BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Sophie Damayanti / SF ITB

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

TITRASI POTENSIOMETRI

Sulistyani, M.Si.

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman ISSN

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

kimia TITRASI ASAM BASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TITRASI PERMANGANOMETRI

Standarisasi Larutan

Reaksi dalam larutan berair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Analisis Fisiko Kimia

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

Soal ini terdiri dari 25 soal PG (50 poin) dan 6 soal essay (88 poin)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Oksidasi dan Reduksi

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

Judul Percobaan II. Tujuan Percobaan III. Tanggal Percobaan IV. Selesai Percobaan Dasar Teori:

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

VOLUMETRI / TITRIMETRI

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Reaksi Oksidasi-Reduksi

Laporan praktikum kimia logam dan non logam

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Transkripsi:

BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan.hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah. b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit. c. Memiliki daya desinfektan (Bariqina dan Ideawati, 2001). 2.1.1 Hidrogen Peroksida Pada Pewarna Rambut Hidrogen peroksida sangat berguna dalam pembuatan kosmetika penataan rambut seperti yang tersebut berikut ini. a) Sebagai bahan penambah dalam larutan pengeriting dan bahan cat rambut untuk memudahkan meresapnya bahan-bahan tersebut ke dalam korteks rambut. b) Sebagai bahan untuk menghilangkan atau memudakan warna pigmen rambut (bleaching). Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hidrogen peroksida digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan 3

pengeriting dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk (Bariqina dan Ideawati, 2001). 2.1.2 Efek Hidrogen Peroksida Kelainan-kelainan pada batang rambut yang tidak sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya batang rambut yang terbelah ujungnya, kekeringan dan kekusaman akibat berjemur disinar matahari, rapuh karena tindakan pengeringan dengan alat-alat yang panas (blow-dry), pengeritingan, pelurusan, pewarnaan dan sasakan. Sementara itu kelainan-kelainan rambut yang dapat sampai mempengaruhi akar rambut, misalnya rambut yang kusut sehingga waktu disisir banyak yang putus atau tercabut dengan akar rambutnya, infeksi karena jamur dan kuman serta keracunan bahan-bahan kimia atau cat rambut yang sampai ke akar rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.1.3 Penetapan Kadar Hidrogen Peroksida Pada Titrasi Redoks Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk menentukan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor (Rivai, 2006). Menurut Farmakope Edisi IV (1995) Larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untukmenetapkan kadar hidrogen peroksida dengan cara titrasi. Dimana tiap ml larutan kalium permanganat 0,1N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Larutan baku kalium permanganat dapat dipakai untuk penentuan beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor. Pada penetapan kadarhidrogen 4

peroksida menggunakan kalium permanganat, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 5H 2 O 2 + 2MnO - 4 + 6H + = 5O 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O (Rivai, 2006) 2.2 Pewarnaan Rambut Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacammacam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998). Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupafenomena antarmuka padat-cair. Zat warna rambut melewati kompleks membran sel dan melalui kutikula masuk ke dalam korteks secara permeasi dan difusi (Mitsui, 1997). 2.2.1 Zat Pewarna Rambut Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985). 5

Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985). 2.2.2 Proses Pewarnaan Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2 golongan: 1. Pewarnaan Rambut Langsung Sediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985). 2. Pewarnaan Rambut Tidak Langsung Sediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985). 2.3 Titrasi Redoks Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun 6

demikian, agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi: 1) Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stoikiometris. 2) Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99,9%). 3) Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. Cara titrasi redoks untuk penentuan reduktor digolongkan sesuai dengan oksidator yang digunakan sebagai pentiter. Umumnya, KMnO4, K 2 Cr 2 O 7, Ce(SO 4 ), KbrO 3 dan I 2 digunakan sebagai pentiter. Karena itu, cara-cara titrasi redoks ini digolongkan sebagai titrasi permanganometri, titrasi bikromatometri, titrasi serimetri, titrasi bromatometri dan titrasi iodometri (Rivai, 2006). 2.3.1 Penggunaan Kalium Permanganat Pada Titrasi Redoks Dalam titrasi redoks, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas lebih dari seratus tahun.pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetespermanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (Day dan Underwood, 1986). 7

Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Paro-reaksinya sebagai berikut: MnO - 4 + 5e + 8H + Mn 2+ + 4H 2 O E 0 = + 1,51V Reaksi ini tidak berbolak-balik, sedangkan potensial elektroda bakunya diukur secara tidak langsung. Potensial elektrodanya sangat tergantung pada ph. Karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat (H 2 SO 4 1N). Meskipun demikian kalium permanganat juga merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Larutan baku KMnO 4 dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya selama delapan jam atau lebih, kemudian saring endapan MnO2 yang terbentuk, lalu bakukan dengan zat baku utama. Zat baku utama yang lazim dipakai adalah natrium oksalat. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan tersebut adalah sebagai berikut: 5C 2 O 2-4 + 2MnO - 4 + 16H + 10CO 2 + 2Mn 2+ + 8H 2 O Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan oleh kelebihan permanganat (Rivai, 2006) 2.4 Autotitrator Titrasi adalah proses pengukuran volume yang konsentrasi diketahui zat ditentukan dengan mendeteksi volume reagen standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan reaksi yaitu, untuk mencapai titik akhir reaksi. Titik ekivalen merupakan stoikiometri sempurna antara zat yang tidak diketahui dan reagen. Kesalahan dalam titrasi perbedaan antara titik ekivalen dan titik akhir yang 8

sebenarnya disebut kosong indikator. Titrasi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis reaksi yang dapat asam-basa, oksidasi-reduksi (ORP), kompleksasi, atau curah hujan (Liptak, 1994). Sebuah Titrator pada dasarnya terdiri dari buret listrik, sensor yang sinyal diperkuat dengan preamplifier dan komputer mikro. Selama titrasi, Titrator yang mengukur sinyal dari sensor dan menggunakan informasi ini untuk mengontrol penambahan titran dengan buret listrik. Setelah titik akhir tercapai, mikro menghitung volume titran ditambahkan dan mengkonversi nilai ini ke hasilnya (misalnya konsentrasi seperti konsentrasi garam meja dalam kecap) berdasarkan formula. Rumus yang dibutuhkan untuk perhitungan ini dapat diprogram dan tergantung pada jenis analisis (Anonim, 2014). 2.4.1 Cara Kerja Titrator Bentuk kurva titrasi (volume titran vs sinyal dari sensor) tergantung pada jenis sampel yang dianalisa dan sensor yang digunakan. Jenis sampel: Kurva titrasi dapat memiliki satu atau beberapa titik akhir. Titrasi asam karbonat dengan natrium hidroksida menghasilkan dua titik akhir. Dalam banyak kasus, tidak semua titik akhir terdeteksi dalam titrasi yang menarik. Jenis sensor: ph dan logam elektroda biasanya menghasilkan kurva berbentuk S, sedangkan titrasi conductometric menghasilkan satu berbentuk V. Sebuah titrator harus mampu: 9

Menghitung titik akhir dengan benar untuk berbagai bentuk kurva. Menyaring titik akhir yang tidak menarik. Untuk menghitung titik akhir tepat titran harus secara teoritis ditambahkan perlahan yang berarti dalam langkah-langkah kecil. Untuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan per analisis, bagaimanapun, titran harus ditambahkan cepat yang berarti dalam langkah-langkah besar. Untuk melakukan titrasi cepat dan tepat, titrator harus demikian idealnya menambahkan titran cepat sampai mendekati titik akhir dan kemudian memperlambat penambahan titran agar dapat menghitung titik akhir tepat. Ini berarti dengan kata lain bahwa kecepatan penambahan titran harus berhubungan dengan turunan pertama dari kurva titrasi (de / DML): Semakin kecil perubahan sinyal per ml titran ditambahkan (yaitu datar kurva) semakin cepat titran harus ditambahkan. Ketika kurva menjadi lebih curam, penambahan titran harus melambat. Hal ini diperlukan dalam hal apapun, bagaimanapun, bahwa titran tidak ditambahkan lebih cepat daripada yang dapat bereaksi dengan sampel. Jika reaksi lambat, rasio antara jumlah titran ditambahkan per detik dan turunan pertama dari kurva titrasi harus (s / ml / (de / DML) sehingga harus lebih rendah daripada reaksi cepat. Rasio ini disebut kontrol kecepatan (CS) di KEM titrators dan dapat dipilih sesuai dengan jenis sampel yang dianalisis (Anonim, 2014). 10