HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar

PROGRAM PENCAHAYAAN (Lighting) TIM BROILER MANAGEMENT 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

Unnes Journal of Life Science. Suhu, Kelembaban, serta Produksi Telur Itik pada Kandang Tipe Litter dan Slat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam buras super merupakan hasil dari program persilangan (crossbreding)

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic, yaitu harus mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal untuk hidup dan berproduksi secara efisien. Suhu tubuh ayam broiler normalnya ±40,6 41,7 0 C. Ayam broiler dapat tumbuh secara optimal pada suhu lingkungan 18 0 C - 24 0 C (Kartasudjana dan Suptijatna, 2010) dan kelembaban 50-75% (Scanes, 2004). Suhu dan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan stress pada ayam yang mengakibatkan konsumsi ransum menurun sehingga mempengaruhi bobot badan ayam. Temperatur lingkungan dapat dikontrol dengan cara melihat thermometer atau dengan cara melihat tingkah lakunya. Apabila terjadi panting berarti ayam mengalami stress akibat tingginya suhu lingkungan. Guna mengatasi suhu tinggi perlu memperhatikan ventilasi kandang yaitu tempat masuk dan keluarnya udara menuju dan keluar kandang. Fungsi dari ventilasi yaitu menjaga pergerakan udara di dalam kandang agar kualitas udara, suhu, dan kelembaban di dalam kandang tetap baik. Sehingga selama penelitian pada siang hari tirai kandang di buka dan pada malam hari tirai kembali ditutup. Selain itu kelembaban udara juga mempengaruhi terhadap stres panas melalui interaksi dengan suhu, kelembaban udara yang rendah menyebabkan dehidrasi pada ayam sedangkan kelembaban udara yang tinggi menyebabkan kandang bau karena dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme pada sekam.

23 Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Rataan Suhu Kandang Selama Penelitian Minggu Suhu Pagi Suhu Siang Suhu Malam...( 0 C) III 24 30 26 IV 24 30 26 V 24 30 26 Rataan 24 30 26 Tabel 8. Rataan Kelembaban Kandang selama Penelitian Minggu Kelembaban Pagi Kelembaban Siang Kelembaban Malam %...... III 80 59 78 IV 80 60 77 V 81 59 77 Rataan 80,3 59,3 77,3 4.2. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum pada ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian berkisar antara 3.087,90 3.276,00 gram per ekor. Dari hasil penelitian yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistic dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan perhitungan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Fakta tersebut memberi ketetapan bahwa lama pencahayaan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi ransum.

24 Tabel 9. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konsumsi Ransum Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 gram. 1 3.267,00 3.438,00 3.240,00 2.826,00 2 3.132,00 3.172,50 3.213,00 3.217,50 3 3.604,50 3.429,00 3.190,50 3.082,50 4 3.177,00 3.253,50 3.217,50 3.172,50 5 3.199,50 3.294,00 3.195,00 3.141,00 Jumlah 16.380,00 16.587,00 16.056,00 15.439,50 Rataan 3.276,00 3.317,40 3.211,20 3.087,90 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan jumlah konsumsi ransum setiap perlakuan sama, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah faktor pencahayaan. Pemberian lampu penerangan terhadap ayam broiler pada manajemen pemeliharaan tergantung pada lama pemberian dan intensitas cahaya. Ternak unggas peka terhadap cahaya, karenanya dapat mempengaruhi proses biologis melalui aktivitas hormonal. Mekanisme proses fisiologis yang terjadi dalam penerimaan rangsangan sehingga dapat mempengaruhi organ-organ tubuh diawali dengan rangsangan mekanisne pada syaraf pengelihatan yang selanjutnya secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam dan merangsang syaraf mata kemudian rangsangan ini diteruskan ke hipotalamus. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hipotalamaus posterior. Hormon pengendali tersebut terdiri dari

25 hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan aktivitas tiroid dan hormon somatotropik yang mengatur berbagai fungsi meningkatkan pertumbuhan. Tingkah laku ayam broiler sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pada umumnya cahaya lampu yang lebih terang akan meningkatkan aktivitas, sementara yang lebih rendah memberi pengaruh dalam pengontrolan agresivitas berlebih yang berpotensi terjadinya kanibalisme, Hal tersebut disebabkan karena tingkat intensitas cahaya yang tinggi akan merangsang syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada ayam. Rangsang dari syaraf akan ditransformasikan ke hipothalamus yang akan mensekresikan hormon releasing factor. Hormon releasing factor yang dihasilkan akan mengatur kelenjar endokrin yang salah satunya adalah kelenjar adrenal yang produksinya akan meningkat dan akan meningkatkan pola konsumsi makan ayam, sehingga lama pencahayaan tidak akan banyak mempengaruhi pola konsumsi pakan dari ayam tersebut. Faktor lain juga dapat disebabkan salah satunya karena program pencahayaan yang dilakukan dengan memberikan sistem pencahayaan penuh selama 24 jam pada dua minggu awal sehingga konsumsi ransum sama meskipun pada umur berikutnya ayam diberi perlakuan pencahayaan yang berbeda. Selain itu pada pukul 06.00-18.00 wib ayam mendapatkan cahaya yang cukup dari sinar matahari sehingga ayam tidak sama sekali kekurangan cahaya, hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan menurut Wheaver dan Siegel (1968) bahwa tingkah laku makan ayam paling besar pada pukul 08.00 wib dan karakter ini mulai tampak pada pukul 07.00 wib sehingga pengaturan lama pencahayaan pada malam hari mulai pukul 18.00-06.00 wib tidak mempengaruhi ayam untuk mengkonsumsi ransum.

26 4.3. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai standar produksi. Hasil penelitian rataan pertambahan bobot badan ayam broiler ± 1.461,20-1.675,73 gram per ekor. Pertambahan bobot badan tertinggi terlihat pada perlakuan P3 (1.675,73 gram) yaitu lama pencahayaan 6 jam terang dan 6 jam gelap sedangakan pertambahan bobot badan terendah terlihat pada perlakuan P0 (1.461,20 gram) yaitu lama pencahayaan 12 jam terang. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 gram.. 1 1.353,00 1.506,73 1.413,87 1.687,53 2 1.635,33 1.484,47 1.503,98 1.766,60 3 1.380,87 1.495,47 1.437,58 1.649,13 4 1.459,07 1.425,40 1.550,67 1.707,33 5 1.516,00 1.393,93 1.641,07 1.568,07 Jumlah 7.344,27 7.306,00 7.547,17 8.378,66 Rataan 1.468,85 1.461,20 1.509,43 1.675,73 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Dari hasil analisis ragam pada lampiran 3 diketahui bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan hasil penelitian yang telah dilakukan dilanjutkan dengan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 11.

27 Tabel 11. Uji Duncan Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Lama Pencahayaan Perlakuan (jam) Rataan Konsumsi Ransum (g) Signifikasi (0,05) P0 1.461,20 b P1 1.468,85 b P2 1.509,43 b P3 1.675,73 a Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom signifikansi menunjukan tidak berbeda nyata Pada Tabel 11 didapatkan hasil bahwa lama pencahayaan pada perlakuan P3 nyata lebih tinggi daripada pertambahan bobot badan pada perlakuan P2, P1 dan P0, sedangkan antara perlakuan P0, P1, dan P2 memperlihatkan pertambahan bobot badan yang sama. Meskipun konsumsi ransum pada setiap perlakuan sama, namun pada perlakuan P3 ransum dapat digunakan secara optimal untuk pertambahan bobot badannya karena konsumsi ransum yang optimal akan menyebabkan pertambahan bobot badan yang tinggi ini terjadi karena salah satu fungsi ransum bagi unggas adalah untuk pertumbuhan, hal ini berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak yang akhirnya hasil proses tersebut digunakan untuk pertumbuhan ini berhubungan dengan fungsi cahaya yang dapat menggeretak kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon pertumbuhan untuk mengatur proses metabolisme sehingga proses pertumbuhan unggas akan terus berlangsung semaksimal mungkin sesuai dengan potensi genetiknya, selain itu cahaya gelap juga akan menghambat pelepasan hormon kortikosteroid dan dapat memberikan kesempatan pada ayam untuk lebih banyak beristirahat sehingga ransum yang dikonsumsi secara optimal akan digunakan ayam untuk menunjang terhadap pertambahan bobot badannya.

28 Waktu gelap yang lebih panjang juga menyebabkan nutrisi dari ransum lebih banyak digunakan untuk pembentukan daging bukan untuk aktifitas didalam kandang karena aktifitas fisik sangat rendah selama gelap dan pengeluaran energi untuk aktifitas berkurang (Rahimi, 2005), selama gelap terjadi pengosongan saluran pencernaan sehingga kesempatan ayam untuk mengkonsumsi ransum berkurang namun kesempatan ransum untuk dicerna ayam sempurna sehingga proses pencernaan dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik dan kebutuhan nutrien yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi. 4.4. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konversi Ransum Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rataan konversi Ransum berkisar antara 1,85 2,27. Konversi ransum terendah 1,85 yaitu pada perlakuan P3 dan konversi ransum tertinggi 2,27 yaitu pada perlakuan P1. Konversi Ransum ini kurang baik apabila dibandingkan dengan standar yang ada, standar konversi ransum ayam broiler adalah 1,6 (Cobb Vantress Inc, 2010). Rataan konversi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler selama Penelitian

29 Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 1 2,41 2,28 2,29 1,67 2 1,92 2,14 2,14 1,82 3 2,61 2,29 2,22 1,87 4 2,18 2,28 2,07 1,86 5 2,11 2,36 1,95 2,00 Jumlah 11,23 11,35 10,67 9,22 Rataan 2,24 2,27 2,13 1,84 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Hasil analisis ragam konversi ransum pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum dilakukan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Uji Duncan Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Lama Pencahayaan Perlakuan Rataan Konversi Ransum Signifikasi (0,05) P0 2,24 a P1 2,27 a P2 2,13 a P3 1,84 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan tidak berbeda nyata Dari Tabel 13 didapatkan hasil bahwa nilai konversi ransum pada perlakuan P3 terhadap perlakuan P0, P1 dan P2 memperlihatkan pengaruh yang nyata, sedangkan antara perlakuan P0, P1 dan P2 memperlihatkan nilai konversi ransum yang sama. Hasil rataan konversi ransum dipengaruhi oleh hasil rataan

30 pertambahan bobot badan yang menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan P3, dari perlakuan P3 menunjukan bahwa ayam mengkonsumsi ransum sama pada setiap perlakuan namum pertumbuhannya relatif cepat ini menunjukan bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi dapat digunakan untuk menunjang pertumbuhannya sehingga pertambahan bobot badannya menjadi baik. Lama pencahayaan pada perlakuan P3 dapat memberikan kondisi yang nyaman bagi ayam untuk pembentukan daging karena periode gelap yang panjang menyebabkan ayam tidak banyak beraktifitas dalam kandang akibatnya ransum yang dikonsumsi efektif untuk pertumbuhan sehingga ayam lebih efisien dalam menggunakan ransum terhadap pertambahan bobot badannya.