TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TUMBUH KEMBANG TUBUH TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Gambar 1. Domba Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

TINJAUAN PUSTAKA. Daging domba berdasarkan kualitas dapat dibedakan atas umur domba,

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

PEMOTONGAN TERNAK (KAMBING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

SIFAT FISIK DAN KIMIA DAGING DOMBA LOKAL ASAL UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J) PADA GENOTIPE CALPASTATIN YANG BERBEDA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kerbau berasal dari india, namun telah tersebar di banyak negara termasuk

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara zoologis ternak babi termasuk ke dalam phylum Chordata, kelas

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

METODE. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar, dan konsentrat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Konversi Pakan

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA GARUT BERTELINGA RUMPUNG DAN DAUN HIRIS DI TPH BEBEDAHAN AHMAD MUSLIH HAFIZI

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

TINJAUAN PUSTAKA Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba Menurut Blakely dan Bade (1991) domba sudah sejak lama diternakkan orang, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi domba. Domba dianggap keturunan dari jenis liar seperti Mouflon, yaitu sejenis domba yang berekor pendek. Varietas-varietas yang terdapat di Eropa dan Asia adalah merupakan stok dasar untuk menghasilkan wool, daging, kulit dan susu. Nampaknya jelas bahwa praktek-praktek seleksi tidak hanya menyingkirkan instink liarnya serta membiarkannya semakin tergantung pada manusia dalam hal tatalaksana dan produksi, tetapi juga ekor domba itu menjadi lebih panjang. Hampir semua bangsa domba yang sekarang mempunyai ekor yang panjang. Domba adalah suatu spesies hewan yang hampir tidak memiliki instink untuk mempertahankan diri serta begitu besar ketergantungannya pada manusia. Tidak seperti hewan-hewan yang lain, domba mempunyai kecenderungan untuk cepat menyerah terhadap tekanan yang dialaminya. Domba menghasilkan dua produk utama yaitu daging dan wool. Cara seleksi untuk domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Pada kelas-kelas untuk tujuan dipotong, domba jantan dewasa (jantan kastrasi sebelum mencapai masa kelamin) adalah yang paling umum diperbandingkan, meski yang betinapun dapat pula diperbandingkan (Blakely dan Bade, 1991). Domba termasuk golongan hewan-hewan bertulang belakang. Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1991) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Klass : Mammalia Ordo : Artiodactyla Familia : Bovidae Genus : Ovis Species : Ovis aries

Domba Ekor Tipis Menurut Subandriyo dan Djajanegara (1996) domba lokal terdiri atas dua bangsa yaitu domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Asal-usul domba ini tidak diketahui dengan pasti. Namun diduga berasal dari India dan domba ekor Gemuk berasal dari Asia Barat. Domba ekor tipis mempunyai karakteristik reproduksi yang spesifik, yang dipengaruhi oleh gen Prolifikasi dan dapat beranak sepanjang tahun (Subandriyo dan Djajanegara, 1996). Tetapi domba ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial karena karkas yang dihasilkan sangat rendah (45-55% dari bobot hidup) dan pertumbuhannya lambat (Mulliadi, 1996). Domba ekor tipis ini memiliki tubuh yang kecil, untuk domba jantan dewasa 15-20 kg, biasanya berwarna putih disertai belang hitam di sekitar mata dan hidung. Domba jantan memiliki tanduk sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. Sebagian besar domba ekor tipis ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah dan sedikit di Jawa Timur. Domba ekor tipis memiliki tubuh ramping, bercak hitam pada sekitar mata atau hidung, pola warna tubuh sangat beragam, kualitas wol yang rendah (kasar), serta ekor tipis, pendek dan tidak tampak timbunan lemak (Mulliadi, 1996). Bobot Potong Bobot potong adalah bobot tubuh ternak sebelum dipotong. Sedangkan bobot tubuh kosong adalah bobot potong setelah dikurangi dengan bobot isi saluran pencernaan dan empedu. Bobot potong yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian dari karkas yang berupa daging menjadi lebih besar (Soeparno, 2005). Menurut Sunarlim dan Setiyanto (2005), bobot potong ternak domba lokal jantan pada umur dua tahun adalah 25,8 kg sedangkan bobot potong betina adalah 25,13 kg. Bobot dan Persentase Karkas Bobot karkas adalah bobot bagian tubuh setelah dikurangi bobot darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, intestin, kantong urin, jantung, trakea, paruparu, ginjal, limpa, hati, dan jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuh tersebut (Lawrie, 2003). Devendra dan McLeroy (1982) menyatakan bahwa karkas domba dapat dibedakan berdasarkan berat, umur domba, jenis kelamin dan tingkat perlemakan. Sebagai satuan produksi dinyatakan dalam bobot dan persentase karkas.

Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dan bobot potong. Menurut Sunarlim dan Setiyanto (2005), bobot karkas domba lokal jantan pada umur dua tahun adalah 12,53 kg dan persentase karkasnya adalah 44,18%, sedangkan ternak betina memiliki bobot karkas 11,7 kg dan persentase karkasnya 43,01%. Bobot Non Karkas Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, intestine, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut). Persentase bobot organ internal (perut, usus, hati, paru-paru, jantung, pankreas, linmpa, ginjal, oesophagus dan kantong kemih) antara 32-33% dari bobot potong. Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit, kelenjar usus, penis, dan skrotum) adalah 20-24%, sedangkan persentase bobot darah lebih kurang 4%. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, retikulum, omasum, usus besar, usus kecil, dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan berat kepala, kaki dan limpa. Perlakuan nutrisional termasuk spesies pastura mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap berat non karkas internal seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal, sedangkan berat komponen non karkas eksternal, terutama kepala dan kaki, tidak terpengaruh (Soeparno, 2005). Potongan Komersial Karkas Pemasaran karkas biasanya dijual dalam bentuk potongan-potongan karkas yang disebut dengan potongan komersial karkas. Nilai komersial dari karkas pada umumnya tergantung pada ukuran, struktur dan komposisinya, dimana sifat-sifat struktural karkas yang utama untuk kepentingan komersisal tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas, ketebalan lemak, dan penampilan luar dari jaringan tersebut serta kualitas dagingnya. Cara pemotongan karkas ditentukan oleh spesies ternak dan selera konsumen. Namun umumnya, setengah karkas dibagi menjadi dua potongan melalui tulang rusuk ke-10 dan ke-11 atau ke-12 dan ke-13 yaitu seperempat bagian depan (forequarter) dan seperempat bagian belakang (hindquarter). Karkas domba dibagi menjadi 7 potongan komersial yaitu kaki neck dan shoulder, rack, loin, leg, shank dan breast, flate serta flank (FAO, 1991).

Komponen Karkas Karkas dan potongan karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komponen jaringan daging tanpa lemak (lean), lemak, tulang dan jaringan ikat (fascia). Perubahan komponen karkas dengan meningkatnya berat karkas disebabkan pertumbuhan diferensial jaringan karkas. Perubahan komponen karkas sebanding dengan bertambahnya bobot karkas. Soeparno (2005) menyatakan tulang merupakan komponen yang tumbuh dan berkembang paling dini kemudian disusul oleh daging atau otot dan yang paling akhir jaringan lemak. Proporsi komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa lemak yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal. Daging Menurut Soeparno (2005), daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan ganguan kesehatan bagi yang memakannya. Daging adalah komponen utama karkas. Karkas juga tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo. Komponen-komponen tersebut menentukan ciri-ciri kualitas dan kuantitas daging. Daging domba memiliki serat yang lebih halus dibandingkan dengan daging lainnya, jaringannya sangat padat, berwarna merah muda, konsistensinya cukup tinggi, lemaknya terdapat dibawah kulit yaitu antara otot dan kulit. Tulang Tulang adalah jaringan pembentuk kerangka tubuh, yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ternak. Tulang sebagai kerangka tubuh, merupakan komponen karkas yang tumbuh dan berkembang paling dini, kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir oleh jaringan lemak. Selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinu dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat, sedangkan pertumbuhan otot relatif cepat, sehingga rasio tulang dengan otot menurun selama pertumbuhan (Soeparno, 2005).

Lemak Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Awalnya pertumbuhan lemak sangat lambat, tetapi pada saat memasuki masa penggemukan, pertumbuhannya meningkat dan cepat. Perlemakan mula-mula terjadi disekitar organ-organ internal, ginjal dan alat pencernaan kemudian lemak disimpan pada jaringan ikat sekitar urat daging dibawah kulit sebelum urat daging dan antara urat daging. Jaringan lemak yang terdapat diantara serat-serat urat daging tidak hanya memperlunak daging, tetapi juga memperlezat rasa. Urut-urutan yang lebih lengkap tentang perkembangan kedewasaan lemak depot adalah intermuskular, perirenal atau canel, lemak ginjal, lemak subkutan dan omental atau caul (Soeparno, 2005). Keragaman Gen Calpastatin Gen calpastatin dengan simbol CAST terletak diantara dua penciri apit mikrosatelit MCM527 dan BMS1247 pada posisi lokus 5q15 q21 antara 96,057-96,136 Mb. Hasil analisis Quantitative Traits Loci (QTL) menunjukkan bahwa gen calpastatin berasosiasi kuat dengan sifat pertumbuhan pada domba silang balik antara Domba Ekor Tipis dengan domba Merino (Margawati, 2005). Palmer et al. (1998) melaporkan bahwa terdapat keragaman gen calpastatin domba Dorset pada bagian ekson 1C, intron 1 dan ekson 1D (no.akses GenBank AF016006 dan AF016007). Hasil pemotongan produk PCR dengan enzim restriksi MspI dan NcoI menghasilkan dua alel, yaitu alel M dan N. Enzim restriksi MspI menghasilkan produk 336 dan 286 bp sedangkan NcoI menghasilkan potongan produk 374 dan 248 bp. Hubungan Antara Sistem Calpain-Calpastatin dengan Sifat Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak protein dan abu pada karkas. Pertumbuhan komponenkomponen tersebut berlangsung dengan kadar laju yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perbedaan karakteristik individual sel dan organ (Soeparno, 2005). Pada tingkat sel pertumbuhan hewan ternak dapat

didefinisikan sebagai hyperplasia yaitu pertambahan jumlah sel melalui proses mitosis, dan hypertropi yaitu bertambahnya ukuran atau volume sel-sel otot. Kejadian hypertropi ini erat kaitannya dengan sistem calpain-calpastatin yang terdapat dalam jaringan tubuh (Koohmaraie et al.,1995). Calpain merupakan sebuah enzim proteolytic terkait dengan ion kalsium (Ca 2+ ), yang ada dalam dua bentuk, yaitu μ-calpain dan m-calpain. μ-calpain merupakan calpain yang memerlukan ion Ca 2+ dalam konsentrasi rendah, sedangkan m-calpain merupakan calpain yang memerlukan ion Ca 2+ dalam konsentrasi tinggi. Calpain berfungsi untuk mendegradasi protein sel-sel otot (myofibril) di dalam jaringan otot (Carlin et al., 2006). Aktivitas calpain dalam jaringan otot postmortem dapat menyebabkan struktur protein sel otot menjadi lemah. Hal ini berakibat pada kualitas daging yang menjadi lebih empuk. Selain μ-calpain dan m-calpain, dalam sistem calpain juga terdapat calpastatin. Calpastatin ini merupakan inhibitor terhadap fungsi μ-calpain dan m-calpain, ketika aktivitas degradasi protein pada jaringan otot hewan hidup menurun, maka aktivitas calpastatin meningkat (Morgan et al. 1993). Aktivitas calpastatin yang tinggi dapat ditemukan pada domba yang mempunyai fenotipe callipyge. Kejadian hipertropy ini disebabkan oleh kandungan DNA otot yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kapasitas sintesis protein otot. Kejadian hipertropy terjadi setelah hewan dilahirkan sehingga tidak menyebabkan kesulitan beranak (dystocia). Selain itu hipertropy pada domba callipyge juga disebabkan oleh menurunnya degradasi protein otot sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas calpastatin (Koohmaraie et al., 1995).