ada tambahan apapun. Proyek ini sudah mempunyai kebijakan tidak menggunakan merkuri, Styrofoam dan asbes sehingga dengan mudah mendapatkan poin dari indikator ini. d. IHC 4 (outside view) 75% nett letable area menghadap langsung ke pemandangan luar juga telah dilakukan di proyek ini. Menggunakan cubicle yang tidak full membuat pengguna gedung dapat melihat ke pemandangan luar. Dan membuat banyak bukaan kaca di gedung juga membuat 75% NLA tercukupi untuk menghadap langsung ke pemandangan luar. Membuat bukaan jendela dan penggunaan cubicle tidak menambah biaya pembangunan karena telah lazim digunakan dalam bangunan tinggi.

e. IHC 5 (visual comfort) Variabel ini tidak menambah biaya konstruksi proyek karena hanya memastikan lampu telah sesuai dengan SNI 03-6197-2001 tabel 1. Pemenuhan variabel ini hanya berupa hitungan lux dan tidak akan menambah biaya apapun karena hanya berupa desain, dan telah diwajibkan SNI sehingga tidak akan menambah biaya apapun. f. IHC 6 (thermal comfort) Variabel ini merupakan yang paling mudah dan murah bahkan tidak mengeluarkan biaya apapun. Hal ini terjadi karena hanya penyetelan suhu pada 25 dan kelembaban 60% pada AC. Tidak terjadi penambahan biaya apapun. g. IHC 7 (acoustic level) Untuk memenuhi variabel ini, kontraktor melakukan penambahan berupa penanaman pohon yang mampu meredam suara dari luar. Pohon-pohon tersebut adalah pohon bambu dan pohon kenari. Pohon tersebut mampu meredam suara, selain itu pohon-pohon tersebut memenuhi aspek ASD 5 yang mengharuskan penggunaan 60% tanaman lokal. Penambahan biaya tidak masuk dalam aspek ini karena persentasenya lebih berat kepada aspek ASD 5. PEMBAHASAN Setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan melakukan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan proxy variabel dari indikator-indikator yang ada. Variabel yang paling berpengaruh adalah Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m dengan 30.47% dan menjadi peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh ke biaya konstruksi. Hal itu memang sesuai karena harga sensor gas tersebut yang sangat mahal dipasaran. Hasil penyeberan kuisioner ke responden dan pendapat para pakar, instalasi sensor gas karbon dioksida adalah barang yang mahal. Data proyek Dahana, instalasi sensor gas karbon dioksida seharga Rp. 184 juta. Jadi memang instalasi sensor gas karbon dioksida, yang hanya bernilai 1 poin dalam pencapaian GREENSHIP, bisa diindahkan dan tidak diterapkan dalam proyek ini. Pemasangan tanda Dilarang Merokok di Seluruh Area Bangunan dipilih sebagai pilihan pemenuhan aspek IHC 2 dikarenakan lebih murah dibandingkan membangun area khusus merokok. Walaupun tidak valid menurut hasil uji validitas dan reabilitas dikarenakan banyak

dari responden beranggapan membangun area khusus merokok atau memasang tanda dilarang merokok tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap biaya konstruksi proyek, kontraktor tetap menerapkan aspek ini demi mendapatkan 2 poin dengan biaya yang tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap biaya konstruksi proyek. Dalam proyek ini, terdapat beberapa aspek yang telah menjadi baseline. Maksudnya adalah ada 5 aspek yang memang telah diterapkan oleh kontraktor baik saat mereka mengerjakan proyek gedung konvensional, maupun saat mereka mengerjakan proyek gedung ramah lingkungan, sehingga tidak menambah biaya apapun. Hal itu seperti Pra syarat IHC, IHC 3 Chemical Pollutant, IHC 4 Outside View, IHC 5 Visual Comfort, IHC 6 Thermal Comfort. Hal-hal tersebut tidak menambah biaya apapun karena tidak berubah dengan desain yang tidak green. Tabel 9. Poin IHC di GREENSHIP v1.0 Beserta Project Baseline dan Target ITEM Poin baseline target P outdoor air introduction - - - IHC 1 CO 2 monitoring 1 - - IHC 2 environmental tobacco smoke control 2-2 IHC 3 chemical pollutant 3 3 3 IHC 4 outside view 1 1 1 IHC 5 visual comfort 1 1 1 IHC 6 thermal comfort 1 1 1 IHC 7 accoustic level 1-1 TOTAL 10 6 9 Sumber: data olahan Sedangkan untuk aspek IHC 7, digunakan metode penanaman tanaman yang dapat meredam suara seperti bambu, kenari dan tumbuhan perdu. Lalu tidak adanya bukaan yang menghadap ke jalan tol diharapkan mampu meredam suara dari luar terutama dari jalan tol. Metode penanaman tanaman tidak menambah biaya apapun karena lingkupnya yang masuk ke dalam lingkup lansekap sehingga dihitung dalam aspek ASD 5. Terdapat kontrakdiksi antara hasil dari survey dengan studi kasus yang telah dilakukan.hal itu tentu sangat wajar mengingat hal yang menjadi tujuan dalam survey adalah untuk mencari faktor dominan yang mempengaruhi biaya konstruksi, jadi indikator-indikator yang menjadi hasil dari survey merupakan kegiatan-kegiatan yang sebagian besar akan menambah biaya.

Sedangkan yang dilakukan pihak kontraktor dalam proyek yang distudikasuskan adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang mempunyai bobot poin dalam penilaian GREENSHIP itu besar namun memiliki penambahan biaya yang kecil, bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini dapat dilihat pada pemilihan aspek IHC 2 yang memiliki 2 poin, namun minim penambahan biayanya. IHC 2 dalam hasil survey dianggap tidak valid karena penambahan biayanya tidak seginifikan mempengaruhi biaya proyek. variabel indikator item Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami ventilasi X.1 atau buatan X.2 X.3 instalasi sensor gas karbon dioksida pemasangan tanda dilarang merokok Tabel 10. Perhitungan Biaya Green Building volu me Satu an Green harga satuan total biaya buatan 80,830,425 sensor gas karbon dioksida - - - tanda dilarang merokok 100 buah 40,000 4,000,000 dulux ICI paint 246,428,625.25 X.4 cat rendah VOCs 75% NLA X.5 menghadap keluar - - - penggunaan lampu dengan lux X.6 yang sesuai - - - X.7 - X.8 90% NLA tidak bising penanam an tanaman sebagai sound barier 497.0 3 m2 55,324 27,497,416.63 Sumber: data olahan total 358,756,466.88 total biaya konstruksi 38,859,884,343.

Tabel 11. Perhitungan Biaya Conventional Building variabel X.1 X.2 X.3 indikator Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan instalasi sensor gas karbon dioksida pemasangan tanda dilarang merokok Item volume Conventional harga satuan satuan total biaya ventilasi buatan 80,830,425.00 sensor gas karbon dioksida - - - tanda dilarang merokok - - - X.4 X.5 X.6 cat rendah VOCs dulux ICI paint 246,428,625.2 5 75% NLA menghadap keluar - - - penggunaan lampu dengan lux yang sesuai - - - X.7 - X.8 90% NLA tidak bising penanaman tanaman sebagai sound barier 497.03 m2 55,324 27,497,416.63 Total 354,756,466.8 8 Sumber: data olahan Deviasi 4,000,000.00 deviasi (%) 0.01% Dengan total biaya proyek mencapai Rp 38.859.884.343,-. total penambahan biaya IHC hanya 0,01% dari total biaya proyek. Itu didapat dari pemasangan tanda dilarang merokok sebesar p 4.000.000,-.

KESIMPULAN Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian adalah sebagai berikut, a. Faktor yang mempengerahui biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building adalah sebagai berikut. Peringkat variabel sub variabel 1 X.2 X.2.1 Indikator Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill 2 X.4 X.4.2 3 X.1 X.1.1 Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan 4 X.5 X.5.1 5 X.7 X.7.1 Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke pemandangan luar Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan kelembaban sesuai 6 X.8 X.8.1 Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan 7 X.6 X.6.1 Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang sesuai b. Penambahan biaya dalam proyek ini untuk memenuhi target dari IHC sebesar 0.01% SARAN Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah studi kasus beberapa proyek dengan target peringkat yang sama akan lebih baik karena akan mudah membandingkannya. Dengan adanya beberapa proyek yang dibandingkan diharapkan hasilnya akan menjadi lebih akurat. Kemudian penelitian tidak hanya pada biaya konstruksi, karena poin utama dari green building adalah biaya pemeliharaan dan waktu pengembalian investasi.

KEPUSTAKAAN [1] R.Y., Nasir. The Definition in Creating Green Office. Green Building Council Indonesia. 2010 [2] US Environmental Protection Agency. Healthy Buildings, Healthy People: A Vision for the 21st Century. US EPA. 2010 Dipetik Desember 7, 2011 dari: http://www.epa.gov/iaq/pubs/hbhp.html [3] WHO: Sekitar 30 persen Gedung di Dunia Memiliki Masalah Kualitas Udara dalam Ruangan. Diakses Desember 6, 2011 dari: mediaprofesi.com [4] Bisnis Indonesia, Oktober 2011 [5] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia. [6] US Environmental Protection Agency. www.epa.gov [7] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia. [8] Wisconsin Department of Health Service. 2011 [9] Pudjiastuti. Kualitas Udara Dalam Ruang. Dirjen PT Depdikbud. 1998 [10] Minnesota Department of Health. 2010 [11] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 56). Jakarta: Green Building Council Indonesia. [12] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 57). Jakarta: Green Building Council Indonesia. [13] Karyono, Tri Harso. 1998. Report on Thermal Comfort and Building Energy Studies in Jakarta-Indonesia. Journal of Elsevier Science, Building Environment. [14] Feriadi, Henry & Nyuk Hien Wong. Thermal Comfort for Naturally Ventilated Houses in Indonesia. Journal of Elsevier Science, Building Environment.

[15] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia. [16] Hodgson, Murray. Acoustical Evaluation of Six Green Office Buildings.