Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

dokumen-dokumen yang mirip
Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB. Antenna. ?cr A Tanah P* 70 M 100 M. 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

BAB I PENDAHULUAN. JATSC ( Jakarta Air Traffic Service Center ) Bandara Soekarno-Hatta

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DELI SERDANG,

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS LINK BUDGET ANTENA SIDEBAND DOPPLER VERY HIGH OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) PADA JALUR LINTASAN PENERBANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peta lingkungan bandar udara Indonesia skala 1:25 000

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah:

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

FASILITAS DISTANCE MEASURING EQUIPMENT (DME) AWA LDB 101 SEBAGAI ALAT NAVIGASI UDARA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

PENGGUNAAN DISTANCE MEASURING EQUIPMENT ALCATEL FSD-45 SEBAGAI ALAT NAVIGASI UDARA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SURAKARTA

KURIKULUM RADAR PSR. Jumlah Jam Pelajaran. No MATA PELAJARAN KODE

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

9.4. Aerodrome Beacon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Makalah Seminar Kerja Praktek. Defriko Christian Dewandhika (L2F009106) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Tabel : Karakteristik lampu obstacle

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pintu gerbang bagianbarat Indonesiayang. melayanipenerbanganhampir 70 kali dalamsatu jam.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

DOPPLER VERY HIGH FREQUENCY OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) AWA VRB 51D SEBAGAI SALAH SATU ALAT NAVIGASI UDARA DI BANDARA AHMAD YANI SEMARANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 116 / VII /2010 TENTANG

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : M.36 TAHUN 1993 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI BANDAR UDARA MENTERI PERHUBUNGAN,

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9.

Terminal kargo bandar udara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

Terminal penumpang bandar udara

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dasar- dasar Penyiaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

ANALISIS KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANDAR UDARA PEKON SERAI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Andius Dasa Putra dan Aleksander Purba 1)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup dan tujuan... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Penempatan antena dan gedung (selter)... 2 5 Kondisi lahan dan lingkungan... 3 Lampiran A Persyaratan penempatan dan kebutuhan lahan peralatan DME... 4 Bibliografi... 6 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) disusun untuk memberikan pedoman dalam menetapkan penempatan peralatan DME. Tujuannya adalah agar peralatan penerbangan tersebut dapat beroperasi secara optimal untuk mendukung operasi penerbangan dan meningkatkan aspek keselamatan penerbangan. Distance Measuring Equipment merupakan alat bantu navigasi penerbangan yang memberikan informasi/panduan jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME yang dituju. SNI ini disusun oleh Panitia Teknis 74F Persyaratan Sarana dan Prasarana, Pengoprasian serta Pelayanan Transportasi Udara. Dalam tahap perumusan standar ini telah dilakukan beberapa kali pembahasan rapat teknis dan terakhir dibahas dalam konsensus yang diselenggarakan pada tanggal 21 Januari 2004 di Jakarta dengan melibatkan stakeholder. ii

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) 1 Ruang lingkup dan tujuan Kriteria penempatan Distance Measuring Equipmen (DME) adalah pedoman teknis dalam menentukan penempatan peralatan DME yang akan dipasang di dalam atau di luar lingkungan bandar udara. Kriteria tujuan penempatan DME bertujuan untuk meminimalkan penghalang (obstacle) sehingga kinerja peralatan DME dapat beroperasi sesuai dengan persyaratan teknis (ICAO, Annex 10). 2 Acuan normatif ICAO, Annex 10 Aeronautical Telecommunications. ICAO, Doc 8071 Manual on Testing of Radio Navigation Aids. 3 Istilah dan definisi 3.1 bandar udara bandar udara yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antarmoda transportasi 3.2 Distance Measuring Equipment (DME) alat bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan panduan/ informasi jarak (slant range distance) bagi pesawat udara dengan fasilitas DME yang dituju. 3.3 Instrument Landing Sistem (ILS) peralatan navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan sinyal panduan arah pendaratan (azimuth), sudut luncur (glide slope), dan jarak terhadap titik pendaratan secara presisi pada pesawat udara yang sedang melakukan pendekatan dan pendaratan di landas pacu pada bandar udara 3.4 berpasangan (Collocated) penempatan DME yang berpasangan dengan VOR atau Glide Path ILS dan ditempatkan di dalam atau di luar lingkungan bandara tergantung fungsi. 3.5 DME high power DME keluaran dayanya (power output) 1.000 watt (high power) yang dioperasikan berpasangan dengan VOR 1 dari 6

3.6 DME low power DME keluaran dayanya minimal 100 watt (low power) yang dioperasikan berpasangan dengan ILS 3.7 Very high frequency Omnidirectional Range (VOR) fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi amat tinggi (very high frequency) dan dipasang di dalam atau di luar bandar udara sesuai dengan fungsinya 3.8 glide path (G/P) sub sistem ILS yang bekerja pada frekuensi 309,15 MHz sampai dengan 335 MHz yang berfungsi untuk memberikan sinyal panduan sudut pendaratan sebesar 3 3.9 bangunan benda, termasuk benda bergerak, yang didirikan atau dipasang oleh orang, antara lain gedung, dinding, menara, mesin derek, cerobong asap, susunan tanah, dan jaringan transmisi di atas tanah 3.10 benda tumbuh semua tumbuhan, baik yang tumbuh secara vertikal maupun horizontal, yang tumbuh dengan sendirinya ataupun sengaja ditanam 4 Penempatan antena dan gedung (selter) 4.1 Letak antena DME Antena DME dapat ditempatkan pada tiang antena sinyal referensi VOR ataupun menara antena glide path ILS, sesuai dengan fungsinya masing-masing, (lihat Lampiran A gambar A.1 dan gambar A.2). 4.2 Letak peralatan DME Penempatan DME menjadi satu ruangan dengan VOR ataupun glide path ILS. 4.3 Penempatan antena DME menggunakan tiang tersendiri Apabila penempatan antena DME menggunakan tiang tersendiri, ketentuannya adalah sebagai berikut: a. tiang DME untuk VOR ditempatkan pada tengah atau tepi counterpoise VOR (lihat Lampiran A - gambar A.1); b. tiang DME untuk ILS ditempatkan pada lokasi di samping luar antena glide path dengan jarak sekitar 5 m dan berada satu garis yang tegak lurus dengan garis tengah landasan pacu, (lihat Lampiran A - gambar A.2). 2 dari 6

5 Kondisi lahan dan lingkungan Kondisi lahan dan lingkungan bagi DME tidak memerlukan persyaratan yang khusus, sehingga kondisi lahan dan lingkungan yang telah memenuhi persyaratan untuk penempatan VOR ataupun glide path ILS juga memenuhi persyaratan untuk DME. 3 dari 6

Lampiran A (Normatif) Persyaratan penempatan dan kebutuhan lahan peralatan DME A.1 Persyaratan penempatan peralatan DME - VOR pagar teodolite platform antena sideband antena VOR reference & DME alternatif 1 gedung & antena 200 m antena DME alternatif 2 monitor 200 m Gambar A.1 Luas lahan dan lokasi penempatan peralatan DME 2 antena VOR reference & DME alternatif 1 2 antena DME alternatif 2 permukaan kerucut bidang counterpoise pagar pagar tanah 200 m Gambar A.2 Persyaratan batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh disekitar peralatan DME 4 dari 6

A.2 Persyaratan penempatan peralatan DME - ILS 600 m as landasan 300 m antena DME 120 m daerah kritis antena G/P 30 m 45 daerah sensitif 300 m Gambar A.3 Luas lahan dan lokasi penempatan peralatan DME-ILS glide path antenna 2 Gambar A.4 Persyaratan batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh di sekitar peralatan DME - ILS 5 dari 6

Bibliografi Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP / 113 / VI/ 2002 Tentang Kriteria Penempatan Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor. SKEP /110/VI/200 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dan sekitarnya. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP /48/III/2001 Tentang Penelitian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dan Sekitarnya. 6 dari 6