BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pusaka Asawidya dkk (2011) menjelaskan bahwa peralatan merupakan kriteria yang paling dominan dalam penerapan green construction pada proyek konstruksi di Surabaya. Jef Franklyn Sinulingga (2012) menyimpulkan bahwa hambatan terbesar yang dialami oleh sebagian besar responden dalam menerapkan green construction adalah pembiayaan serta perawatan green building. Hambatan dari segi pembiayaan serta perawatan green building menjadi alasan utama oleh sebagian besar responden dikarenakan tidak mudah merawat suatu gedung atau bangunan apalagi bangunan dengan konsep green building, yang harus mempertahankan manfaatnya untuk lingkungan sekitar. Hasil analisis Korelasi Pearson nilai interprestasi (r) adalah - 0,408. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara penerapan kriteria green construction dengan hambatan hambatan dalam penerapan green construction memiliki hubungan yang sedang (0,40 0,599), sedangkan bertanda negatif ( - ) menunjukkan bahwa hubungannya berlawanan arah artinya jika kriteria green construction semakin diterapkan maka hambatannya semakin tidak menghambat. Besarnya nilai signifikasi adalah 0,014 dimana α = 5%, maka dapat diketahui bahwa nilai signifikasi lebih kecil dari nilai α (0,014 < 0,05) jadi dapat disimpulkan adanya hubungan antara kriteria dalam menerapkan green construction dengan hambatan hambatan dalam penerapan green construction pada proyek konstruksi. Eka Nirmala dkk (2014) menjelaskan bahwa variabel terkuat penghambat penerapan green development adalah biaya investasi yang tinggi, prosedur penerapan yang memakan waktu, keterbatasan ketersediaan produk hijau, kesulitan pelaksanaan teknis, minimnya informasi tentang bangunan hijau, perencanaan yang rumit, kurangnya keahlian serta rendahnya permintaan pasar. 4

2 digilib.uns.ac.id 5 Wulfram I. Ervianto (2014) menyimpulkan bahwa hambatan yang terjadi dalam mengimplementasikan green construction adalah permasalahan teknologi, peran aktif pemilik proyek, terbatasnya regulasi, campur tangan sumber pendanaan serta faktor-faktor lain yang mencakup sosialisasi tentang lingkungan. Taufiq Lilo Adi Sucipto dkk (2014) menyimpulkan bahwa komitmen yang kuat dari owner sebagai pioneer dalam mewujudkan bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi sebagai alasan utama penerapan konsep green building pada Gedung Bank Indonesia Surakarta. Aplikasi green building yang diterapkan meliputi: penggunaan solar panel sebagai sumber energi alternatif, penggunaan kaca low-e sebagai pencahayaan alami, memanfaatkan air limbah untuk daur ulang, ruang terbuka hijau yang maksimal, adanya reflecting pool, penggunaan peralatan mekanikal-elektrikal yang hemat energi, terdapat parkir sepeda dan shower compartement, terdapat BAS (Building Automation System), perlengkapan sanitary yang ramah lingkungan, serta lingkungan kerja yang sehat dan nyaman. 2.2 Landasan Teori Pengertian Green Construction Glavinich (2008) mengemukakan green construction adalah suatu perencanaan dan proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Konsep green construction menurut Glavinich (2008) mencakup hal sebagai berikut: a. Perencanaan dan penjadwalan konstruksi. b. Konservasi material c. Tepat guna lahan d. Manajemen limbah kontruksi e. Penyimpanan dan perlindungan material f. Kesehatan lingkungan kerja g. Menciptakan lingkungan kerja yang ramah lingkungan h. Pemilihan dan pengoperasian peralatan konstruksi i. Dokumentasi

3 digilib.uns.ac.id 6 Sedangkan menurut Kibert (2008) konsep green construction mencakup hal sebagai berikut: a. Rencana pelindungan lokasi pekerjaan b. Program kesehatan dan keselamatan kerja c. Pengelolaan limbah pembangunan atau pembongkaran d. Pelatihan bagi subkontraktor e. Reduksi jejak ekologis proses kontruksi f. Penanganan dan instalisasi material g. Kualitas udara Standar Kriteria Penerapan Green Construction Standar yang dapat digunakan sebagai penilaian green construction antara lain sebagai berikut: a. Greenship untuk bangunan baru versi 1.2 oleh Green Building Council Indonesia (GBCI). Green Building Council Indonesia adalah lembaga mandiri (non government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBC Indonesia merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 102 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara. Kategori yang digunakan dalam sistem rating greenship antara lain sebagai berikut: 1) Appropriate Side Development (ASD) atau tepat guna lahan 2) Energy Efficiency and Refrigerat (EER) atau efisiensi energi dan refrigeran 3) Water Conservation (WC) atau konservasi air 4) Material Resources and Cycle (MRC) atau sumber dan siklus material 5) Indoor Air Health and Comfort (IHC) atau kualitas udara dan kenyamanan udara 6) Building and Environment Management (BEM) atau menejemen lingkungan bangunan

4 digilib.uns.ac.id 7 Tahap penilaian Greenship terdiri dari: 1) Tahap rekognisi desain (design recognition DR) dengan maksimum nilai 77 poin. Pada tahap ini, tim proyek mendapat kesempatan untuk mendapatkan penghargaan sementara untuk proyek pada tahap finalisasi desain dan perencanaan berdasarkan perangkat penilaian Greenship. Tahap ini dilalui selama gedung masih dalam tahap perencanaan. 2) Tahap penilaian akhir (final assessment FA) dengan maksimum nilai 101 poin. Pada tahap ini, proyek dinilai secara menyeluruh baik dari aspek desain maupun konstruksi dan merupakan tahap akhir yang menentukan kinerja gedung menyeluruh. Penjabaran nilai pada setiap kategori greenship rating tool dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Penjabaran Nilai Kategori Kriteria Green Construction by Greenship Rating Tool GBCI Kategori Jumlah nilai untuk DR Jumlah nilai untuk FA Prasyarat Kredit Bonus Prasyarat Kredit Bonus ASD EEC WAC MRC IHC BEM Jumlah Grafik persentase penilaian greenship untuk bangunan baru v1.2 dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

5 digilib.uns.ac.id ASD EEC WAC MRC IHC BEM DR FA Gambar 2.1 Grafik Persentase Penilaian Greenship untuk Bangunan Baru v1.2 b. Green Contractor Assessment Sheet oleh PT. PP (Persero) Tbk. Green Contractor Assessment Sheet adalah upaya penerapan green construction yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) Tbk. Hal-hal yang tertuang dalam Green Contractor Assessment Sheet antara lain sebagai berikut: 1) Tepat guna lahan Memelihara kehijauan lingkungan proyek serta mengurangi emisi CO2 dan gas polutan. Mengurangi beban drainasi kota akan limpasan air hujan maupun air dari kegiatan konstruksi baik kualitas maupun kuantitas. 2) Efisiensi dan konservasi energi Mendorong penghematan konsumsi/pemakaian energi selama kegiatan kontruksi dengan cara pemantauan pemakaian serta melakukan aplikasi upaya efisiensi energi. 3) Konservasi air Mendorong penghematan konsumsi/pemakaian air selama kegiatan kontruksi dengan cara pemantauan pemakaian serta melakukan aplikasi upaya efisiensi penggunaan air. 4) Manajemen lingkungan proyek konstruksi Melaksanakan pengolahan sampah selama proses konstruksi dan mendorong mengurangi terjadinya sampah sehingga mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) serta melaksanakan program kampanye/promosi green

6 digilib.uns.ac.id 9 construction dalam rangka sosialisasi dan edukasi akan pentingnya pengolahan kontruksi ramah lingkungan. 5) Sumber dan siklus material Mengoptimalkan penggunaan material yang ada untuk mengurangi pemakaian bahan mentah atau material baru serta melaksanakan proses produksi yang ramah lingkungan. 6) Kesehatan dan kenyamanan di dalam lokasi proyek konstruksi Menjaga dan meningkatkan kualitas udara serta kenyamanan udara serta menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan seperti mengurangi dampak asap rokok, debu, serta mengurangi pemakaian material yang dapat membahayakan kesehatan. 7) Lubang resapan biopori (LRB) Merupakan teknologi tepat guna untuk mengatasi permasalahan air dan sampah serta menjaga kualitas tanah. LRB adalah lubang silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter lubang ± 10 cm dan kedalaman sekitar 100cm dengan catatan tidak melebihi kedalaman permukaan air tanah Pelaksanaan Kriteria Green Construction Pelaksanaan green construction dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaan sebuah proyek. Dalam implementasinya, green construction tidak hanya digunakan untuk green building saja, namun juga untuk bangunan konvensional. Berdasarkan Greenship versi 1.2 oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) terdapat enam kriteria yang digunakan dalam penilaian pelaksanaan green construction. Secara spesifik kriteria tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 1) Appropriate Side Development (ASD) atau tepat guna lahan Dalam aspek ini terdapat kriteria prasyarat yang mengharuskan dalam proses pekerjaan tetap memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan, mencegah erosi tanah, mengurangi beban sistem drainasi menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. Selain itu terdapat kriteria kredit yang mendukung kriteria prasyarat. Kriteria-kriteria kredit tersebut commit to diantaranya: user

7 digilib.uns.ac.id 10 a. Pemilihan tapak Tujuan dari kriteria ini adalah menghindari pembangunan di daerah penghijauan dan pembukaan lahan baru. Tolak ukurnya adalah pemilihan lokasi yang terdapat prasarana dan melakukan revitalisasi lahan yang bernilai negatif. b. Aksesibilitas komunitas Tujuan dari kriteria ini adalah mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga mempermudah masyarakat dan menghindari penggunaan kendaraan bermotor. c. Transportasi umum Tujuan dari kriteria ini adalah mendorong pengguna gedung untuk menggunakan kendaraan umum. d. Fasilitas pengguna sepeda Tujuan dari kriteria ini adalah mendorong pengguna gedung untuk menggunakan sepeda agar mengurangi penggunaan sepeda bermotor. e. Lansekap pada lahan Tujuan dari kriteria ini adalah memelihara dan memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan, menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. f. Iklim mikro Tujuan dari kriteria ini adalah meningkatkan kualitas iklim mikro di sekitar gedung yang mencakup kenyamanan manusia dan habitat sekitar gedung. Penggunaan material-material yang tidak mengakibatkan heat island effect dan penambahan luas lansekap sangat dianjurkan dalam kriteria ini. g. Manajemen air limpasan Tujuan dari kriteria ini adalah mengurangi beban sistem drainasi lingkungan dari kuantitas air limpasan air hujan dengan sistem manajemen air hujan secara terpadu. 2) Energy Efficiency and Refrigerat (EER) atau efisiensi energi dan refrigeran Dalam aspek ini terdapat kriteria prasyarat yang mengharuskan pemantauan penggunaan energi sehingga dapat commit menjadi to user dasar penerapan manajemen energi

8 digilib.uns.ac.id 11 yang baik seperti memperhatikan kwh meter secara berkala. Selain itu juga terdapat kriteria kredit yang menunjang kriteria prasyarat diantaranya efisiensi dan konversi energi, penggunakan pencahayaan alami, penggunaan ventilasi, pemahaman tentang pengaruh perubahan iklim, serta menggunakan energi yang dapat terbarukan. 3) Water Conservation (WC) atau konservasi air Kriteria prasyarat dalam aspek ini adalah perhitungan penggunaan air dengan pemantauan berkala pada meteran air agar penggunaan air dapat lebih efisien. Selain itu juga terdapat beberapa kriteria kredit seperti pengurangan penggunaan air, pengalokasian penggunaan fitur air, daur ulang air, sumber air alternatif, penampungan air hujan, serta efisiensi penggunaan air lansekap. 4) Material Resources and Cycle (MRC) atau sumber dan siklus material Refrigeran fundamental menjadi kriteria prasyarat pada aspek ini, maksudnya adalah mencegah penggunaan material yang memiliki potensi merusak ozon yang tinggi. Selain itu terdapat juga kriteria kredit lainnya yaitu: a. Penggunaan gedung dan material Yang dimaksudkan disini adalah penggunaan kembali material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah baru, sehingga dapat mengurangi limbah pembuangan akhir. b. Material ramah lingkungan Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material. c. Mengurangi refrigeran tanpa ODP Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon. d. Kayu bersertifikat Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggung jawabkan asalusulnya untuk melindungi kelestarian alam. e. Material prafabrikasi Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. f. Material regional Untuk mengurangi CO2 yang commit dihasilkan to user dari transportasi material.

9 digilib.uns.ac.id 12 5) Indoor Air Health and Comfort (IHC) atau kualitas udara dan kenyamanan udara Melakukan introduksi dengan udara luar merupakan kriteria prasyarat. Tujuannya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan dengan melakukan introduksi udara luar sesuai dengan kebutuhan laju ventilasi untuk kesehatan pengguna gedung. Kriteria kreditnya antara lain: a. Pemantauan kadar CO2 b. Kendali asap rokok di lingkungan c. Mengontrol polutan kimia d. Pemandangan keluar gedung e. Kenyamanan visual f. Kenyamanan termal ruangan g. Mengontrol tingkat kebisingan 6) Building and Environment Management (BEM) atau menejemen lingkungan bangunan Kriteria prasyaratnya adalah terdapat dasar pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana untuk memudahkan proses daur ulang. Selain itu terdapat kriteria kredit sebagai berikut: a. Melibatkan minimal 1 tenaga ahli (greenship professional) dalam perencanaan proyek. b. Manajemen sampah yang disebabkan proses konstruksi. c. Pengolahan sampah tingkat lanjut. d. Membuat sistem komisioning yang baik dan benar agar pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. e. Menyerahkan data untuk melengkapi data implementasi konstruksi ramah lingkungan di Indonesia Faktor Penghambat Penerapan Green Construction Nirmala Eka dkk (2014) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh penting dalam penerapan green construction diantaranya:

10 digilib.uns.ac.id 13 1) Biaya investasi yang tinggi Biaya investasi merupakan penghambat utama yang disebabkan oleh kecanggihan teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Kecanggihan teknologi yang dimaksudkan tersebut, dapat diterapkan dengan adanya sistem sel surya, teknologi smart home dan sebagainya menurut seorang manajer proyek. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa apabila konsep bangunan hijau yang diterapkan berbasis pada kecanggihan teknologi hijau dengan melibatkan keseluruhan kinerja sistem mekanikal-elektrikal gedung yang bahkan dapat memproduksi on-site energy (Priatman,2002), maka biaya investasi dapat menjadi sangat tinggi (Zhang,2011; Hwang,2012). Sedangkan beberapa manajer proyek yang menyatakan kurang setuju pada variabel ini menyatakan bahwa perencanaan konsep bangunan hijau yang berbasis pada strategi desain pasif tidaklah memerlukan biaya tinggi meskipun tidak mendukung efisiensi energi sepenuhnya bahkan tidak menghasilkan energi baru yang merupakan inovasi terpenting dalam pembangunan hijau. 2) Prosedur penerapan yang memakan waktu Dominasi jawaban responden pada perusahaan pengembang di Surabaya sesuai dengan pernyataan Hwang (2012) dan Choi (2009) yang menyebutkan bahwa alokasi waktu yang lebih panjang diperlukan untuk menjalankan rumitnya pengawasan, pengendalian dan proses persetujuan pada tiap tahapan pekerjaan dimana terdapat cukup banyak metode dan teknologi baru yang belum cukup dikenal, sehingga konsep ini masih perlu dipelajari dan didiskusikan dalam beberapa saat sebelum diterapkan. U.S EPA (2007) juga menambahkan bahwa pemenuhan kebutuhan perencanaan yang lebih detail dan komprehensif menuntut keterlibatan dan interaksi berbagai stakeholder sehingga memperlambat prosedur penerapan yang ada. Sedangkan sebagian kecil pendapat responden yang berlawanan, mengarah pada keunggulan elemen konstruksi hijau seperti yang dicontohkan Ervianto (2012) diantaranya adalah pemasangan sistem modular beton pracetak yang ternyata mempersingkat durasi proyek karena pelaksanaannya yang tidak terpengaruh cuaca sehingga meminimalkan terjadinya keterlambatan.

11 digilib.uns.ac.id 14 3) Keterbatasan ketersediaan produk hijau Pengalaman dari beberapa perusahaan pengembang di Kota Surabaya yaitu seringkali material hijau hanya dapat diperoleh dari segelintir pemasok saja sehingga mau tidak mau material tersebut harus diterima bagaimanapun adanya tanpa dapat membandingkan harga maupun kualitas dengan material sejenis dari pemasok lain. Kendala keterbatasan ketersediaan material dan peralatan bersertifikasi hijau yang disediakan oleh supplier menurut Dair (2006) dan Lam et al (2009) ini disebabkan karena material dan peralatan bersertifikasi hijau seringkali berada di luar standar umum rantai pasok proyek konstruksi sehingga berdampak pada resiko ketidakpastian persediaan pasokan dan minimnya jenis alternatif pengganti. Hwang (2012) pun menambahkan ketersediaan material hijau tidak mudah didapat karena tidak tersedia secara lokal sehingga sebagian besar harus diperoleh secara import. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya demand yang ada menurut Landman (1999). 4) Kesulitan pelaksanaan teknis Terdapat cukup banyak komponen sistem pada proyek pembangunan hijau yang terbentuk oleh adanya teknologi yang masih tergolong baru, sehingga muncullah kesulitan teknis pada masa konstruksi (Marchman,2011). Suatu contoh yang disebutkan oleh seorang responden bahwa terdapat kesulitan dalam pemasangan sistem sistem ventilasi pengalihan udara untuk perbaikan kenyamanan termal dan kualitas udara ruang pada gedung. Sistem ini menyalurkan 100% udara luar ke dalam ruangan melewati bagian bawah lantai atau dinding bawah, kemudian secara perlahan hawa panas pun terserap ke arah saluran pemipaan pada plafon tanpa memindahkan debu dan kotoran dari lantai. Pelaksanaan sistem ini tampak cukup rumit karena sulitnya integrasi sistem ini dengan sistem lain yang ada pada lantai, dinding dan plafon. 5) Minimnya informasi tentang bangunan hijau Menurut Yudelson (2008), hal-hal yang perlu diinformasikan tentang bangunan hijau adalah bagaimana aplikasi konsep hijau yang harus dilakukan secara tepat, serta berbagai keuntungan sosial dan ekonomi yang penting untuk dijadikan motivasi bagi stakeholder. Bahkan menurut salah seorang responden, informasi yang ada tentang bangunan hijau sebenarnya telah cukup tersedia dan mudah

12 digilib.uns.ac.id 15 ditemui di Surabaya yang notabene merupakan sebuah kota besar, namun di antara cukup banyaknya informasi tersebut yang paling penting namun sulit diperoleh adalah informasi aplikasi teknologi hijau pada bangunan dengan gambaran nyata mengenai nilai manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan keseluruhan biaya yang telah diinvestasikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa informasi detail mengenai perbandingan biaya dan manfaat (cost-benefit) yang ada pada konsep pembangunan hijau masih sangatlah rendah karena minimnya penerapan yang ada menurut Tomkiewicks (2011). 6) Perencanaan yang rumit Perencanaan pada proses konstruksi di dalam proyek pembangunan hijau memerlukan peran semua pihak secara terintegrasi di sepanjang proses perencanaan (Ervianto, 2012). Hal ini disebabkan oleh karena cukup banyaknya komponen pada sistem bangunan hijau yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi, sehingga kesalahan rencana instalasi dapat berdampak terhadap gangguan teknis pada elemen bangunan lain menurut Choi (2009). Bahkan tanpa berbasis pada instalasi teknologi hijau, perencanaan bangunan hijau dengan desain pasif pun tidak sesederhana perencanaan bangunan biasa menurut salah seorang responden yang merupakan manajer proyek perusahaan pengembang. Sedangkan perencanaan bangunan hijau yang dikatakan sederhana oleh sebagian kecil responden pada penelitian ini, dikatakan oleh Petersen (2008) sebagai proses desain yang hanya mengandalkan trial and error sehingga pencapaian konsep bangunan hijau dapat berpotensi tidak tepat pada sasarannya. 7) Kurangnya keahlian Proyek pembangunan hijau adalah proyek yang memerlukan pengetahuan dan skil yang berbeda dengan proyek biasa berdasarkan pernyataan Hwang (2012). Sehingga minimnya keahlian yang mendetail tentang bagaimana penerapan, metode dan spesifikasi teknis teknologi hijau menyebabkan konsep ini menjadi sulit diterapkan secara maksimal (Robichaud et al, 2011). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada seorang manajer proyek, ahli yang kompeten dalam konsep Green Development pada proyek konstruksi gedung di Surabaya seringkali hanya terlibat pada saat tahap pelaksanaan konstruksi saja, contohnya yaitu pada proses pemasangan sistem balok pracetak yang seringkali hanya dikuasai oleh

13 digilib.uns.ac.id 16 subkontraktor beton ready-mix. Robichaud (2011) dan Dair (2006) menyebutkan bahwa terlambatnya keterlibatan konsultan yang ahli dalam konsep bangunan hijau tidak akan memberi pengaruh yang signifikan pada kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan hijau. 8) Rendahnya permintaan pasar Menurut Abidin (2010), perusahaan pengembang sangat berorientasi pada pengembangan properti yang mudah laku terjual, sehingga penerapan konsep pembangunan hijau ini akan secara total dilaksanakan apabila terdapat dorongan dari permintaan pasar. Yudelson (2008) menyatakan bahwa permintaan pasar dapat didorong oleh semakin bertambahnya tingkat pertumbuhan proyek-proyek pembangunan hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang responden yang mengatakan bahwa rendahnya permintaan pasar bukan lagi menjadi suatu penghambat yang berarti, namun justru dapat menjadi suatu pendorong yang dipicu oleh perilaku sektor industri dalam memproduksi material ataupun komponen hijau secara besar-besaran untuk menarik konsumen. Adapun respon tidak setuju pada rendahnya permintaan pasar yang ada pada saat ini, didukung oleh pernyataan Mc Graw Hill Construction (2006) yaitu terdapat sebuah kecenderungan bahwa kemungkinan besar kondisi pasar saat ini telah lebih tinggi dari beberapa tahun lalu. Wulfram I. Ervianto (2014) menyimpulkan hambatan yang terjadi dalam mengimplementasikan green construction adalah: 1) Permasalahan Teknologi Permasalahan teknologi, dimana kontraktor masih terkendala oleh beberapa hal sebagai berikut: (a) penggunaan bahan bakar alternatif, (b) teknologi daur ulang, (c) terbatasnya ketersediaan peralatan yang ramah lingkungan dalam hal tingkat kebisingan, (d) implementasi komponen prafabrikasi, (e) ragam material terbarukan. 2) Peran Aktif Pemilik Proyek Peran aktif dari pemilik proyek dalam beberapa hal sebagai berikut: (a) mensyaratkan pemakaian kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya, (b) mensyaratkan pembuatan sistem untuk infiltrasi air tanah, (c) ketentuan filterisasi air yang akan disalurkan ke dalam riol kota, (d) ketentuan tidak menebang

14 digilib.uns.ac.id 17 pohon kecuali yang berada dalam massa bangunan, (e) mensyaratkan penggunaan air secara bertanggung jawab baik yang bersumber dari PDAM maupun air tanah, (f) melakukan monitoring sampah yang dihasilkan, (g) memantau kebisingan, getaran, dan kondisi air tanah yang diakibatkan oleh aktivitas proyek, (h) memantau kualitas udara selama proyek berlangsung untuk menciptakan udara bersih. 3) Keterbatasan Regulasi Terbatasnya regulasi yang mengatur tentang implementasi green construction dalam beberapa hal sebagai berikut: (a) standarisasi terkait dengan penerangan yang sesuai untuk aktivitas konstruksi baik di dalam maupun di luar ruangan, (b) ketentuan penggunaan peralatan konstruksi yang rendah emisi dan berbahan bakar alternatif. 4) Sumber Pendanaan Campur tangan sumber pendanaan dalam hal peremajaan berbagai peralatan yang rendah emisi dan efisien bahan bakar. 5) Faktor Kesadaran Faktor lainnya yang mencakup sosialisasi penghematan air, energi, penggunaan sensor cahaya untuk penerangan dan tidak menggunakan bahan berbahaya seperti merkuri, styrofoam dan zat lain yang tidak ramah lingkungan Analisis Statistik Uji Validitas Pearson Product Moment merupakan salah satu teknik pengujian validitas yang sering digunakan. Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dengan mengkorelasikan skor butir pada kuisioner terhadap skor total pada tingkat signifikansi 5%. Rumus Pearson Product Moment: r = n.(σxy) (Σx) (Σy) {nσx² (Σx)²} {n.σy2 (Σy)²} Dimana: (2.1)

15 digilib.uns.ac.id 18 r n Σx Σy Σx 2 Σy 2 Σxy = korelasi Pearson Product Moment = Banyaknya Pasangan data X dan Y = Total Jumlah dari Variabel X = Total Jumlah dari Variabel Y = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X = Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y = Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y Uji Reliabilitas Metode yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach s Alpha. Alpha Cronbach adalah koefisien keandalan (reliability) yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan berkorelasi satu sama lain. Perhitungan Cronbach s Alpha dilakukan dengan menghitung rerata interkorelasi di antara butir-butir pertanyaan pada kuisioner. Rumus Cronbach s Alpha: k σ b2 r tt = (1 ) (2.2) k 1 σ t2 Dimana: rtt k = reliabilitas kuisioner = banyaknya butir pertanyaan σ b 2 = jumlah variansi butir σ t 2 = variansi total Tabel 2.2 Cronbach s Alpha No Interval Kriteria 1 < Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi commit to user Sangat Tinggi

16 digilib.uns.ac.id Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda adalah suatu model dimana variabel terikat tergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk Umum Regresi Linier Berganda Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n (2.3) Dimana: Y adalah variabel terikat X adalah variabel bebas a adalah konstanta b adalah koefisien regresi Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan seiring analisis regresi berganda, yang meliputi uji asumsi multikolinieritas, autokorelasi, normalitas, dan heteroskesdastisitas. Apabila hasilnya tidak ditemukan multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas, maka analisis regresi berganda yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai hasil akhir uji hipotesis penelitian mengenai hambatan yang terjadi dalam penerapan green construction Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Dan ploting data residual akan akan dibandingkan dengan garis diagonal, jika distribusi residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

17 digilib.uns.ac.id Uji Multikolinieritas Mulitikolinieritas menunjukkan hubungan linier antara variabel bebas. Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan nilai varian inflation factor (VIF) yang diperoleh dari pengujian hipotesis. Kriteria terjadinya multikolinieritas adalah apabila VIF lebih besar dari Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan secara waktu (time series) atau secara ruang (cross sectional). Metode yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson Uji Heterokesdatisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual atau pengamatan satu ke pengamatan lain tetap. Maka disebut homokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat, yaitu ZPRED (sumbu X), dengan residualnya SRESID (sumbu Y). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan terjadinya homokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan teratur, serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heterokedastisitas Pengujian Hipotesis Uji t Yaitu uji hipotesis pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. 1) Hipotesis operasional Ho = Variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat

18 digilib.uns.ac.id 21 Ha = Variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat 2) Perhitungan t tabel Tingkat signifikasi (α) = 0.05 t tabel = t (α / 2; n k) 3) Dasar pengambilan keputusan Berdasarkan t tabel: Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima Jika t hitung > t tabel maka Ho diterima Berdasarkan taraf signifikasi/nilai probabilitas Jika signifikasi > 0,05 maka Ho diterima Jika signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak Nilai t tabel yang diperoleh dibandingkan nilai t hitung, bila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Pengujian Hipotesis Uji F Yaitu uji hipotesis pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. 1) Hipotesis operasional Ho = Variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Ha = Variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat 2) Perhitungan t tabel Tingkat signifikasi (α) = 0.05 F table = t (α, V1, V2) F table = t (α,[k-1]; [n-1] [k-1]) Keterangan: n = jumlah sampel, k = jumlah variabel 3) Dasar pengambilan keputusan Berdasarkan t tabel:

19 digilib.uns.ac.id 22 Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima Jika F hitung > F tabel maka Ho diterima Berdasarkan taraf signifikasi/nilai probabilitas Jika signifikasi > 0,05 maka Ho diterima Jika signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak Nilai F tabel yang diperoleh dibandingkan nilai F hitung, bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Apabila F hitung < F tabel, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEMUDAHAN PELAKSANAAN DAN HAMBATAN DALAM PENERAPAN KRITERIA GREEN CONSTRUCTION DI SURAKARTA Abdjad Agung Artanto 1), Widi Hartono 2), Adi Yusuf Muttaqien 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN KONSEP GREEN DEVELOPMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA SURABAYA

ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN KONSEP GREEN DEVELOPMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA SURABAYA ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENERAPAN KONSEP GREEN DEVELOPMENT PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA SURABAYA Eka Nirmala 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) Program Magister Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii) ANALISIS TELUK BENOA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diperoleh beberapa pengetahuan sebagai berikut:. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya mempunyai waktu yang pendek dimana awal dan akhir proyek

Lebih terperinci

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA Rizky Aulia 1), Happy R. Santosa, dan Ima Defiana 2) 1) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium Analisis Teluk Jakarta dan Green Building Gedung Sinarmas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENBAHASAN. Beberapa kategori perusahaan yang mempunyai rantai pasokan kolaboratif yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENBAHASAN. Beberapa kategori perusahaan yang mempunyai rantai pasokan kolaboratif yang BAB IV ANALISIS DATA DAN PENBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh rantai pasokan kolaboratif terhadap kinerja operasional perusahaan yang ada di Yogyakarta. Sampel yang peneliti ambil

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Tujuan analisis penelitian ini adalah menjawab

Lebih terperinci

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung atau tanpa melalui perantara yang didapat

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Rezky Anggunmulia 1, Denny S. Widyanto 2, Herry P. Chandra 3 dan Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK : Sektor bangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Kantor Cabang Pembantu Blitar yang beralamatkan dijalan Tentara Gene Pelajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Objek dan Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Menurut Umar (2003) objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada pengguna software Sistem Informasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada pengguna software Sistem Informasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada pengguna software Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data a. Uji Validitas Untuk menguji validitas masing-masing item pernyataan dari variabel penelitian. Menurut Ghozali (2006), Uji Validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel bebas atau Independen 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. nasabah bank umum yang diambil secara acak di DIY. pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. nasabah bank umum yang diambil secara acak di DIY. pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Unit analisis pada penelitian ini adalah nasabah bank umum yang

Lebih terperinci

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan Jane Malinda 1 dan Andika Citraningrum 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gibran K. Aulia 1, Agung Murti Nugroho 2, Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z Laporan Perancangan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kausalitas. Menurut Umar (2005,p105) berguna untuk menganalisis hubungan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh atau hubungan kedua variabel tersebut. berakhir bulan Mei 2015, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, Sugiyono (2010:11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP KEBERHASILAN BANGUNAN HIJAU

STUDI TENTANG PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP KEBERHASILAN BANGUNAN HIJAU STUDI TENTANG PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP KEBERHASILAN BANGUNAN HIJAU Retno Minawati 1, Lydia Octavia Lumanto 2, Herry Pintardi Chandra 3 ABSTRAK : Pemangku kepentingan memiliki pengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan karateristik masalah yang diteliti, jenis penelitian yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan karateristik masalah yang diteliti, jenis penelitian yang akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Indra Karya Kantor Cabang 1 Malang yang bergerak di bagian konsultan. 3.2. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan karateristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Kuncoro (2003:103) populasi merupakan kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian

Lebih terperinci

GREENSHIP HOMES Version 1.0

GREENSHIP HOMES Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS untuk RUMAH TINGGAL VERSI.0 S Version.0 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA AGUSTUS 04 Visit us at www.greenshiphomes.org

Lebih terperinci

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Bank Sahabat Sampoerna Cabang Puri yang beralamat di Jalan Puri Indah Raya Blok A/15, Kembangan, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING Muhammad Fatih, Yusuf Latief, Suratman Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2007:11) jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Aditma Graha Lestari yang beralamat di Komplek Ruko Puri Kembangan Indah No. 168 D, Kembangan Selatan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri dari dua di wilayah Jakarta Barat dan satu di wilayah Tangerang.

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Mitrabangun Adigraha di Perawang Kabupaten Siak. 3.2 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer, Yaitu data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 65 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif pada penelitian ini akan menggambarkan data penelitian tentang CAR, NPF, BOPO,dan ROA dengan penyajian data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisa bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 26 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausalitas yang bertujuan menjelaskan fenomena dalam bentuk pengaruh antar

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian penjelasan (explanatory

BAB II METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian penjelasan (explanatory BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu menjelaskan suatu hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Matraman di Jalan Matraman

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA Austin Vincentius Mastan 1, Hans Pratama Haliman 2, Paul Nugraha 3 ABSTRAK: Perlu ditemukan suatu cara yang dapat secara signifikan mengurangi dampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang yang digunakan adalah jenis data sekunder, dimana data sekunder adalah data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan dipublikasikan dalam

Lebih terperinci

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI Nurul Hidayati, Heru Sufianto, dan Ali Soekirno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU DINAS PENGAWASAN DAN PENERTIBAN BANGUNAN PROV.DKI JAKARTA Peraturan Gubernur No 38 tahun 2012 telah ditetapkan pada April 2012 dan akan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH

IDENTIFIKASI INDIKATOR PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH ISSN 2302-0253 7 Pages pp. 101-107 IDENTIFIKASI INDIKATOR PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH Muhammad Furqan 1, T. Budi Aulia 2, Hafnidar A. Rani 3 1) Magister

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

BAB III. penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistik.

BAB III. penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan metode statistik. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis pada bab ini dilakukan dari hasil kuisioner yang telah dikumpulkan. Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan yang memiliki hubungan kerja dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Bank Umum Indonesia yaitu Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang mengeluarkan laporan keuangan periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada di PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) yang beralamat di Jl. Moh. Toha Km.1 Tangerang, Banten. Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Motor Air Tiris, Kec. Kampar jln. Pekanbaru-Bangkinang KM.48 Psr. Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Motor Air Tiris, Kec. Kampar jln. Pekanbaru-Bangkinang KM.48 Psr. Air 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan pada show room sepeda motor CV. Suci Motor Air Tiris, Kec. Kampar jln. Pekanbaru-Bangkinang KM.48 Psr. Air Tiris.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG.

BAB III METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi penelitian Penulis melakukan penelitian di Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sari Madu PG. Kebon Agung Malang yang bertempat di Jalan Raya Kebon Agung 1 Malang. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat Jalan D.I Panjaitan No. 23 Bangkinang Kampar pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat Jalan D.I Panjaitan No. 23 Bangkinang Kampar pada bulan 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada Swalayan Ranggon Jaya Mart yang beralamat Jalan D.I Panjaitan No. 23 Bangkinang Kampar pada bulan November

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barat. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2016 sampai dengan selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. Barat. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2016 sampai dengan selesai. 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan yang sudah terdaftar sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang beromzet 4,8 milyar pertahun diwilayah Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODE PENELITIAN.  Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2013. Penulis melakukan pengambilan data dari situs www.djpk.kemenkeu.go.id.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan digunakan dalam penelitiannya karena hal tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu penelitian dimana informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan vol 9 () (07) hal 7-4 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index Pengukuran Greenship Home Pada Rumah Tinggal Berkonsep Green

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GREENSHIP

SERTIFIKASI GREENSHIP SERTIFIKASI GREENSHIP ALUR PENDAFTARAN SERTIFIKASI GREENSHIP NEW BUILDING VERSI 1.0 Keterangan : Proses Perijinan (Pihak Pemerintah) FS/TOR Project Plan Target Setting Proses Perencanaan (Pihak Pemilik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data Hasil Penelitian Pada bab ini mengemukakan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh komunikasi organisasi terhadap prestasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh

Lebih terperinci

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec

36 Kompensasi. Variabel kompensasi ini terdiri dari Gaji, Reward dan Insentif. 1. Gaji Menurut Hasibuan (2007) gaji adalah balas jasa yang dibayar sec BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Penelitian ian ini dilaksanakan pada CV.Sumber Buah Serang, Jl. Cinanggung

Lebih terperinci