III. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M.

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

pada persepsi konsumen.

ekonomi Kelas X STRUKTUR PASAR K TSP & K-13 A. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASAR B. STRUKTUR PASAR Tujuan Pembelajaran

Pengantar Ekonomi Mikro

DEFINISI PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri dari beberapa produsen saja. Jika hanya dua perusahaan disebut dengan

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Ekonomi Mikro OLIGOPOLI

Materi 11 Ekonomi Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

Kuliah ke-9. Persaingan Monopolistik & Oligopoli

Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna

Pasar Persaingan Monopolistik

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada

STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

BAB II TINJAUAN LITERATUR. II.1 Karakteristik Industri Jasa Pemotongan Hewan DKI Jakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

TINJAUAN PENGECUALIAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 BAGI USAHA KECIL DAN KOPERASI. Hasan Jauhari )

Makalah Pasar Oligopoli

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

Pasar Persaingan Sempurna(Perfect Competition)

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 -

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

Struktur Pasar dan Conduct

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP

MODEL OLIGOPOLI DASAR

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

III KERANGKA PEMIKIRAN

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, MONOPOLI, DAN MONOPOLISTIK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi Pasar Monopoli

MARKET STRUCTURE AND PRICING PRACTICES

Ekonomi Mikro. Struktur Pasar

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

INDUSTRI PERUNGGASAN : MEMADUKAN PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN

Materi 10 Ekonomi Mikro

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, #

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pilar pembangunan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PENELITIAN

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 105-

Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli

Sifat dasar diskrimanasi harga

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

STRUKTUR PASAR. 1. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR. Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen

KISI UAS 20 Desember 2014

DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM

Telkom University Alamanda

Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi

monopolistik - Pasar oligopoli

Biaya variabel dapat dihitung dari penurunan rumus menghitung biaya total, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pembahasan ini menjadi panduan dalam memahami dan memecahkan

VII. STRUKTUR PASAR Pasar Persaingan Sempurna

BAB VI Struktur Pasar

Teori Pasar Persaingan.

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA OLEH SUNDARI EKA AGUSTINA H

STRUKTUR PASAR I. Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menganalisa struktur pasar : PRICE MAKERS

Materi 8 Ekonomi Mikro

Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

Pertemuan 4: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 69-73

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. PERSAINGAN PASAR DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI: SEBUAH KAJIAN TEORI. bahwa persaingan merupakan keharusan untuk mencapai tingkat

Materi 4 Ekonomi Mikro

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk kelembagaan, bisa perorangan atau dalam bentuk sekumpulan orang sebagai pemiliknya (Henderson and Quant, 1972). Perusahaan melakukan proses produksi, yakni melakukan pengaturan penggunaan input dalam rangka menghasilkan output. Pengelola perusahaan membuat keputusan tentang berapa seharusnya dan bagaimana output dihasilkan sehubungan dengan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Industri merupakan kumpulan perusahaan yang menghasilkan output sejenis. Kumpulan usaha pakan ternak merupakan suatu industri dan output yang dihasilkan adalah pakan. Faktor produksi utama dari pabrik pakan ternak adalah jagung yaitu khususnya jagung kuning yang banyak mengandung vitamin A dan zat karoten pemberi warna kuning pada kulit kaki dan kuning telur unggas. Karena di satu sisi jagung merupakan input bagi pabrik pakan ternak dan di sisi lain jagung merupakan output dari produsen (petani jagung), maka permintaan input jagung merupakan permintaan turunan (derived demand) dari pabrik pakan ternak. Oleh sebab itu fungsi permintaan jagung dapat didefinisikan sebagai fungsi dari harga jagung, input lain dan harga pakan ternak. Penurunannya akan dijelaskan pada bagian berikut ini. Fungsi permintaan input termasuk jagung dan penawaran pakan ternak, dapat diturunkan dari fungsi produksi pabrik pakan ternak, yang dirumuskan 49

50 sebagai berikut : Q S P = Q S P (Q J,Q F )... (1) dimana Q S P = produksi pakan ternak, Q J = volume penggunaan jagung dan Q F = jumlah penggunaan input lainnya. Bila P P = harga per unit pakan ternak, P J = harga per unit jagung dan P F = harga per unit input lainnya, maka keuntungan pabrik pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut : π = P P * Q S P (Q J,Q F ) (P J *Q J + P F * Q F )... (2) Dengan memaksimumkan fungsi keuntungan di atas dan bila second order condition dapat dipenuhi, maka keadaan keseimbangan pada pabrik pakan ternak adalah sebagai berikut : P J = P P * Q J '... (3) P F = P P * Q F '... (4) dimana P P, P J dan P F merupakan peubah eksogen, Q J dan Q F merupakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan input pabrik pakan ternak adalah: Permintaan jagung : Q D JP = Q D JP (P P, P J, P F )... (5) Permintaan input lain Q D FP = Q D FP (P P,P J,P F )... (6) Dengan mensubstitusi persamaan (5) dan (6) ke dalam persamaan (1), maka fungsi penawaran pakan ternak dari pabrik pakan ternak dapat dirumuskan sebagai berikut : Q S P = Q S P (P P, P J, P F )... (7) 3.1.2. Analisa Perilaku Usaha Dalam kerangka pemikiran ekonomi kelembagaan, kita mengenal apa yang dinamakan Paradigma SCP (Structure-Conduct-Performance) atau Struktur-

51 Perilaku-Kinerja. Struktur mempengaruhi Perilaku yang pada gilirannya mempengaruhi Kinerja dan feedback-mechanism membuat Kinerja mempengaruhi Struktur. Sementara komponen struktur di dalam industri tergantung pada kondisi dasar, seperti teknologi, skala ekonomis, penawaran dan permintaan akan produk. Yang dimaksud Struktur adalah mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Dalam konteks industri, yang termasuk dalam Structure antara lain jumlah dan ukuran perusahaan dalam industri tersebut, tingkat konsentrasi, hambatan masuk bagi perusahaan baru, diferensiasi produk, diversifikasi atau konglomerasi, dan integrasi vertikal (Carlton and Perloff, 2000). Conduct merupakan perilaku perusahaan, dengan bersaing atau kolusi. Yang termasuk dalam Conduct antara lain perilaku harga, kapasitas produksi, advertensi, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D), strategi produk dan non harga, investasi dan kelakuan terhadap pesaing. Conduct ini mempengaruhi Performance perusahaan dalam industri tersebut yang tercermin dalam harga produk, efisiensi produktif dan alokatifnya, pemerataan (equity), kemajuan teknis, laba dan pertumbuhannya (Carlton and Perloff, 2000). Perubahan kinerja tersebut tentu logisnya dalam kerangka pikir SCP harus bermula dari perilaku yang juga logisnya harus didahului perubahan struktur. Perubahan itu bisa berasal dari luar sebagai external forces atau exogenous variable dan dari dalam sebagai audit internal (endogenous variable). Struktur mempengaruhi perilaku, dimana semakin rendah konsentrasi maka semakin kompetitif perilaku perusahaan. Perilaku mempengaruhi kinerja, dimana semakin kompetitif perilaku maka market power (kekuatan pasar)

52 semakin kecil (artinya semakin besar efisiensi sosial). Struktur mempengaruhi kinerja, dimana penurunan konsentrasi pasar kearah penguasaan pasar yang lebih rendah. Hal ini menyiratkan bahwa secara langsung dan tidak langsung struktur mempengaruhi kinerja (Gambar 3). S = f 1 (C,P) dimana S = Structure C = f 2 (S,P) P = f 3 (S,C) C = Conduct P = Performance Secara empirik, ketika membandingkan industri, kita perlu mengamati bahwa industri dengan konsentrasi yang lebih rendah memiliki kekuatan pasar (market power) yang kecil. Struktur (konsentrasi) adalah eksogenus, variabel yang menjelaskan. Kinerja, contohnya market power sebagai variabel dependen. Mengukur Tingkat Konsentrasi : Jika beberapa perusahaan memiliki penguasaan pasar yang berbeda, jumlah perusahaan tidaklah mencerminkan tingkat konsentrasi. Contoh : Industri I : dua perusahaan masing-masing memilki 50 persen market share. Industri II : tiga perusahaan satu dengan 90 persen dan dua lainnya dengan 5 persen market share. Sesungguhnya, industri II yang lebih terkonsentrasi jika dikaitkan dengan penguasaan pasar, meskipun jumlah perusahaan lebih banyak dibandingkan industri I. Konsentrasi pasar dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI), yaitu :

53 Kondisi Dasar 1. Permintaan konsumen 2. Penawaran 3. Teknologi 4. Skala ekonomis Struktur 1. Jumlah dan ukuran Perusahaan 2. Tingkat konsentrasi 3. Hambatan masuk bagi perusahaan baru 4. Diferensiasi produk 5. Diversifikasi 6. Integrasi Vertikal Perilaku 1. Pricing 2. Taktik legal 3. Advertensi 4. Pengeluaran untuk R & D 5. Strategi Produk 6. Investasi Kebijakan Pemerintah 1. Regulasi 2. Antitrust 3. Hambatan masuk 4. Pajak dan subsidi 5. Insentif investasi 6. Kebijakan makroekonomi Kinerja 1. Efisiensi 2. Profit 3. Produktivitas 4. Pertumbuhan 5. Harga produk Gambar 3. Unsur dan Keterkaitan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri (diadopsi dari Carlton and Perloff, 2000)

54 Misalkan terdapat n perusahaan di sebuah industri. Untuk masing-masing perusahaan i, q i merupakan output dari perusahaan i. Total output dari industri : q = q 1 + q 2 +... + q n Market share dari perusahaan i dinyatakan dengan s i = q i /q Indeks Herfindahl-Hirschman : HHI = s 2 1 + s 2 2 2 +...s n Untuk contoh di atas : Industri I: n = 2, s 1 = s 2 = ½, HHI = ¼ + ¼ = 0.5 Industri II: n = 3, s 1 = 0.9, s 2 = s 3 = 0.05, HHI = (0.9) 2 + (0.05) 2 + (0.05) 2 = 0.815 Jadi, dari nilai Herfindahl-Hirschman Index menunjukkan bahwa industri II lebih terkonsentrasi. Struktur Industri Struktur disini mengacu pada struktur pasar yang digambarkan sebagian besar oleh konsentrasi penguasaan pasar didalam pasar tersebut. Istilah konsentrasi atau derajat tingkat konsentrasi mengacu pada kepemilikan atau kontrol proporsi yang besar dari beberapa kumpulan atau aktivitas sumber daya ekonomi. Secara kuantitatif, kita mengukur struktur industri berdasarkan rasio konsentrasi. CR diduga dipengaruhi oleh faktor teknis, variabel perilaku dan kinerja. Yang termasuk faktor teknis adalah skala ekonomis, yang diproksi dari biaya produksi (Strickland & Weises, 1976). Penguasaan pasar (market share) adalah indikator utama dari posisi suatu perusahaan dalam pasar. Semakin kecil market share, semakin besar tekanan bersaing perusahaan tersebut. Rasio konsentrasi dari beberapa perusahaan besar menentukan horisontalnya market power dari perusahaan besar di dalam pasar.

55 Rasio konsentrasi adalah penguasaan pasar dari perusahaan besar yang umumnya didasarkan pada empat perusahaan besar. Ini juga merupakan indikator langsung dari derajat tingkat oligopoli (Sheperd, 1997). Jika banyaknya penjual di pasar hanya satu, maka disebut monopoli. Jika banyaknya penjual ada beberapa, maka disebut oligopoli. Secara teori atau prakteknya, karakter, intensitas dan efektivitas dari kompetisi antar perusahaan akan dipengaruhi secara signifikan oleh CR (Bain, 1968). Konsentrasi menyiratkan derajat tingkat dari market power (Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003). Kekuatan pasar (market power) adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mempengaruhi dengan kuat kuantitas dan harga di pasar. Ini juga merupakan share perusahaan dari total penerimaan output industri yang bervariasi dari 0 sampai 100 persen. Suatu perusahaan dengan market share kurang dari 10 persen dapat dikatakan tidak memiliki market power. Market power muncul jika share perusahaan mencapai 15 persen dan dapat dikatakan monopoli jika mencapai 25 sampai 30 persen (Sheperd, 1997). Untuk market share lebih dari 40 sampai 50 persen, maka market power secara relatif kuat. Dari waktu ke waktu market power suatu perusahaan dapat berubah-ubah tergantung market sharenya. Sementara itu, Market share mempunyai hubungan yang positif dengan profitabilitas, dimana market share yang semakin meningkat, juga akan meningkatkan profitabilitas (Sheperd, 1997). Perilaku Industri Conduct mengacu pada cara dimana perusahaan sebagai individu atau grup bertindak dengan cara bersaing untuk memaksimumkan keuntungan dalam

56 industri tersebut. Menurut Bain (1968), conduct mengacu pada pola perilaku dari perusahaan dalam mengadopsi atau menyesuaikan diri dalam pasar dimana mereka menjual produk. Perilaku pasar mencerminkan perilaku dari penjual dan pembeli di pasar yang mencakup kebijakan penetapan harga dan prakteknya, strategi periklanan, riset dan pengembangan, investasi dan taktik legal (Scherer and Ross, 1990). Format lain dari conduct meliputi kolusi dengan pesaing dan strategi melawan pesaing, sebagai contoh adanya koordinasi dan penyesuaian harga dari perusahaan yang bersaing dan taktik saling menghancurkan (Sheperd, 1997 and Bain, 1959). P 1 Harga MC ATC G P 1 Harga S 1 S 2 P 2 C 1 P 2 D O X 2 X 1 Output O Z 1 Z 2 Output 4a. Firm 4b. Industri Gambar 4. Penetapan Harga Pada Pasar Bersaing Sempurna (diadopsi dari Scherer and Ross, 1990) Seperti terlihat pada Gambar 4, dalam pasar yang kompetitif, kurva permintaan jangka pendek dari perusahaan adalah suatu garis mendatar di OP 1 dan kurva penawaran jangka pendek, S 1 (Scherer and Ross, 1990). Perusahaan memaksimumkan laba sampai biaya marjinal (MC) sama dengan harga OP 1.

57 Perusahaan menghasilkan output di OX 1 dan mendapatkan profit diatas normal (GC 1 sampai OX 1 ). Kondisi ini menarik perusahaan baru untuk masuk industri, dan menambahkan fungsi biaya marjinal baru mereka ke dalam kurva penawaran industri yang membuat kurva penawaran bergeser ke kanan. Entry dan ekspansi akan meningkatkan output dan akan menekan harga sampai MC sama dengan biaya rata-rata total (ATC). Kondisi zero-profit dicapai dengan kurva penawaran jangka pendek, S 2, ketika jumlah penawaran sama dengan Z 2 dan harga pasar bergeser ke bawah ke OP 2. Perusahaan di industri memaksimumkan keuntungan mereka dengan menyamakan biaya marjinal mereka, dengan harga baru di OP 2 dan level output mereka di OX 2. Pada sisi lain, harga di pasar monopoli ditentukan dengan menyamakan biaya marjinal jangka pendek (SRMC) dan pendapatan marjinal (MR) di OP 3. Level output yang diproduksi oleh perusahaan adalah OX 3. Dengan demikian, perusahaan mendapat keuntungan sebesar P 3 C 3 sampai OX 3. Jika hambatan masuk (barriers to entry) industri ada, keseimbangan tingkat keuntungan akan terus berlanjut (Gambar 5a). Penetapan harga output berbeda jika pasar adalah monopolistik. Bagaimanapun, asumsi dirasa rumit untuk persaingan monopolistik termasuk penguasaan yang kecil sehubungan dengan pasar, produk diferensiasi, dan bebas masuk pasar. Laba ekonomi yang didapat oleh perusahaan yang ada menarik peminat yang baru ke dalam industri dan pergeseran kurva permintaan ke kiri sampai pada tangen fungsi biaya untuk jangka panjang (LRATC). Level output menjadi OX 4 dan tingkat harga di OP 4, dimana LRMC sama dengan MR. Penetapan harga ini tidak akan memberi laba ekonomi bagi perusahaan di industri (Gambar 5b).

58 Harga Harga SRMC LRMC P 3 C 3 SRATC D P 4 LRATC MR MR D O X 3 Output O X 4 Output 5a. Monopoli murni 5b. Persaingan monopolistik Gambar 5. Penetapan Harga pada Monopoli Murni dan Persaingan Monopolistik (diadopsi dari Scherer and Ross, 1990) Perbandingan antara penetapan harga dibawah pasar monopoli dengan pasar bersaing, dengan baik diterangkan oleh Nicholson (2000). Diasumsikan bahwa biaya rata-rata total (AC) adalah tetap untuk suatu periode tertentu. Gambar 6 menunjukkan bahwa pasar bersaing menentukan harga keseimbangan dengan menyamakan biaya rata-rata total dengan kurva permintaan (D), perpotongan di titik E. Di sisi lain, monopoli menetapkan harga di titik B. Harga monopoli (P**) lebih tinggi dibanding harga dari pasar bersaing (P*) dan perbedaan ini sama dengan BA. Output dari monopolis adalah OQ**, yang mana lebih rendah dari pasar bersaing (OQ*). Pengeluaran konsumen dan input produktif senilai AEQ*Q** dialokasikan kedalam produksi barang lain. Surplus konsumen yang sama dengan P**BAP* ditransfer menjadi laba monopoli. Segitiga ABE merupakan welfare loss dari konsumen sehubungan dengan monopoli.

59 Harga D MR P** B P* A E MC (=AC) 0 Q** Q* Gambar 6. Penetapan Harga oleh Perusahaan Monopoli dan Bersaing (diadopsi dari Nicholson (2000) Kinerja Industri Pada hipotesis awal menyatakan bahwa struktur pasar merupakan exogenous explanatory variabel. Namun kenyataannya, struktur pasar (konsentrasi) itu sendiri mempengaruhi perilaku perusahaan (dan selanjutnya kinerja perusahaan). Karena itu entry dan exit dari perusahaan di industri mencerminkan bagaimana kolusi atau kompetitifnya perusahaan, jenis hambatan yang mereka ciptakan, bagaimana perusahaan besar menghancurkan perusahaan kecil, dan seterusnya. Entry dan exit, pada gilirannya, mempengaruhi konsentrasi pasar. Di pihak lain, baik konsentrasi maupun penguasaan pasar ditentukan secara endogen, masing-masing mempengaruhi yang lain. Korelasi antara konsentrasi dan market power tidaklah selalu positif. Sebagai contoh, semakin kolusif suatu

60 industri, harga dan market power semakin tinggi. Namun pada waktu yang sama, tingginya harga dan tingkat keuntungan dapat menarik pemain baru sehingga tingkat konsentrasi dapat menurun. Market power (kekuatan pasar) biasanya diukur oleh kenaikan harga relatif di atas biaya marjinal, yang disebut Lerner Index. Jika semua perusahaan mempunyai biaya marjinal dari produksi yang sama, lalu, L = p MC p Bagaimana jika perusahaan mempunyai MC produksi yang berbeda-beda? Selanjutnya, Lerner indeks melihat rata-rata tertimbang dari tiap kenaikan harga di atas biaya marjinal di mana yang tertimbang di sini adalah market share dari tiap perusahaan. Jika terdapat n perusahaan dan s i adalah pangsa perusahaan i, L = s 1 ( p MC 1 ) + s 2 (p MC 2 ) +. + s n (p MC n ) p p p Paradigma SCP percaya bahwa Herfindahl-Hirschman index menjelaskan Lerner index, perbedaan pada H menjelaskan perbedaan pada L. Hasil penelitian empiris dengan cross section di industri, biasanya memiliki hubungan statistik yang lemah. Hal yang menjadi problem adalah data. Lerner index memerlukan informasi biaya marjinal dari produksi, sementara data tersebut sulit didapat oleh pihak di luar bisnis. Peneliti dapat menggunakan ratarata tertimbang dari tingkat keuntungan (rasio keuntungan terhadap pendapatan) sebagai proksi dari Lerner index. Mengapa? Karena jika perusahaan-perusahaan memiliki biaya marjinal yang tetap untuk setiap level output, c i untuk perusahaan i, maka,

61 p c i = p.q i - c i.q i p p.q i = Profit perusahaan i Revenue perusahaan i Namun data perhitungan laba yang dilaporkan industri biasanya tidak mencerminkan konsep ekonomi tentang laba. Konsep Pasar Oligopolistik dan Kartel Dalam sistematika struktur pasar, kartel masuk dalam struktur pasar oligopoli yang kolusif (Koutsoyiannis, 1979). Pasar Oligopoli dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan barang dan atau jasa yang saling bersaingan (Sukirno, 1985). Selanjutnya dikemukakan bahwa ciri-ciri pasar oligopoli adalah : (1) jumlah perusahaan sangat sedikit, (2) barang yang dihasilkan dapat merupakan produk yang standar dan berbeda corak, sehingga saling bersaing di pasar, (3) kemampuannya mempengaruhi harga ada kalanya lemah dan ada kalanya kuat, (4) hambatan untuk memasuki industri atau pasar (barriers to entry) cukup tangguh, dan (5) pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi melalui iklan, secara gencar. Sebagai akibat dari perkaitan dan hubungan yang saling mempengaruhi, perusahaan oligopoli harus membuat perhitungan yang cermat mengenai reaksi dari perusahaan pesaing lainnya apabila ia mengambil kebijakan menurunkan atau menaikkan harga. Secara umum, reaksi dari perusahaan oligopoli saingan adalah sebagai berikut : (1) apabila salah satu perusahaan oligopoli menaikkan harga, sementara perusahaan oligopoli saingan tetap mempertahankan harga, sehingga

62 perusahaan oligopoli tersebut akan kehilangan langganannya dan perusahaan pesaingnya dapat merebut pangsa pasar, (2) apabila salah satu perusahaan oligopoli menurunkan harga, maka perusahaan saingan akan mengikuti menurunkan harga, kondisi ini dapat menimbulkan perang harga di antara perusahaan oligopoli sehingga akan dapat mengancam kesinambungan usahanya. Sebagai ilustrasi struktur pasar oligopoli yang ada di Indonesia adalah industri pembibitan DOC, industri pakan ternak, industri mie instan, industri pupuk, industri pengolahan susu, dan dalam batas-batas tertentu Poultry shop- Poultry shop adalah contoh perusahaan oligopoli. Sementara itu, contoh struktur pasar yang oligopsonistik adalah industri tepung tapioka di Lampung Tengah, pedagang jeruk antar pulau asal Pontianak, Kalimantan Barat. Oleh karena reaksi perusahaan lain adalah seperti dijelaskan di atas, maka kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopolistik adalah kurva permintaan yang patah (kinked demand curve) dan kurva penerimaan marginal (marginal revenue MR) adalah terputus (MR 1 dan MR 2 ) seperti pada Gambar 7 berikut: 7a. Kurva Permintaan yang Patah 7b. Kurva Penerimaan Marjinal Yang Terputus Gambar 7. Kurva Permintaan yang Patah (Kinked-Demand Curve) dan Kurva Penerimaan Marjinal yang Terputus pada Pasar Oligopolistik (diadopsi dari Koutsoyiannis, 1979)

63 Dalam kondisi demikian, maka keuntungan maksimal dicapai pada saat MC=MR. Pada Gambar 7b menunjukkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai struktur biaya antara MC 1 hingga MC 2 (Titik B 1 hingga titik B 2 ) maka tingkat keuntungan maksimum yang dicapai perusahaan akan tetap sama dengan tingkat harga Po dan jumlah Qo. Atau dengan kata lain selama kurva biaya marginal (MC) memotong MR antara titik B 1 dan B 2, harga dan jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan oligopolis tidak mengalami perubahan. Berdasarkan pada analisis diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam pasar oligopoli dimana perusahaan-perusahaan tidak melakukan kesepakatan diantara mereka, tingkat harga bersifat rigit (sukar berubah). Dalam pasar oligopolistik akan sangat menguntungkan bagi semua perusahaan jika mereka bekerjasama melakukan kesepakatan-kesepakatan, inilah yang disebut kartel. Dengan terjadinya kartel pada industri perunggasan di satu sisi menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada semua subsistem agribisnis termasuk subsistem budidaya, namun terbatas pada anggota kartel, dan di sisi yang lain telah menyebabkan banyak pengusaha dan peternak rakyat yang tidak tergabung dalam kartel mengalami kerugian dan gulung tikar. Secara umum ada 2 bentuk kartel, yaitu : (1) kartel yang bertujuan memaksimumkan keuntungan bersama (joint profit maximization), dan (2) kartel yang bertujuan melakukan pembagian pasar (Sharing of the market). Pada kartel bentuk yang pertama, perusahaan-perusahaan anggota kartel menyatukan struktur biayanya dan memaksimumkan keuntungan bersama. Sementara bentuk yang kedua, dibedakan menjadi 2, yaitu : (1) persetujuan persaingan non harga (non price competition agreement), sebagai contoh pada perusahaan maskapai

64 penerbangan di Indonesia, dan (2) persetujuan kuota (Quota agreement), sebagai contoh adalah OPEC. Biasanya struktur industri dari pasar oligopoli adalah terdapat beberapa perusahaan besar yang mendominasi industri dan beberapa perusahaan kecil. Beberapa perusahaan golongan pertama (yang menguasai pasar) saling mempengaruhi satu sama lain, karena keputusan dan tindakan oleh salah satu perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan lainnya. Dominasi perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh pangsa produksinya yang besar atau disebabkan oleh struktur biaya produksinya yang rendah atau kombinasi keduanya. Adanya kondisi yang saling mempengaruhi, penguasaan pangsa pasar dan perbedaan dalam struktur biaya maka maksimisasi keuntungan pada kartel hampir tidak dimungkinkan. Kondisi tidak tercapainya keuntungan maksimum pada masing-masing perusahaan dalam kartel dapat diilustrasikan melalui gambar 8. Dimana gambar 8a menunjukkan perusahaan dengan struktur biaya lebih tinggi dan gambar 8c adalah gabungan perusahaan 1 dan 2 membentuk struktur pasar monopoli (kartel). Kondisi tidak tercapainya keuntungan maksimum pada masing-masing perusahaan tersebut, menyebabkan kerugian ganda yaitu: (1) tidak tercapainya efisiensi atau tidak tercapainya pertumbuhan yang optimal, dan (2) tidak tercapainya pemerataan kesempatan kerja dan pendapatan. Keuntungan maksimum kartel dicapai pada titik perpotongan antara kurva MC dan MR (di titik e, gambar ketiga), dengan menarik titik tersebut ke kurva permintaan (D) dan kemudian dengan menarik ke sumbu vertikal diperoleh tingkat harga P. Pada tingkat harga tersebut besarnya keuntungan perusahaan 1

c f 8a. Struktur Biaya Perusahaan 1 8b. Struktur Biaya Perusahaan 2 8c. Gabungan Struktur Biaya Perusahaan 1 & 2 Sumber : Koutsoyiannis, 1979. Gambar 8. Mekanisme Tidak Tercapainya Keuntungan Maksimum dalam Kartel 65

62

66 adalah sebesar persegi panjang a,b,c,p, sedangkan perusahaan 2 sebesar persegi panjang q,f,h,p. Besarnya keuntungan perusahaan 1 lebih besar dibandingkan perusahaan 2, dan tingkat keuntungan yang dicapai masing-masing perusahaan bukanlah keuntungan maksimalnya. Permasalahan Pokok Kartel Suatu faktor penting yang mempengaruhi struktur pasar dalam bentuk kartel adalah tingkat kerja sama antar perusahaan yang tergabung dalam kartel. Artinya mereka mengadakan kesepakatan-kesepakatan (kolusi) baik dalam penetapan harga, besarnya output, membagi pasar, dan membuat keputusankeputusan bisnis lainya, untuk menghindarkan terjadinya perang harga, sehingga kesinambungan usaha mereka terjamin. Untuk menciptakan kondisi tersebut tidaklah mudah, permasalahan pokok yang dihadapi kartel, misalnya pada joint profit maximization antara lain adalah : (1) adanya kecenderungan kesalahan dalam menduga permintaan pasar, (2) kecenderungan akan menimbulkan kesalahan dalam menduga marginal cost (MC) masing-masing, (3) proses negosiasi yang berjalan lambat, (4) tingkat harga yang dihasilkan dari negosiasi bersifat rigit (kaku), (5) sifat yang kurang menunjang dari para anggota yang tergabung dalam kartel tersebut, (6) perusahaan-perusahaan mempunyai struktur biaya tinggi, (7) campur tangan pemerintah, sebagai contoh di Amerika Serikat keberadaan kartel dilarang oleh undang-undang Anti Trust, di Indonesia ada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, (8) keinginan untuk memperoleh citra yang baik di hadapan masyarakat masing-masing perusahaan, (9) ketakutan terhadap masuknya perusahaan baru dalam industri dengan struktur

67 biaya yang lebih rendah, dan (10) bebas dalam mendesain produk, sehingga konsumen cenderung lebih menyukai produk dari perusahaan oligopoli tertentu. 3.2. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual ini pertama-tama dilandasi oleh tiga dasar pemikiran yaitu: Pertama, adalah komitmen bahwa pengembangan usaha ternak unggas diutamakan bagi usaha rakyat. Pemerintah berniat mempertahankan komitmen tersebut sejak awal usaha ternak unggas mulai berkembang pada tahun 1976 sehingga sampai sekarang. Namun setelah krisis ekonomi membuat semuanya serba salah. Pemerintah dalam kurun waktu 30 tahun telah menerapkan berbagai kebijaksanaan untuk menegakkan komitmen tersebut, namun yang terjadi adalah sebaliknya, yakni industri usaha unggas justru menjadi ladang bagi usaha swasta (Yusdja dan Effendi, 1999). Kedua, adalah Keppres 22/1990 dan SK Menteri Pertanian No. 314/Mentan/1996. Kedua peraturan ini merupakan fondasi kebijaksanaan pemerintah dalam membangun model-model pengembangan usaha rakyat dan usaha swasta sejak tahun 1990. Dua hal utama yang dicantumkan dalam kedua peraturan tersebut adalah bahwa batasan skala usaha rakyat ditingkatkan dari 5 ribu ekor menjadi 15 ribu ekor, dan pengusaha swasta diizinkan masuk ke dalam sektor budidaya dengan skala usaha yang bebas tetapi ia harus memenuhi dua hal yakni pertama tujuan produksi untuk ekspor dan kedua harus melibatkan peternak rakyat dalam bentuk kemitraan. Ketiga, adalah bahwa Indonesia cepat atau lambat akan menghadapi pasar bebas dunia. Pasar bebas mempunyai arti bahwa Indonesia harus membuka diri

68 bagi masuknya produksi dunia, demikian juga sebaliknya. Kebijakan penetapan tarif dan non-tarif bagi produk impor tidak bisa dilakukan untuk memproteksi produksi dalam negeri. Salah satu cara yang legal bagi menghambat masuknya produk dunia dan mendorong produksi dalam memasuki pasar dunia adalah dengan meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan keunggulan komparatif sebesar-besarnya. Ketiga dasar diatas yakni Komitmen Usaha Rakyat, Keppres 22/1990, dan Pasar Bebas akan sulit berjalan seiring, karena pertentangan-pertentangan yang ada di dalam ketiga dasar tersebut. Suatu kajian yang menyeluruh pada semua elemen struktur industri unggas sangat diperlukan untuk menjawab bagaimana sebenarnya struktur industri unggas itu sendiri (Gambar 4). Sebagaimana dikatakan oleh Nesheim (1979), bahwa apa yang dikatakan usaha ternak adalah usaha yang mengandung tiga unsur terpadu yakni pemeliharaan, pembuatan pakan, dan pembibitan. Pada kenyataannya struktur terpadu itu tidak kita temukan di Indonesia, karena struktur industri unggas nasional yang ada mempunyai unsurunsur yang berdiri sendiri-sendiri.

69 Komitmen Pemerintah Keppres No. 20/1990 Pasar Bebas Perkembangan Industri Unggas Nasional Analisis perilaku Industri pakan Struktur - Jumlah perusahaan - Rasio konsentrasi - Diferensiasi produk - Struktur tenaga kerja Perilaku - Perilaku biaya - Perilaku Produksi Kinerja - Efisiensi usaha - Penetapan harga - Tk. Keuntungan - Market share - Market power Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Idaman Peternak Mandiri Terintegrasi Terorganisasi Gambar 9. Kerangka Pemikiran Struktur dan Keragaan Industri Pakan Ternak Ayam.

70