BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri penerbangan di Indonesia kian kompetitif seiring dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dan transportasi adalah dua komponen yang tak dapat

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, persaingan dalam dunia bisnis jasa semakin ketat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap.

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. 1. Pengembangan layanan yang dilakukan di dalam implementasi strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Komunikasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MAINTENANCE REPAIR AND OVERHOUL INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 20 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Juli tahun 2007 Komite Keselamatan Udara Uni Eropa mengeluarkan larangan

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

BAB III ASEAN OPEN SKY SEBAGAI PELUANG DAN ANCAMAN BAGI INDUSTRI PENERBANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PERUMUSAN MASALAH

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat dalam berbagai bidang, setiap

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Maskapai Garuda 7,665,390 8,398,017 9,993,272 13,701,879 15,304,472

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pertumbuhan perdagangan lokal dan persaingan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 480 TAHUN 2012 TENTANG ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keputusan niat beli ada beberapa perilaku yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang sangat pesat telah mengubah laju

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA BANDARA INTERNATIONAL SOEKARNO-HATTA JAKARTA.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri penerbangan di Indonesia kian kompetitif seiring dengan dilonggarkannya peraturan pemerintah mengenai penerbangan di Indonesia pada tahun 2000 lalu. Banyak maskapai-maskapai baru yang muncul. Tahun 2013 saja, Kementerian Perhubungan mengeluarkan izin bagi empat maskapai, yakni Batik Air, Nam Air, Jatayu, dan Kartika Airlines. Dunia penerbangan yang kompetitif, menjadi tantangan bagi setiap manajemen maskapai penerbangan untuk memenangi pasar. Maskapai penerbangan yang ingin bersaing harus memastikan faktor keamanan, rencana bisnis, rasio awak, jumlah pesawat, dan faktor lainnya sesuai dengan standar yang berlaku. Ketika maskapai penerbangan tidak mampu memenuhi hal itu, maka tidak ada kesempatan lagi untuk bersaing di industri penerbangan. Menurut pengamat penerbangan, Dudy Sudibyo, tren persaingan saat ini telah berubah. Dulu diawal 2000, persaingan hanya dari sisi harga, dimana banyak maskapai bersaing ketat untuk banting harga hingga ada yang mengesampingkan kualitas, hingga hadir maskapai baru yang mengusung Low Cost Carrier. Namun sejak 2010 persaingan semakin dewasa. Persaingan tidak hanya dari sisi harga, namun juga kualitas yang diberikan. (Sumber: http://www.beritasatu.com/fokus/106479-industri-penerbanganyang-kian-kompetitif.html) 1

Di tahun 2013, telah beroperasi dua maskapai kelas premium, yaitu Batik Air dan Nam Air. Dua maskapai ini hadir sebagai pemain baru di industri penerbangan full service. Hal ini tentunya membuat bisnis penerbangan semakin berkembang, ramai, serta kompetitif. Garuda Indonesia yang dulu mendominasi pasar penerbangan full service, kini harus bisa mempertahankan posisinya sebagai maskapai full service nomer satu di Indonesia di tengah kehadiran pesaing-pesaing baru tersebut. (Sumber: economy.okezone.com/read/2013/04/26/320/798023/garuda-jawabtantangan-nam-air-batik-air). Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia, mengaku dengan kemunculan pesaing-pesaing baru di industri bisnis penerbangan memang membuat persaingan menjadi semakin ketat, tetapi juga sekaligus memotivasi pelaku-pelaku bisnis penerbangan untuk menjadi lebih efisien. Maskapai akan berlomba untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada konsumen, dan pada akhirnya konsumen sendiri yang menentukan maskapai mana yang terbaik. (Sumber : http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/408288-lionluncurkan-batik-air--garuda-indonesia-turut-antusias) Garuda Indonesia sebagai maskapai pelopor pelayanan full service di Indonesia, telah memberikan pelayanan berkualitas secara menyeluruh, mulai dari pemesanan tiket, jaminan ketepatan jadwal penerbangan, pelayanan awak yang memuaskan hingga sajian makanan berkualitas. Garuda Indonesia yang juga merupakan pelopor maskapai nasional, mulai beroperasi sejak 26 Januari 1949. Berawal dengan nama Indonesian Airways, lalu kemudian berganti 2

menjadi Garuda Indonesian Airways di akhir 1949, Garuda Indonesia telah memulai kiprahnya sebagai bagian dari industri penerbangan komersial. Perjalanan Garuda Indonesia sebagai maskapai pembawa bendera bangsa, tentu diiringi dengan berbagai peristiwa pasang surut. Krisis-krisis yang pernah dialami Garuda Indonesia sempat membuatnya terpuruk sejenak dan mengakibatkan penurunan reputasi perusahaan, seperti kerugian yang terus menerus dialami Garuda Indonesia di awal-awal tahun 2000-an, serta peristiwa kecelakaan yang paling disorot tahun 2007, yaitu jatuhnya Boeing 737 di Yogyakarta. Peristiwa kecelakaan ini memicu munculnya larangan dari Uni Eropa bagi maskapai Indonesia untuk menerbangi rute Eropa, karena alasan keselamatan. Larangan ini resmi dikeluarkan sejak Juni 2007. Larangan menerbangi rute Eropa membuat semangat maskapai yang sudah sejak tahun 1965 melintasi langit Eropa ini menjadi lesu. Eksistensi dan citranya sebagai Indonesia s Flag Carrier pun terganggu. Namun, setelah melakukan perubahan dan perbaikan secara besar-besaran, Garuda Indonesia telah menjadi perusahaan maskapai multinasional yang sukses bertransformasi menjadi salah satu maskapai yang berkembang pesat dan memiliki citra serta reputasi yang baik dimata masyarakat. Dan di tahun 2010, Garuda Indonesia telah diperbolehkan kembali untuk terbang ke Eropa, setelah sebelumnya memperoleh sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan. Transformasi besar-besaran yang dilakukan Garuda Indonesia didasari oleh suatu strategi jangka panjang yang dikemas dalam Quantum Leap dan 3

mulai diperkenalkan pada tahun 2009. Quantum Leap ini berisi rencana Garuda Indonesia selama 5 tahun kedepan demi terwujudnya target Garuda Indonesia menjadi Global Player. Quantum Leap ini dilakukan melalui program-program perluasan jaringan penerbangan, penambahan rute dan frekuensi penerbangan, pengoperasian pesawat-pesawat baru, program efisiensi perusahaan serta peningkatan utilisasi asset. Berbagai pencapaian yang telah diraih Garuda Indonesia, disertai peningkatan layanan Garuda Indonesia Experience semakin mengukuhkan langkah Garuda Indonesia sebagai maskapai pembawa bendera bangsa menjadi Global Player yang memiliki proses, teknologi, dan sumber daya manusia kelas dunia. (Sumber : Annual Report Garuda Indonesia tahun 2012, halaman 1) Sejalan dengan Quantum Leap, Garuda Indonesia memiliki program untuk memperluas jaringan penerbangan internasional dalam rangka menjadi Global Player dalam industri penerbangan dunia. Salah satu caranya adalah dengan bergabung pada aliansi penerbangan. Setelah melalui berbagai pertimbangan, maka Garuda Indonesia menargetkan untuk bergabung bersama aliansi maskapai penerbangan global SkyTeam. SkyTeam sendiri merupakan aliansi maskapai penerbangan global yang menghadirkan akses ke jaringan global yang lebih luas kepada para pengguna jasa dari maskapai penerbangan anggota melalui lebih banyak pilihan destinasi, frekuensi, dan konektivitas. Anggota aliansi ini adalah Aeroflot, Aerolíneas Argentinas, Aeroméxico, Air Europa, Air France, Alitalia, China Airlines, China Eastern, China Southern, Czech Airlines, Delta Air Lines, Kenya Airways, KLM Royal 4

Dutch Airlines, Korean Air, Middle East Airlines, Saudia, TAROM, Vietnam Airlines, dan Xiamen Airlines, dan Garuda Indonesia sebagai anggota ke-20 (Sumber : https://www.garuda-indonesia.com/sites/id/id/news-andevents/news/skyteam-umumkan-bergabungnya-garuda-indonesia-sebagaianggota-ke-20.page. Dengan bergabungnya Garuda Indonesia di SkyTeam akan mempermudah para pengguna jasa penerbangan dari seluruh dunia untuk melakukan perjalanan ke Indonesia - yang merupakan salah satu pusat ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Masuknya Garuda Indonesia dalam keanggotaan aliansi ini juga merupakan bagian dari upaya Garuda Indonesia untuk terus mengembangkan jaringan penerbangan internasionalnya sekaligus untuk meningkatkan layanan kepada para pengguna jasa dengan menyediakan pilihan destinasi penerbangan yang lebih luas dan pengalaman terbang yang lebih nyaman (Sumber : https://www.garudaindonesia.com/sites/id/id/news-and-events/news/skyteam-umumkanbergabungnya-garuda-indonesia-sebagai-anggota-ke-20.page). Bergabungnya Garuda Indonesia di SkyTeam juga dapat dikatakan sebagai salah satu cara Garuda menghadapai pemberlakuan kebijakan langit terbuka di tahun 2015 atau lebih sering disebut ASEAN Open Sky 2015. ASEAN Open Sky Policy merupakan kebijakan untuk membuka wilayah udara antar sesama anggota negara ASEAN. ASEAN atau Association of South East Asia Nation, merupakan organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang terbentuk tahun 1967 beranggotakan lima negara awal yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Diikuti penambahan 5

anggota kemudian, Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997) dengan yang terakhir Kamboja (1999). Dalam Bali Concord II disebutkan bahwa cita-cita terbentuknya ASEAN Economic Community 2020 dengan angkutan udara menjadi salah satu dari 12 (dua belas) sektor yang akan diintegrasikan pada tahun 2010. Kekuatan dari negara-negara ASEAN ini harus segera dipersatukan layaknya Eropa dengan Uni Eropa-nya untuk menghadapi tantangan dan persaingan dari negara-negara besar Asia, seperti Cina dan India. Dan salah satu perwujudannya adalah dengan ASEAN Open Sky tersebut (Sumber : http://dephub.go.id/files/media/newsletter/transed.5.pdf). Sejak tahun 2008, kesepuluh anggota ASEAN telah melaksanakan tahap-tahap menuju ASEAN Open Sky 2015. Tahun 2008 pembatasan untuk penerbangan antar ibukota negara ASEAN dihapus. Menyusul kemudian hak angkut kargo pada tahun 2009 dan diikuti hak angkut penumpang tahun 2010 dengan puncaknya ASEAN Single Aviation Market tahun 2015 yang tertuang dalam The ASEAN Air Transport Working Group: The Roadmap for the Integration of ASEAN: Competitive Air Services Policy (Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/11/24/148469) Dengan diberlakukannya ASEAN Open Sky ini, akan semakin memperketat persaingan maskapai-maskapai di negara anggota ASEAN. Masyarakat semakin banyak disuguhi berbagai pilihan maskapai untuk digunakan dalam perjalanan udaranya. Masyarakat yang benar-benar mengerti mengenai dunia penerbangan, tentunya akan memilih menggunakan jasa penerbangan yang terjamin aspek keselamatan dan kenyamanannya. 6

Untuk pelanggan yang sering melakukan perjalanan jarak jauh, aspek tambahan yang dijadikan bahan pertimbangan adalah keluasan jaringan penerbangan yang dimiliki maskapai tersebut. Dari segi pariwisata, ketika Garuda Indonesia masuk menjadi anggota SkyTeam, secara otomatis maskapai anggota SkyTeam lainnya akan mudah untuk masuk ke wilayah ASEAN. Hal itu akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata, khususnya pariwisata di Indonesia. Bergabungnya Garuda Indonesia dengan SkyTeam tentu saja juga memperkuat posisi Garuda ditengah persaingan antar maskapai berkaitan dengan kebijakan ASEAN Open Sky yang berlaku di tahun 2015 mendatang. Hal tersebut karena, setelah bergabung dengan SkyTeam, Garuda Indonesia akan memiliki akses layanan jaringan penerbangan yang sangat luas, yaitu ke sebanyak 1,064 kota tujuan di seluruh dunia yang dilayani maskapaimaskapai anggota SkyTeam lainnya, yang mencakup lebih dari 90% arus lalu lintas penerbangan dunia (Sumber : https://www.garudaindonesia.com/id/id/news-and-events/news/garuda-indonesia-resmi-menjadianggota-ke-20-aliansi-global-skyteam.page?). Perlu diketahui bahwa rencana bergabungnya Garuda Indonesia di SkyTeam sudah dipublikasikan sejak akhir 2010. Saat itu, dalam konferensi pers penandatanganan komitmen antara Garuda Indonesia dengan SkyTeam, Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, menargetkan tahun 2012 sebagai tahun resmi bergabungnya Garuda Indonesia dengan SkyTeam. Hal tersebut karena ada beberapa tahapan dan syarat yang harus dipenuhi Garuda terlebih dahulu. Seperti misalnya Garuda harus menyingkronisasikan 7

sistemnya dengan anggota lain di SkyTeam. (Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/11/24/148469) Target Garuda Indonesia untuk bergabung dalam SkyTeam di tahun 2012 meleset. Barulah pada 5 Maret 2014 Garuda Indonesia resmi bergabung dengan aliansi penerbangan SkyTeam. Masa transisi kurang lebih selama tiga setengah tahun digunakan Garuda Indonesia untuk melaksanakan programprogram transformasi untuk meningkatkan layanan kepada pengguna jasa, sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh SkyTeam. Disamping itu dilakukan pula upaya-upaya untuk menarik awareness dan membentuk pemahaman publik tentang keputusan bergabungnya Garuda Indonesia ke dalam SkyTeam. Public Relations menjadi satu kegiatan yang dijalankan divisi Corporate Communication di Garuda Indonesia dan cukup berperan dalam upaya-upaya menciptakan pengetahuan dan membentuk pemahaman publik selama proses menuju berabungnya Garuda Indonesia di aliansi penerbangan SkyTeam. Public Relations sendiri menurut International Public Relations Association (IPRA), adalah fungsi manajemen dari ciri-ciri yang terncana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau negara untuk memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait (Ardianto, 2011:10). Sedangkan Corporate Communications sendiri menurut Cees van Riel (2007:25) adalah serangkaian kegiatan yang mengelola dan melakukan semua komunikasi internal dan eksternal yang bertujuan untuk menciptakan saling menguntungkan antara perusahaan dengan para stakeholder. 8

Divisi Corporate Communications Garuda Indonesia kurang lebih selama tiga setengah tahun, berusaha untuk menciptakan pemahaman khalayak tentang nilai-nilai penting dari bergabungnya Garuda dengan salah satu aliansi penerbanagan internasional tersebut, dalam rangka mendukung dan mewujudkan cita-cita perusahaan menjadi global player company. Dalam hal ini peran corporate communication menjadi strategis, karena mereka tidak hanya sekedar menginformasikan kepada publik bahwa Garuda akan bergabung dengan suatu aliansi, tapi juga bagaimana citra sebagai global player dapat dikembangkan dan memperkuat citra perusahaan lewat kontribusi yang diberikan divisi Corporate Communications. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran dan Fungsi Corporate Communications PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam Mengembangkan Citra sebagai Global Player (Studi Kasus Pada Proses untuk Bergabung dengan SkyTeam). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran Corporate Communications PT Garuda Indonesia dalam mengembangkan citra sebagai global player selama proses bergabung dengan SkyTeam? 2. Bagaimana fungsi Corporate Communications PT Garuda Indonesia dalam mengembangkan citra sebgai global player selama proses bergabung dengan SkyTeam? 9

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, serta menganalisis peran dan fungsi Corporate Communications PT Garuda Indonesia dalam menembangkan citra sebagai global player selama proses bergabung dengan SkyTeam. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Penulis berharap hasil penelitian dapat menjadi masukan, kontribusi/ sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi, serta memperluas cakupan bidang public relations terkait peran dan fungsi Corporate Communications. 2. Merangsang penelitian-penelitian baru dalam bidang public relations, khususnya terkait peran dan fungsi Corporate Communications. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk menjalankan aktivitas Corporate Communications dalam rangka menuju global player company. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dalam upaya 10

peningkatan dan pengembangan peran dan fungsi Corporate Communications kedepannya secara lebih efektif. 3. Hasil analisis diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi perusahaan penerbangan lainnya terkait peran dan fungsi Corporate Communications yang baik. 11