I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I.PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

30% Pertanian 0% TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

REVITALISASI PERTANIAN

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk. meningkatkan produksi pertanian bagi konsumen, yang sekaligus dapat

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang maju maka perlu adanya pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian diperlukan untuk mewujudkan pertanian yang modern guna meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan pendapatan dan tarap hidup petani, nelayan, dan peternak memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, menunjang pembangunan industri serta dapat meningkatkan ekspor Santika (dalam Putradnyana, 2009). Di sisi lain, pembangunan pertanian merupakan dasar utama dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mandiri dan handal. Pelaksanaan pembangunan ekonomi lebih di titikberatkan pada pembangunan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sektor pertanian yang merupakan mata pencarian mayoritas penduduk di Indonesia dan sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku agroindustri. Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang paling dominan, dan sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 orang (BPS, 2010). Dari jumlah total penduduk Indonesia, 42,1 % berkerja 1

2 disektor pertanian (Wirawan, dalam data CIA The World Factbook, 2010). Tingginya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian menyebabkan Indonesia dikatakan sebagai salah satu negara agraris di Asia khususnya Asia Tenggara. Dengan pontensi alamiah yang dimiliki Indonasia sangat baik untuk mengembangkan tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura. Di Indonesia sektor pertanian jelas memiliki peranan yang sangat dominan, khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan, namun dalam kontribusi terhadap pertumbuhan PDB cenderung mengalami penurunan. Tidak kalah penting adalah peranan sektor pertanian dalam aspek ekologi guna mendukung kelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup, seperti pelestarian sumberdaya air, penyedia oksigen, dan mengurangi degradasi lahan. Misi pembangunan pertanian adalah sebagai berikut: (1) mendorong perkembangan industri hulu (pembibitan/perbenihan, industri agrokimia, industri agrootomotif); (2) mempromosikan kebijakan dan membangun infrastruktur pertanian/agribisnis yang diperlukan agar memberikan iklim kondusif bagi investasi di bidang agribisnis; (3) mendorong pengembangan usaha agribisnis dari berbagai tingkatan skala usaha baik on farm maupun off farm dan mendorong berkembangnya kerja sama kemitraan bisnis antarusaha dalam konsep saling menguntungkan; (4) mempromosikan pendayagunaan keragaman sumber daya alam dan hayati secara optimal

3 dan berkelanjutan; (5) meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik aparat pemerintah maupun pelaku agribisnis, khususnya petani; (6) mempromosikan tumbuh-kembangnya organisasi ekonomi petani dan jaringan usahanya pada industri hulu pertanian maupun pada industri hilir pertanian; (7) mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan baik pada industri hulu, usaha tani, usaha perkebunan, usaha peternakan maupun hilir pertanian/peternakan/perkebunan (Qamara, 2011) Indonesia yang merupakan negara agraris di Asia Tenggara memiliki beragam hasil hortikultura yang menyebar secara luas seperti hortikultura jenis bawang merah. Produksi Bawang Merah di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 877,244 ton dengan luas panen 93.518 ha. Daerah penghasil Bawang Merah terbesar di Indonesia pada tahun 2011 adalah Maluku dengan produksi 867 ton, disusul Papua barat sebesar 680 ton dan Jawa Tengah 421 ton pada tahun yang sama. Selain Maluku, Papua, dan Jawa sebagai penghasil Bawang Merah di Indonesia, juga terdapat beberapa daerah lainnya seperti Pulau Sumatra, Bali, Lombok, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lain di Indonesia ( BPS Indonesia, 2011) Bali yang dikenal sebagai salah satu kota wisata di Indonesia juga memiliki potensi dalam bidang pertanian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Bali pada tahun 2010, yang berkerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 672.204,00 orang, atau sebesar 30,87% dari

4 total penduduk yang bekerja yaitu 2.902.573,00 (BPS Provinsi Bali, 2010). Masyarakat Bali yang berkerja sebagai petani di dominasi oleh masyarakat yang tinggal pedesaaan. Bawang Merah merupakan salah satu dari beberapa tanaman hortikultura yang ditanam oleh petani di Bali. Produksi Bawang Merah dari tahun 2006 sampai tahun 2010 yang dirinci per Kabupaten Kota di Bali dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Bawang Merah per Kabupaten Kota di Bali dari Tahun 2006 SD Tahun 2010 Produksi (kw) Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 Buleleng 1.272,00 2.50,00 1.644,00 4.784,00 5.04,00 Jembrana - - - - - Tabanan 1.950,00 9.88,00 - - - Badung - - - - - Denpasar 4.13,.00-2.22,00 - - Gianyar - 1.01,00 - - - Bangli 82.819,00 83.956,00 96.534,00 91.645,00 80.539,00 Klungkung 9.86,00 5.18,00 3.32,00 2.26,00 7.84,00 Karangasem 23.616,00 24.977,00 12.943,00 18.454,00 20.028,00 Bali 111.056,00 110.790,00 111.675,00 115.109,00 101.855,00 Sumber: Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (2006 SD 2010) Dilihat dari Tabel 1 dapat diketahui perkembangan produksi Bawang Merah di Bali dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Produksi tertinggi Bawang Merah di Provinsi Bali terjadi pada tahun 2009. Kabupaten Bangli merupakan salah Kabupaten di Bali yang memiliki produksi Bawang Merah tertinggi dari

5 tahun ke tahun yang merupakan sentra penghasil sayuran musiman Bawang Merah di Bali. Produksi tertinggi Bawang Merah di Kabupaten Bangli terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 96.534,00 kw. Peningkatan produksi maupun produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Bangli tidak terlepas dari perkembangan pertanian hortikultura yang sudah mengalami kemajuan seperti pengetahuan petani, pengunaan mulsa pada media taman, penanaman bibit unggul, penggunaan sarana teknologi pertanian seperti mesin pompa air yang digunakan untuk mengairi Bawang Merah secara berkelanjutan dengan memamfaatkan air danau sehingga Bawang Merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik walaupun pada musim kemarau. Pusat penghasil Bawang Merah di Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Kintamani. Kecamatan Kintamani yang berada pada ketinggian 100-2.152 m dpl dengan puncak tertinggi pada Puncak Penulisan mempunyai potensi yang bagus untuk pengembangan tanaman hortikultura seperti Bawang Merah. Selain itu masyarakat petani di Kecamatan Kintamani sudah berpengalaman dalam budidaya Bawang Merah karena bertani merupakan mata pencaharian pokok masyarakat Kintamani. Luas areal tanam, luas panen dan produktivitas tanaman sayuran bawang merah di masing-masing desa penghasil Bawang Merah di Kecamatan Kintamani pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

6 Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Bawang Merah di Kecamatan Kintamani Dirinci per Desa, (2011) No Nama Desa Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produktivitas kw/ha 1 Batur Tengah 30 28,75 127,72 2 Siakin 20 19,35 113,34 3 Sukawana 10 9,35 118,26 4 Belandingan 60 58,20 125,46 5 Songan A 230 227,75 124,46 6 Songan B 250 248,30 123,98 7 Buahan 150 147,70 122,02 8 Kedisan 80 78,70 122,07 9 Terunyan 80 78,70 122,02 10 Abang 20 18,65 122,02 Batudingding Total 930 915,65 122,18 Sumber: BPP Kintamani, (2011) Dari 48 desa di Kecamatan Kintamani terdapat 10 desa sebagai penghasil Bawang Merah. Dari sepuluh desa tersebut Desa Songan A, Songan B dan Desa Buahan merupakan tiga sentra penghasil Bawang Merah terbesar di Kecamatan Kintamani. Desa Buahan memiliki luas tanam 150 ha dengan produktivitas 122,02 kw/ha yang merupakan penghasil Bawang Merah terbesar dan terluas ketiga di Kecamatan Kintamani setelah Desa Songan B dan Songan A. Berdasarkan imformasi yang diperoleh dari Kepala Desa Buahan penanaman hortikultura seperti Bawang Merah dilakukan secara berkelanjutan oleh para petani di Desa Buahan dengan memanfaatkan air danau sebagi sumber air untuk perawatan dan menyiram tanaman secara berkelanjutan. Di Desa Buahan Bawang Merah merupakan komoditas

7 pertanian unggulan dan sangat banyak dibudidayakan oleh para petani dengan dua kali musim tanam dalam setahun. Di Desa Buahan hasil pertanian hortikultura Bawang Merah selain dipasarkan juga dikonsumsi sendiri oleh masyarakat setempat untuk melengkapi bumbu dapur. Jenis bibit Bawang Merah yang dibudidayakan oleh petani di Desa Buahan terdiri dari dua jenis Bawang Merah yaitu Bawang Bombay (Jumbo) dan Bawang Bali (Bawang Probolinggo) dengan dua kali musim taman dalam setahun yaitu musim pertama pada Bulan Maret, dan yang kedua pada Bulan Juli. Namun para petani Bawang Merah di Desa Buahan belum mengetahui secara pasti apakah usahatani Bawang Merah yang mereka lakukan selama ini sudah memberikan keuntungan maksimal dan faktor-faktor mempengaruhi produksi dari usahatani Bawang Merah di Desa Buahan. Sehingga hal ini menarik dan bermanfaat untuk diteliti berapa penerimaan, pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah serta hambatan-hambatan dalam berusahatani di Desa Buahan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapakah penerimaan dan pendapatan usahatani Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? 2. Bagaiamakah kelayakan usahatani Bawang Merah di Desa Buahan? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? 4. Hambatan apa yang dihadapi petani dalam berusahatani Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu. 1. Untuk menghitung penerimaan, dan pendapatan usahatani Bawang Merah/musim di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 2. Untuk menganalisis layak atau tidaknya usahatani Bawang Merah untuk dilanjutkan.

9 3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 4. Mendeskripsikan hambatan yang dihadapi petani dalam berusahatani Bawang Merah di daerah penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda yaitu secara praktis maupun secara teoritis : 1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber yang bermanfaat bagi pembaca, penyuluh pertanian, mahasiswa, dan peneliti di kalangan akademis yang berhubungan dengan pertanian. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber tambahan khasnah ilmu pengetahuan mengenai usahatani yang dilihat dari aspek ekonomisnya. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan, bahan kajian dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Bangli khususnya yang berkaitan dengan pengembangan usahatani Bawang Merah. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi penyuluh pertanian dan petani bawang merah 3. Bermanfaat bagi mahasiswa dan peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian ini.

10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini terfokus pada petani yang ada di Desa Buahan yang berusahatani Bawang Merah dengan meneliti penerimaan, pendapatan usahatani, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Bawang Merah serta hambatan dalam berusahatani Bawang Merah di Desa Buahan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.