BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kardiovaskularadalahsalah satu sistemyang paling penting

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RS Al Islam Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

Informed Consent Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

HUBUNGAN JENIS SINDROM KORONER AKUT DENGAN KUALITAS HIDUP ASPEK FISIK PASIEN PASCA SERANGAN JANTUNG YANG DIRAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia maupun di negara-negara barat. Kematian akibat penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

ILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan angka perawatan rumah sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di Pusat Jantung Nasional dan merupakan masalah utama saat ini. SKA masih tetap merupakan masalah kesehatan publik yang bermakna di negara industri, dan mulai menjadi bermakna di negara-negara sedang berkembang. Di Amerika Serikat, 1,36 juta penyebab rawat inap adalah kasus SKA, 0,81 juta di antaranya adalah kasus infark miokardium, sisanya angina tidak stabil. SKA merupakan PJK yang progresif dan pada perjalanan penyakitnya, sering terjadi perubahan secara tiba-tiba dari keadaan stabil menjadi keadaan tidak stabil atau akut. Mekanisme terjadinya SKA adalah disebabkan oleh karena proses pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari miokard, yang dipicu oleh adanya robekan plak aterosklerotik dan berkaitan dengan adanya proses inflamasi, trombosis, vasokonstriksi dan mikroembolisasi (Depkes, 2006). Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar di dunia, yaitu 48% dari total penyebab kematian akibat penyakit tidak menular. Data di Indonesia menunjukkan penyakit kardiovaskular juga merupakan penyebab kematian terbesar dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, yaitu sebesar 1

2 30% (World Health Organization (WHO), 2011). Angka kematian di negara maju/industri masih cukup tinggi yaitu 30% terjadi pada 2 jam pertama perawatan, namun setelah ada pelayanan Coronary Care Unit (CCU) mulai tahun 1960 angka kematian turun menjadi 20% dan selanjutnya dengan penggunaan terapi trombolitik pada tahun 1980 angka kematian menurun menjadi 10% dan kematian mendadak dapat merupakan manifestasi pertama dari Infark Miokard Akut (IMA) (Sargowo, 2008). Salah satu tanda dan gejala penyakit jantung yang khas adalah nyeri dada (chest pain). Nyeri dada merupakan suatu gejala yang sering diistilahkan dengan ketidaknyamanan di sekitar dada (Smeltzer, SC. dan Bare, BG, 2004). Setiap tahunnya lebih dari 8 juta pasien datang dengan keluhan nyeri dada atau gejala penyerta lainnya yang berhubungan dengan iskemik miokardial di departemen emergensi yang ada di United States (Amsterdam et al., 2010). Manifestasi klinis SKA dapat berupa angina pektoris tidak stabil (APTS), Non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI), atau ST elevation myocardial infarction (STEMI) (Depkes, 2006). Pengenalan dini dari IMA serta pengobatan dalam fase pra rumah sakit mempunyai peranan penting yaitu pengetahuan masyarakat akan keluhan nyeri dada, usaha meminta pertolongan pada petugas ambulan atau petugas pelayanan medik emergensi dengan peralatan defibrilator, trombolitik dan monitoring elektrokardiogram (EKG) berlanjut berperan bahwa 50% dari kematian terjadi pada jam pertama, sembilan puluh persen dari kematian disebabkan oleh Ventrikel Fibrilasi.

3 Pengobatan pra rumah sakit dapat berupa pemasangan infus, pemberian oksigen, monitoring EKG, opioid, trombolitik dan penderita segera diangkut ke rumah sakit. Selanjutnya perawatan di rumah sakit dilakukan tindakan-tindakan untuk mengkonfirmasikan diagnosa dengan pemeriksaan EKG, serum enzim, bila mungkin dengan Radio Nuclide Imaging, prosedur non invasif dan invasif seperti Swan Ganz Kateter dan Balloon Flotation Kateter, dan mengobati komplikasikomplikasi berupa gagal jantung, aritmia, syok, dan tromboemboli. Pada studi pendahuluan dilakukan wawancara kepada dokter dan perawat di IGD RS PKU Muhammadiyah Bantul pada 2 November s/d 8 November 2013. Dari wawancara tersebut diperoleh bahwa banyak pasien yang datang berobat untuk kasus sindrom koroner akut ini, di IGD cukup sering menangani pasien dengan APTS, NSTEMI, dan STEMI dimana pasien berhasil ditangani dan dilanjutkan perawatan di ruang perawatan intensif maupun yang tidak dapat ditangani di RS tersebut selanjutnya segera dirujuk ke RS yang lebih kompeten menangani kasus ini. Untuk penanganan kasus kegawatdaruratan sindrom koroner akut ini tim dokter dan perawat sudah dilatih dan pelatihannya dilakukan berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran. Sementara itu, data masing-masing kasus dari sindrom koroner akut ini belum dapat dipastikan. IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul belum ada peraturan resmi tertulis yang baru sebagai acuan standar penanganan pasien sindrom koroner akut, Standar Pelayanan Medik (SPM) terakhir tahun 2007 yang belum diperbaharui hingga sekarang.

4 Keterlambatan dalam penanganan kasus SKA ini dapat mengakibatkan kematian. Penelitian di Negara Eropa menemukan kematian akibat serangan jantung digambarkan 10% untuk tiap jamnya dari keterlambatan antara waktu pasien atau keluarga memanggil ambulans dan waktu pasien ditangani di rumah sakit (JAMA, 2010). Secara spesifik, 64% dari delay saat penyerahan di rumah sakit disebabkan oleh menunggu transportasi 26%, penundaan instalasi darurat 14%, dilema dalam mendiagnosis 9%, test awal negatif untuk serangan jantung 9, kematian mendadak 6% (JAHA, 2011). Kejadian STEMI sering menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya. Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera yaitu tindakan reperfusi, berupa terapi fibrinolitik maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas infark. Keterlambatan pasien datang ke rumah sakit antara lain disebabkan pasien menunda segera datang ke rumah sakit, faktor geografis rumah yang jauh dari rumah sakit, atau pasien datang atas rujukan rumah sakit lain yang tidak tersedia terapi reperfusi. Rumah sakit adalah institusi perawatan kesehatan profesional dimana terdapat komponen pelayanan kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya (Utama, 2006). Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut

5 meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes RI, 2006). Paradigma pengobatan atau strategi terapi medis penderita SKA berubah dan mengalami kemajuan pesat dengan adanya hasil-hasil penelitian mengenai patogenesis SKA dan petunjuk-petunjuk penatalaksanaan baru. Kemajuan pesat dalam terapi medis tersebut mencakup terapi untuk mengendalikan faktor risiko (terpenting statin untuk dislipidemia, obat antihipertensi terutama obat ACE-I, obat penghambat reseptor A-II), obat-obat baru antitrombotik, gagal jantung, dan aritmia. Berbagai pedoman dan standar terapi telah dibuat untuk penatalaksanaan penderita SKA. Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien SKA berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan pedoman atau standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan/atau mekanisme yang secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat yang diterima pasien. Beberapa tahun sebelumnya ditemukan beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan kematian pada pasien yang masuk rumah sakit dengan infark miokard. Faktor utama tersebut adalah usia, riwayat penyakit terdahulu (diabetes, infark sebelumnya) ukuran infark yang luas, termasuk lokasi infark (anterior vs inferior), tekanan darah yang rendah, adanya kongestif pulmonal dan perluasan iskemia sebagaimana diekspresikan dengan elevasi dan atau depresi segmen ST

6 pada elektrokardiogram. Faktor-faktor tersebut masih tetap berperanan sampai saat ini (Maynard et al, 1993). Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan, seringkali kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Faktor persepsi atau konsep masyarakat itu tentang sakit sering kali terabaikan, pada kenyataannya dalam masyarakat sendiri terdapat beraneka ragam konsep sehat-sakit yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat sakit yang dialami masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan karena adanya persepsi sakit yang berbeda antara masyarakat dan praktisi kesehatan. Perbedaan persepsi ini berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit) (Notoatmodjo, 1993). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian evaluasi kepatuhan dalam penatalaksanaan pasien SKA di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. B. PERUMUSAN MASALAH Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana evaluasi kepatuhan penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul?

7 C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengevaluasi kepatuhan penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis kesiapan tim dalam penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. b. Menganlisis kelengkapan status rekam medis pasien pada penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. c. Menganalisis standar penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. d. Menganalisis masalah dalam penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. e. Menganalisis rekomendasi penyelesaian masalah penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. f. Menganalisis keselamatan pasien dalam penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

8 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa evaluasi penatalaksanaan sindrom koroner akut terhadap pasien di IGD RSU PKU Muhammadiyah Bantul. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam lingkup RSU PKU Muhammadiyah Bantul untuk melakukan perencanaan, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan praktik keperawatan. 3. Sebagai bahan informasi dan pegembangan keilmuan yang berkelanjutan di lembaga pendidikan khususnya penelitian sejenis.