22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic, yaitu harus mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran normal untuk hidup dan berproduksi secara efisien. Suhu tubuh ayam broiler normalnya ±40,6 41,7 0 C. Ayam broiler dapat tumbuh secara optimal pada suhu lingkungan 18 0 C - 24 0 C (Kartasudjana dan Suptijatna, 2010) dan kelembaban 50-75% (Scanes, 2004). Suhu dan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan stress pada ayam yang mengakibatkan konsumsi ransum menurun sehingga mempengaruhi bobot badan ayam. Temperatur lingkungan dapat dikontrol dengan cara melihat thermometer atau dengan cara melihat tingkah lakunya. Apabila terjadi panting berarti ayam mengalami stress akibat tingginya suhu lingkungan. Guna mengatasi suhu tinggi perlu memperhatikan ventilasi kandang yaitu tempat masuk dan keluarnya udara menuju dan keluar kandang. Fungsi dari ventilasi yaitu menjaga pergerakan udara di dalam kandang agar kualitas udara, suhu, dan kelembaban di dalam kandang tetap baik. Sehingga selama penelitian pada siang hari tirai kandang di buka dan pada malam hari tirai kembali ditutup. Selain itu kelembaban udara juga mempengaruhi terhadap stres panas melalui interaksi dengan suhu, kelembaban udara yang rendah menyebabkan dehidrasi pada ayam sedangkan kelembaban udara yang tinggi menyebabkan kandang bau karena dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme pada sekam.
23 Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Rataan Suhu Kandang Selama Penelitian Minggu Suhu Pagi Suhu Siang Suhu Malam...( 0 C) III 24 30 26 IV 24 30 26 V 24 30 26 Rataan 24 30 26 Tabel 8. Rataan Kelembaban Kandang selama Penelitian Minggu Kelembaban Pagi Kelembaban Siang Kelembaban Malam %...... III 80 59 78 IV 80 60 77 V 81 59 77 Rataan 80,3 59,3 77,3 4.2. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum pada ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Rataan konsumsi ransum ayam broiler selama penelitian berkisar antara 3.087,90 3.276,00 gram per ekor. Dari hasil penelitian yang diperoleh dilanjutkan dengan uji statistic dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan perhitungan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Fakta tersebut memberi ketetapan bahwa lama pencahayaan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi ransum.
24 Tabel 9. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konsumsi Ransum Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 gram. 1 3.267,00 3.438,00 3.240,00 2.826,00 2 3.132,00 3.172,50 3.213,00 3.217,50 3 3.604,50 3.429,00 3.190,50 3.082,50 4 3.177,00 3.253,50 3.217,50 3.172,50 5 3.199,50 3.294,00 3.195,00 3.141,00 Jumlah 16.380,00 16.587,00 16.056,00 15.439,50 Rataan 3.276,00 3.317,40 3.211,20 3.087,90 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan jumlah konsumsi ransum setiap perlakuan sama, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah faktor pencahayaan. Pemberian lampu penerangan terhadap ayam broiler pada manajemen pemeliharaan tergantung pada lama pemberian dan intensitas cahaya. Ternak unggas peka terhadap cahaya, karenanya dapat mempengaruhi proses biologis melalui aktivitas hormonal. Mekanisme proses fisiologis yang terjadi dalam penerimaan rangsangan sehingga dapat mempengaruhi organ-organ tubuh diawali dengan rangsangan mekanisne pada syaraf pengelihatan yang selanjutnya secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam dan merangsang syaraf mata kemudian rangsangan ini diteruskan ke hipotalamus. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hipotalamaus posterior. Hormon pengendali tersebut terdiri dari
25 hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan aktivitas tiroid dan hormon somatotropik yang mengatur berbagai fungsi meningkatkan pertumbuhan. Tingkah laku ayam broiler sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pada umumnya cahaya lampu yang lebih terang akan meningkatkan aktivitas, sementara yang lebih rendah memberi pengaruh dalam pengontrolan agresivitas berlebih yang berpotensi terjadinya kanibalisme, Hal tersebut disebabkan karena tingkat intensitas cahaya yang tinggi akan merangsang syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada ayam. Rangsang dari syaraf akan ditransformasikan ke hipothalamus yang akan mensekresikan hormon releasing factor. Hormon releasing factor yang dihasilkan akan mengatur kelenjar endokrin yang salah satunya adalah kelenjar adrenal yang produksinya akan meningkat dan akan meningkatkan pola konsumsi makan ayam, sehingga lama pencahayaan tidak akan banyak mempengaruhi pola konsumsi pakan dari ayam tersebut. Faktor lain juga dapat disebabkan salah satunya karena program pencahayaan yang dilakukan dengan memberikan sistem pencahayaan penuh selama 24 jam pada dua minggu awal sehingga konsumsi ransum sama meskipun pada umur berikutnya ayam diberi perlakuan pencahayaan yang berbeda. Selain itu pada pukul 06.00-18.00 wib ayam mendapatkan cahaya yang cukup dari sinar matahari sehingga ayam tidak sama sekali kekurangan cahaya, hasil penelitian tersebut didukung oleh pernyataan menurut Wheaver dan Siegel (1968) bahwa tingkah laku makan ayam paling besar pada pukul 08.00 wib dan karakter ini mulai tampak pada pukul 07.00 wib sehingga pengaturan lama pencahayaan pada malam hari mulai pukul 18.00-06.00 wib tidak mempengaruhi ayam untuk mengkonsumsi ransum.
26 4.3. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai standar produksi. Hasil penelitian rataan pertambahan bobot badan ayam broiler ± 1.461,20-1.675,73 gram per ekor. Pertambahan bobot badan tertinggi terlihat pada perlakuan P3 (1.675,73 gram) yaitu lama pencahayaan 6 jam terang dan 6 jam gelap sedangakan pertambahan bobot badan terendah terlihat pada perlakuan P0 (1.461,20 gram) yaitu lama pencahayaan 12 jam terang. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama penelitian Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 gram.. 1 1.353,00 1.506,73 1.413,87 1.687,53 2 1.635,33 1.484,47 1.503,98 1.766,60 3 1.380,87 1.495,47 1.437,58 1.649,13 4 1.459,07 1.425,40 1.550,67 1.707,33 5 1.516,00 1.393,93 1.641,07 1.568,07 Jumlah 7.344,27 7.306,00 7.547,17 8.378,66 Rataan 1.468,85 1.461,20 1.509,43 1.675,73 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Dari hasil analisis ragam pada lampiran 3 diketahui bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan hasil penelitian yang telah dilakukan dilanjutkan dengan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 11.
27 Tabel 11. Uji Duncan Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Lama Pencahayaan Perlakuan (jam) Rataan Konsumsi Ransum (g) Signifikasi (0,05) P0 1.461,20 b P1 1.468,85 b P2 1.509,43 b P3 1.675,73 a Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom signifikansi menunjukan tidak berbeda nyata Pada Tabel 11 didapatkan hasil bahwa lama pencahayaan pada perlakuan P3 nyata lebih tinggi daripada pertambahan bobot badan pada perlakuan P2, P1 dan P0, sedangkan antara perlakuan P0, P1, dan P2 memperlihatkan pertambahan bobot badan yang sama. Meskipun konsumsi ransum pada setiap perlakuan sama, namun pada perlakuan P3 ransum dapat digunakan secara optimal untuk pertambahan bobot badannya karena konsumsi ransum yang optimal akan menyebabkan pertambahan bobot badan yang tinggi ini terjadi karena salah satu fungsi ransum bagi unggas adalah untuk pertumbuhan, hal ini berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak yang akhirnya hasil proses tersebut digunakan untuk pertumbuhan ini berhubungan dengan fungsi cahaya yang dapat menggeretak kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon pertumbuhan untuk mengatur proses metabolisme sehingga proses pertumbuhan unggas akan terus berlangsung semaksimal mungkin sesuai dengan potensi genetiknya, selain itu cahaya gelap juga akan menghambat pelepasan hormon kortikosteroid dan dapat memberikan kesempatan pada ayam untuk lebih banyak beristirahat sehingga ransum yang dikonsumsi secara optimal akan digunakan ayam untuk menunjang terhadap pertambahan bobot badannya.
28 Waktu gelap yang lebih panjang juga menyebabkan nutrisi dari ransum lebih banyak digunakan untuk pembentukan daging bukan untuk aktifitas didalam kandang karena aktifitas fisik sangat rendah selama gelap dan pengeluaran energi untuk aktifitas berkurang (Rahimi, 2005), selama gelap terjadi pengosongan saluran pencernaan sehingga kesempatan ayam untuk mengkonsumsi ransum berkurang namun kesempatan ransum untuk dicerna ayam sempurna sehingga proses pencernaan dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik dan kebutuhan nutrien yang diperlukan tubuh dapat terpenuhi. 4.4. Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Konversi Ransum Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rataan konversi Ransum berkisar antara 1,85 2,27. Konversi ransum terendah 1,85 yaitu pada perlakuan P3 dan konversi ransum tertinggi 2,27 yaitu pada perlakuan P1. Konversi Ransum ini kurang baik apabila dibandingkan dengan standar yang ada, standar konversi ransum ayam broiler adalah 1,6 (Cobb Vantress Inc, 2010). Rataan konversi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler selama Penelitian
29 Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 1 2,41 2,28 2,29 1,67 2 1,92 2,14 2,14 1,82 3 2,61 2,29 2,22 1,87 4 2,18 2,28 2,07 1,86 5 2,11 2,36 1,95 2,00 Jumlah 11,23 11,35 10,67 9,22 Rataan 2,24 2,27 2,13 1,84 Keterangan : P0 = 12 jam pencahayaan(18.00-06.00 wib) P1 = 2 jam gelap (18.00-20.00 wib) : 10 jam terang (20.00-06.00wib) P2 = 4 jam gelap (18.00-22.00 wib) : 8 jam terang (22.00-06.00 wib ) P3 = 6 jam gelap (18.00-00.00 wib) : 6 jam terang (00.00-06.00 wib) Hasil analisis ragam konversi ransum pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan lama pencahayaan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum dilakukan Uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Uji Duncan Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Lama Pencahayaan Perlakuan Rataan Konversi Ransum Signifikasi (0,05) P0 2,24 a P1 2,27 a P2 2,13 a P3 1,84 b Keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan tidak berbeda nyata Dari Tabel 13 didapatkan hasil bahwa nilai konversi ransum pada perlakuan P3 terhadap perlakuan P0, P1 dan P2 memperlihatkan pengaruh yang nyata, sedangkan antara perlakuan P0, P1 dan P2 memperlihatkan nilai konversi ransum yang sama. Hasil rataan konversi ransum dipengaruhi oleh hasil rataan
30 pertambahan bobot badan yang menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan P3, dari perlakuan P3 menunjukan bahwa ayam mengkonsumsi ransum sama pada setiap perlakuan namum pertumbuhannya relatif cepat ini menunjukan bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi dapat digunakan untuk menunjang pertumbuhannya sehingga pertambahan bobot badannya menjadi baik. Lama pencahayaan pada perlakuan P3 dapat memberikan kondisi yang nyaman bagi ayam untuk pembentukan daging karena periode gelap yang panjang menyebabkan ayam tidak banyak beraktifitas dalam kandang akibatnya ransum yang dikonsumsi efektif untuk pertumbuhan sehingga ayam lebih efisien dalam menggunakan ransum terhadap pertambahan bobot badannya.