BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Menurut Baridwan (2002:3) prosedur dapat didefinisikan sebagai suatu urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih yang disusun untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Prosedur adalah serangkaian tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melakukan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prosedur adalah: 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. 2) Metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan masalah. Mulyadi (2001:5) mendefinisikan Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, prosedur adalah serangkaian urutan kegiatan yang saling berhubungan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen sehingga membutuhkan metode atau cara kerja dalam memecahkan suatu masalah.
2.2 Bank 2.2.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) berpendapat Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasajasa bank lainnya. Definisi Bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengertian Bank Menurut UU No.10 Thn 1998 ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 2.2.2 Jenis-jenis Bank Menurut Undang-Undang RI nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan: 1) Jenis Bank Menurut Fungsinya (1) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan seluruh fungsi perbankan yaitu: menghimpun dana, menempatkan dana dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. (2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas
pembayaran giral, penghimpunan dana hanya boleh dilakukan dalam bentuk tabungan dan giro. 2) Jenis Bank dari Segi Kepemilikannya (1) Bank Milik Pemerintah Bank yang dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan dimiliki oleh pemerintah. (2) Bank Milik Swasta Nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk swasta juga. (3) Bank Milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Secara umum, jenis-jenis bank ada 4 (empat) yaitu : 1) Bank Sentral, yakni jenis bank yang bertugas untuk menerbitkan uang kertas dan juga uang logam untuk dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah di dalam suatu negara dan juga mempertahankan konversi uang yang dimaksud terhadap emas maupun perak maupun keduanya. Selain itu bank sentral merupakan suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naik turunnya harga-harga suatu nilai uang.
Bank Sentral juga bertujuan menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflasion), dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang, dengan kata lain apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral dapat mengatur dengan intrumen dan otoritas yang mereka miliki. 2) Bank Umum, yakni merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan baik secara konvensional maupun syariah, serta melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersil (Dahlan S. 2005:276) 3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau yang didasarkan pada suatu prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak dapat memberikan jasa di dalam lalu lintas pembayaran (Kasmir 2002:33:34). Artinya bahwa BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. 4) Bank Syariah, yakni jenis bank yang beroperasi dengan berdasarkan prinsip bagi hasil maupun sesuai dengan kaidah ajaran islam mengenai hukum rimba. 2.2.3 Fungsi Bank Menurut Budisantoso (2006:9) secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.
1) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Trust Fungsi bank sebagai agent of trust ialah suatu lembaga yang berlandaskan pada suatu kepercayaan. Dasar utama pada kegiatan perbankan yaitu kepercayaan, baik itu sebagai penghimpun dana ataupun penyaluran dana. Dalam hal tersebut, masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi dengan kepercayaan. 2) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Development Fungsi bank sebagai agent of development yaitu suatu lembaga yang memobilisasi dana yang berguna untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Kegiatan bank tersebut berupa penghimpun dan juga penyalur dana sangatlah diperlukan bagi lancarnya suatu kegiatan perekonomian di sektor ril. Dalam hal tersebut bank memungkinkan masyarakat itu untuk melakukan kegiatan untuk investasi, distribusi, dan juga kegiatan konsumsi barang serta jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan juga konsumsi tidak terlepas dari adanya penggunaan uang. 3) Fungsi Bank Sebagai Agent Of Services Fungsi bank sebagai agent of service ialah merupakan lembaga yang memberikan suatu pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal tersebut bank memberikan jasa pelayanan perbankan kepada masyarakat agar masyarakat tersebut merasa aman dan juga nyaman dalam menyimpan dananya itu. Jasa yang ditawarkan didalam bank tersebut sangat erat kaitannya dengan suatu kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
2.2.4 Pengertian Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Menurut UU RI NO.3 Tahun 2004 Tentang perubahan atas UU.No.3 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah suatu lembaga negara yang mandiri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari pengaruh pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang tegas diatur dalam Undang-Undang. 2.2.5 Peran Bank Indonesia 1) Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework. 2) Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki bangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor
ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun arsitektur perbankan Indonesia dan rencana implementasi basel II. 3) Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem-sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran. 4) Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macro prudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macropmdential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan. 5) Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut. 2.3 Kliring 2.3.1 Pengertian dan Manfaat Kliring Kata kliring sebenanrya berasal dari istilah asing, yakni kata dalam bahasa Inggris yang berbunyi Clearing. Kliring menurut Wikipedia adalah suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian transaksi perdagangan yang membutuhkan perlengkapan aset transaksi. Hal yang paling mudah dipahami dalam kliring adalah kesepakatan antar lembaga keuangan mengenai hutang piutang dalam suatu transaksi keuangan. Kliring melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, untuk memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya, yang termasuk dalam proses kliring antara lain pelaporan/ pemantauan, marjin risiko, netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan kegagalan. Secara umum, kliring memiliki tujuan dan manfaat berikut ini.
1) Tujuan Kliring adalah: a) Untuk mengganti kertas yang sangat mahal tanpa menghilangkan dokumen. b) Untuk meningkatkan efisiensi dan penggunaan data komputer. 2) Manfaat Kliring adalah: a) Bagi Bank Indonesia (1) Operasional kliring dengan ditiadakannya fisik warkat kredit. (2) Maintenance aplikasi kliring dengan digunakannya sistem yang terintegrasi di seluruh wilayah kliring. (3) Tersedianya jangkauan antar bank melalui kliring yang lebih luas dengan diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit. (4) Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring yang bersifat multilateral netting sesuai dengan core principles yang dikeluarkan oleh Bank for International settlement (BIS). b) Bagi Bank Peserta (1) Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakkan dan proses administrasi warkat kredit (2) Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah. (3) Proses Automasi Kliring (4) Transaksi Lokal Bank penarik, mempersiapkan seluruh warkat untuk dikirim ke bank tertarik. Bank penarik akan memeriksa kelengkapan data, memeriksa
kebenaran cek, membedakan apabila transaksi tersebut berasal dari bank sendiri, kemudian menyampaikan data tersebut kepada lembaga kliring. (5) Transaksi Antar Daerah Bank penarik akan menyampaikan transaksinya kepada pusat pengolahan data di lembaga kliring lokal. Transaksi-transaksi disortir oleh bank penarik dalam lokasi yang bersangkutan. Volume data yang besar ini akan digabung menjadi suatu ringkasan arsip untuk setiap lokasi, kemudian arsip ini dipindahkan ke tiap lokasi lainnya untuk diproses lebih lanjut. 2.3.2 Jenis- Jenis Kliring Ada tiga jenis kliring yang dapat dilakukan, yaitu kliring umum, kliring lokal dan kliring antar cabang. 1) Kliring umum adalah sarana perhitungan warkat-warkat antara bank yang pelaksanaannya diatur oleh BI. 2) Kliring lokal adalah sarana perhitugan warkat antar bank yang berada dalam suatu wilayah kliring (telah ditentukan). 3) Kliring antar cabang adalah sarana perhitungan warkat antar kantor cabang suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari suatu kantor cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang bersangkutan.
2.3.3 Sistem Kliring Berdasarkan sistem penyelenggaraan kliring dapat menggunakan: a. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksaan perhitungan, pembuatan Bilyet saldo kliring serta pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. b. Sistem semi otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet saldo kliring dilakukan secara otomatis, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. c. Sistem otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomatis. 2.3.4 Mekanisme kliring Secara umum, mekanisme Kliring terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1) Kliring penyerahan/perpindahan dana Kegiatan yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kliring penyerahan adalah: a) Warkat dicap yang memuat sebutan kliring dan dicantumkan nomor kode kelompok peserta. b) Persetujuan penyelenggara dan peserta lain. Langkah- langkah selanjutnya adalah: (1) Warkat-warkat dikelompokan sesuai dengan peserta.
(2) Warkat debet dan kredit dirinci nilai nominalnya dalam suatu daftar (3) Nilai nominal dan banyaknya warkat dalam daftar kliring dijumlahkan. (4) Serah terima warkat kliring yang telah ditandatangani oleh wakil peserta kliring. (5) Apabila terjadi perbedaan pendapat mengenai dapat tidaknya warkat diperhitungkan dalam kliring, maka keputusan terakhir diserahkan kepada penyelenggara. (6) Penyusunan neraca kliring kembali kebank masing-masing untuk menentukan layak tidaknya warkat yang diterima dari bank lain untuk diselesaikan. 2) Kliring Elektronik Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatis melalui ACH, bank penarikan tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta kliring yang terlibat dalam transaksi kliring akan saling mengkliring warkatwarkatnya melalui media elektronik komputer yang on-line dengan ACH. Warkat secara fisik akan dikirimkan langsung ke BI untuk tujuan pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring ACH. Disini pihak bank penarikan akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik. Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring keluar atas warkat debet keluarnya. Disini ia akan mempercepat penarikan dana dari warkat kliring karena harus memperhitungkan jumlah hari atau jam pengendapan dana kliring tersebut. Dengan demikian bank penarikan tidak akan
membiarkan dananya menganggur belum tertarik walau sehari. Dipihak lain bank tertarik akan bersikap pasif. Bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank tertarik akan melakukan kliring. Bank Indonesia sebagai bank penyelenggara kliring melalui ACH dituntut untuk memiliki administrasi yang sempurna yang dapat membantu seluruh arus dana yang masuk dan keluar dari semua peserta kliring yang terlibat. Pengertian umum kliring otomatis adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. 3) Warkat dan Dokumen Kliring Warkat Kliring : a) Cek b) Bilyet Giro c) Wesel Bank Untuk Transfer d) Surat Bukti Penerimaan Transfer e) Nota Debet. f) Nota Kredit Dokumen kliring: a) Bukti Penyerahan Warkat Debet ± Kliring Penyerahan (BPWD) b) Bukti Penyerahan Warkat Kredit ± Kliring Penyerahan (BPWK) c) Kartu Batch Warkat Debet
d) Kartu Batch warkat Kredit e) Lembar Subsitusi 4) Mekanisme Proses Kliring : a) Sistem Sentral Kliring (SSK) merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan PKN. b) Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh PKL. c) Terminal Peserta kliring (TPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh peserta. Kliring adalah sarana perhitungan warkat antar bank dalam satu wilayah kliring yang sama yang bertujuan untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. (Giral: cek, giro, wesel pos, dan kartu kredit). Warkat antar bank/warkat kliring yang dapat diperhitungkan dalam transaksi kliring antara lain adalah: 1) Cek dan bilyet giro. 2) Wesel Bank untuk transfer. 3) Surat Bukti Penerimaan Transfer. 4) Warkat lain yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Warkat tersebut dapat diperhitungkan dalam kliring apabila dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (100 % Face Value) serta telah jatuh tempo pada saat dikliringkan. Apabila di dalam wilayah kliring lokal terdapat Kantor Bank Indonesia, maka penyelenggaraan kliring dilakukan oleh
Bank Indonesia sendiri, tetapi jika di dalam wilayah kliring tidak terdapat Bank Indonesia, maka Bank Indonesia akan menunjuk salah satu Bank sebagai Bank Penyelenggara Kliring. Kliring lokal adalah kliring yang diselenggarakan terbatas antar bank yang berada pada suatu wilayah kliring yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Wilayah kliring adalah suatu lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor, kantor bank memperhitungkan warkat-warkatnya dalam jadwal kliring yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Lalu lintas pembayaran Giral adalah kegiatan bayar-membayar dengan warkat bank yang diperhitungkan atas beban dan untuk keuntungan rekening nasabah yang bersangkutan. Kliring Pengembalian (Tolakan Kliring) adalah warkat kliring yang dikembalikan oleh bank tertarik karena dana tidak cukup atau disebabkan oleh hal-hal lain yang menyebabkan warkat tersebut tidak dapat dibayarkan kepada bank penarik. Menang Kliring adalah apabila dalam satu hari transaksi kliring, satu bank peserta kliring menerima dana lebih besar daripada pengeluaran dana. Kalah Kliring adalah apabila dalam satu hari transaksi kliring, satu bank peserta kliring menerima dana lebih kecil daripada pengeluaran dana. Cross Clearing adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah dalam bentuk pembelian cek/bilyet giro bank lain yang disetorkan oleh nasabah dengan maksimum sebesar nilai cek/bilyet giro setoran tersebut. Hal ini terjadi karena warkat kliring yang disetorkan dananya masih belum efektif namun nasabah sudah melakukan penarikan atas dana tersebut sehingga timbul resiko overdraft (cerukan) atas rekening nasabah tersebut.